"European Nights In Anfield", itulah sebutan yang biasa digunakan, untuk menggambarkan bagaimana atmosfer pertandingan di Stadion Anfield, setiap kali Liverpool bermain di kompetisi Eropa, termasuk di Liga Champions.
Memang, jika Liverpool bermain di kompetisi Eropa, ada atmosfer magis, yang kerap muncul di Anfield. Atmosfer ini biasanya muncul, berkat dukungan penuh Kopites sepanjang pertandingan.
Selain karena faktor dukungan Kopites, "European Nights In Anfield" juga selalu terasa spesial, karena kerap menyajikan pertandingan seru. Entah kenapa, Liverpool selalu punya aura tersendiri, saat bermain di kompetisi Eropa.
Inilah yang membuat saya selalu "excited", tiap kali menyaksikan aksi Si Merah di Anfield. Apalagi, di bawah arahan Jurgen Klopp, aura Liverpool di Eropa seolah muncul kembali, setelah beberapa tahun sebelumnya hilang entah kemana.
Terkini, "European Nights In Anfield" menampakkan wujudnya, saat Liverpool mengalahkan PSG dengan skor tipis 3-2, Rabu, (19/9, dinihari WIB).
Kemenangan ini diraih Liverpool, setelah gol-gol Daniel Sturridge, James Milner, dan Roberto Firmino, hanya mampu dibalas oleh Thomas Meunier dan Kylian Mbappe. Hasil ini sekaligus melanjutkan tren positif Liverpool, yang selalu menang di lima laga sebelumnya.
Jika melihat jalannya pertandingan, atmosfer "European Nights In Anfield" tersaji secara begitu lengkap; ada jual-beli serangan sepanjang laga, ada aksi para pemain bintang. Lengkap dengan adu strategi tingkat atas dan momen dramatis, berupa gol kemenangan Liverpool, yang dicetak Roberto Firmino di masa injury time babak kedua.Â
Sebagai pelengkap, dalam laga ini, suporter Liverpool dan PSG sama-sama memberikan dukungan penuh kepada tim kesayangan masing-masing. Benar-benar pertandingan yang keren.
Sekilas, duel antara Liverpool, si "klub besar zaman old" melawan PSG, si "klub besar zaman now" menyajikan sebuah paradoks. Karena, duel ini mempertemukan dua tim beda misi, yaitu Liverpool ingin menjaga tradisi dan kebesaran sejarah mereka di Eropa.
Sementara PSG berambisi membuat sejarah baru di Eropa. Ambisi besar mereka terlihat jelas, dari materi pemain bintang yang mereka punya, seperti Neymar, Edinson Cavani, dan Kylian Mbappe, trisula lini depan mereka.
Tapi, nama besar trio maut PSG ini tak lantas membuat Liverpool ciut nyali. Dengan tetap bermain spartan seperti biasanya, Jordan Henderson dkk mampu membuat PSG sempat kewalahan. Untunglah, Alphonse Areola tampil bagus di bawah mistar gawang PSG, sehingga mereka tak kebobolan lebih banyak gol.
Secara permainan, sistem gegenpressing ala Jurgen Klopp, mampu meredam daya serang mematikan milik PSG. Terbukti, Neymar yang biasanya penuh kejutan hanya mampu membuat sedikit peluang berbahaya.Â
Tapi, permainan intensitas tinggi Liverpool masih menampilkan satu kelemahan lama, yakni kerap lengah di menit-menit akhir tiap babak. Terbukti, gol-gol PSG di laga ini semuanya tercipta di menit akhir tiap babak.
Untunglah, strategi kejutan Klopp, dengan memainkan Sturridge sebagai starter dan memasukkan Firmino di babak kedua, terbukti jitu. Dengan keduanya sama-sama mencetak gol ke gawang PSG.
Secara pribadi, sebagai seorang Kopites, selain merasa senang dengan atmosfer pertandingan ini. Saya juga merasa lega. Karena, dalam laga ini, Liverpool sudah melupakan kekalahan tragis di final Liga Champions musim lalu.Â
Tentunya, ini menjadi satu modal positif buat Liverpool, dalam menjalani pertandingan-pertandingan berikutnya. Meski begitu, mereka tak boleh terlalu larut dalam kegembiraan, karena ini baru awal perjuangan mereka di Eropa.
Tetap fokus, Reds!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H