Meski menjengkelkan, jeda kompetisi Liga 1 kali ini seharusnya bisa menjadi kesempatan baik bagi seluruh stakeholder sepak bola nasional, untuk saling mengintrospeksi diri.Â
Untuk saat ini, kita jangan dulu bicara, soal harapan kepada Tim Garuda untuk membuat prestasi tinggi. Tapi, kita harus memulainya lebih dulu dari membangun kesadaran antar suporter supaya mereka bisa rukun.
Bagaimanapun, masalah anarkisme suporter untuk saat ini adalah masalah kronis yang harus segera diatasi. Jika masalah ini sudah beres sepenuhnya, barulah kita layak untuk bicara soal bagaimana membuat Timnas yang mampu berprestasi tinggi.
Menariknya, "jeda darurat" kompetisi Liga 1 ini membuktikan, selalu ada sisi positif di balik berhentinya sebuah rutinitas. Karena pada saat berhenti inilah kita bisa bersatu dan berpikir jernih, tanpa memikirkan perbedaan yang ada. Dengan harapan, setelah semuanya kembali dimulai seperti biasa, situasi sudah lebih baik.
Semoga dengan berhentinya kompetisi Liga 1 ini, dapat tercipta kesadaran di antara kelompok suporter fanatik di Indonesia, untuk dapat mulai bersikap dewasa. Bagaimanapun menang atau kalah dalam sepak bola, harganya selalu tidak sebanding dengan hilangnya sebuah nyawa akibat ulah oknum suporter anarkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H