Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Timnas Uni Emirat Arab, Si Spesialis Pematah Hati

1 September 2018   20:38 Diperbarui: 1 September 2018   20:42 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perhelatan Asian Games 2018, ada banyak cerita kesuksesan dan kegagalan di berbagai cabang olahraga. Ada yang terlihat luar biasa, tapi gagal meraih medali, ada juga yang terlihat biasa saja, tapi mampu meraih medali. Untuk kasus yang disebut terakhir, kita dapat menemukannya di timnas Uni Emirat Arab, yang baru saja meraih medali perunggu cabor sepak bola, Sabtu, (1/9).

Prestasi ini didapat, setelah mereka berhasil mengalahkan Vietnam 4-3 lewat drama adu penalti. Adu penalti terpaksa harus dilakukan, setelah kedua tim bermain imbang 1-1 di waktu normal. Skor imbang ini didapat, setelah gol Ahmad Alhasmi mampu dibalas Nguyen Van Quyet. 

Di babak adu penalti, Uni Emirat Arab keluar sebagai pemenang, setelah kiper Mohamed Alshamsi mampu menggagalkan tendangan penalti Tran Minh Vuong dan Nguyen Quang Hai.

Raihan prestasi Uni Emirat Arab di Asian Games kali ini, mungkin terasa sangat menjengkelkan bagi para pendukung fanatik timnas Indonesia, Vietnam, dan Korea Utara. Karena, ketiganya sama-sama disingkirkan Zayed Al Ameri dkk lewat adu penalti.

Rasa getir itu makin kuat, karena meski akhirnya harus kalah, ketiga tim ini sama-sama mendominasi jalannya pertandingan melawan Uni Emirat Arab, tim yang lolos ke fase gugur dengan catatan "minimalis", yakni sebagai salah satu tim peringkat ketiga terbaik. Posisi ini didapat, karena mereka hanya bisa meraih satu kemenangan dari 3 laga, tepatnya saat menghadapi Timor Leste. Selebihnya, mereka kalah dari China dan Suriah.

Rinciannya, di perdelapanfinal, Uni Emirat Arab mengalahkan timnas Indonesia 4-3 lewat adu penalti, setelah bermain imbang 2-2 di waktu normal dan perpanjangan waktu. Dalam laga ini, kepemimpinan wasit Shaun Robert Evans (Australia) banyak disorot media dan publik sepak bola nasional, karena dinilai berat sebelah. 

Dalam laga ini, sepasang gol penalti Zayed Al Ameri memang mampu dibalas Beto Goncalves dan Stefano Lilipaly. Sayang, di babak adu penalti, eksekusi Saddil Ramdani dan Septian David Maulana gagal menembus gawang lawan.

Di perempatfinal, tim asuhan Maciej Skorza (Polandia) ini kembali menghadapi babak tos-tosan, saat bersua Korea Utara. Kali ini, mereka menang adu penalti dengan skor 5-3, setelah sebelumnya bermain imbang 1-1 di waktu normal dan babak perpanjangan waktu.

Tapi, skenario serupa gagal diulang di semifinal, setelah Uni Emirat Arab kalah 1-0 atas Jepang. Kali ini gol tunggal Ayase Ueda mengirim Uni Emirat Arab ke partai perebutan tempat ketiga melawan Vietnam, tim wakil Asia Tenggara tersisa, yang akhirnya dimenangkan mereka lewat adu penalti.

Hanya sekali menang di waktu normal, dan berstatus sebagai salah satu tim peringkat ketiga terbaik grup. Itulah gambaran sederhana dari performa Uni Emirat Arab di Asian Games 2018 di fase grup. Benar-benar minimalis. Tak heran, tim-tim lawan tak terlalu mewaspadai, bahkan cenderung meremehkan mereka.

Tapi, justru dari situlah Uni Emirat Arab mampu memukul balik para peragu dengan mengalahkannya. Dengan selalu memegang status sebagai tim 'underdog' di setiap laga fase gugur, mereka justru tak punya tekanan berat untuk menang. Bahkan, mereka mampu menikmati dan terbiasa dengan status underdog itu.

Memang, jika dilihat dari cara bermain mereka, Uni Emirat Arab menampilkan "negative football" secara sempurna; pertahanan rapat, serangan balik cepat, plus kelihaian mereka dalam ber-"Furbizia" (bermain 'nakal'; misal men-delay tempo permainan, bermain kasar atau "tricky") seperti halnya timnas Italia "zaman old"; main jelek tak masalah, yang penting menang.

Kesan ini makin kentara, karena mereka juga lolos ke fase gugur dengan modal minimal. Tentunya, tak ada yang terlihat istimewa dari tim ini. Tapi, harus diakui, mereka punya mental cukup tangguh di babak adu penalti.

Tak bisa dipungkiri, Uni Emirat Arab menjadi tim "pematah hati" di Asian Games 2018, lewat cara bermain mereka yang "sangat Italia". Tapi, mereka sekali lagi mengingatkan kita semua, sepak bola bukan hanya soal mendominasi permainan di segala aspek secara statistik, sepak bola juga adalah soal hasil akhir. Getir memang, tapi inilah sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun