Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menua ala Pemain Bola

25 Maret 2018   00:28 Diperbarui: 25 Maret 2018   13:27 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi dan CR7 (fourfourtwo.com)

Bagi seorang pesepakbola, kemampuan individu dan pengalaman bertanding adalah modal penting, untuk dapat terus bermain. Kemampuan adalah kombinasi antara bakat dan latihan rutin dalam jangka panjang. Biasanya, level kemampuan seorang pemain akan bertambah, seiring dengan makin banyaknya pengalaman bertanding yang didapat.

Dari sinilah, mental bertanding seorang pemain ditempa. Hasil tempaan ini menghasilkan kematangan, yang tingkatnya akan semakin tinggi, seiring bertambahnya usia. Dari sinilah, figur "pemimpin" atau "panutan" dalam tim dihasilkan. Tak heran, jika pemain semacam ini kerap dijadikan kapten tim.

Meski di satu sisi menghasilkan kematangan mental bertanding, pertambahan usia juga mendatangkan efek samping alamiah lainnya, dalam bentuk penurunan kemampuan fisik. Situasi ini, biasa dialami pesepakbola, saat memasuki usia 30an tahun, fase yang dianggap sebagai fase "usia senja" pesepakbola.

Bagi kebanyakan pemain, yang semasa mudanya begitu mengandalkan atribut fisik, semuanya akan berubah drastis di usia kepala 3. Karena, kemampuan fisik mereka tak seprima dulu lagi. Atribut fisik yang dulunya biasa mereka andalkan pun tak lagi ampuh. Untuk kasus ini, kita bisa melihatnya pada sosok Nemanja Vidic (Serbia) atau Ronaldo (Brasil).

Nemanja Vidic (Skysports.com)
Nemanja Vidic (Skysports.com)
Pada masa jayanya, Vidic dikenal tangguh dalam duel-duel udara atau kontak fisik. Gaya mainnya pun dikenal lugas. Duetnya bersama Rio Ferdinand di Manchester United di paruh kedua era 2000-an, membuat lini pertahanan Setan Merah sulit ditembus. Tapi, ketangguhan itu perlahan luntur, saat Vidic memasuki usia 30-an tahun. Keunggulan fisiknya justru berbalik menjadi kelemahan, seiring cedera yang mulai akrab dengannya. Akibat masalah cedera berkepanjangan pula, Vidic harus pensiun sebagai pemain pada awal tahun 2016, saat memperkuat Inter Milan.

Ronaldo (Squawka.com)
Ronaldo (Squawka.com)
Pada kasus Ronaldo, kita mengenal "Si Fenomenal" ini, sebagai penyerang cepat nan mematikan di masa jayanya. Bahkan, saat berusia 26 tahun, ia pernah menjadi top skorer Piala Dunia 2002, dan membantu Timnas Brasil meraih gelar Piala Dunia kelima kali, lewat 8 gol yang dicetaknya. Tapi, 'kesaktian' Ronaldo luntur saat dirinya memasuki usia 30-an tahun, akibat diterpa cedera lutut kambuhan, dan masalah berat badan. Masalah ini terus mengakrabinya, hingga ia pensiun tahun 2011, saat berseragam Corinthians.


Di sisi lain, ada juga pemain yang di masa mudanya punya fisikalitas (dan/atau teknik individu) istimewa, tapi performanya tetap oke di usia 30-an. Di sini, ada dua pendekatan yang biasa digunakan. Pertama, membatasi peran hanya pada satu tugas tertentu. Kedua, mengambil peran yang lebih rumit dari sebelumnya.

Messi dan CR7 (fourfourtwo.com)
Messi dan CR7 (fourfourtwo.com)
Pendekatan pertama, adalah peran yang  biasa diambil Cristiano Ronaldo (33) di Real Madrid, sejak dirinya memasuki usia 30-an tahun. Jika sebelumnya Ronaldo begitu mengandalkan kecepatan, fisikalitas, dan tekniknya dalam mencetak gol, kini Ronaldo hanya fokus menjalankan peran sebagai "finisher" alias "pemain nomor 9", dengan mengandalkan kemampuan "positioning", dan penyelesaian akhir yang baik.


Singkatnya, di usia senja sebagai pesepakbola, Ronaldo menampilkan versi simpel dirinya, dengan menjalankan peran cukup simpel di Madrid, dan timnas Portugal. Inilah yang membuatnya masih tetap tajam di usia 30-an tahun.

Pendekatan kedua, adalah peran yang saat ini mulai dijalankan Lionel Messi (30) di Barcelona. Sebelumnya, kita mengenal Messi sebagai "false 9" yang gemar memborong gol, dan mengacak-acak pertahanan lawan sendirian dengan kecepatannya. Memasuki usia kepala 3, Messi mulai menjalankan peran berbeda, yakni sebagai "pemain nomor 10", yang bertugas membagi bola, menginspirasi permainan tim, dan menjadi pelayan bagi rekan-rekannya. Tapi, ia tetap dibebaskan untuk mencetak gol, jika memang memungkinkan.

Sederhananya, Messi kini bukan saja menjadi ujung tombak, tapi menjadi "difference maker" bagi Barca. Uniknya, peran ini adalah peran yang sebelumnya biasa dijalani Messi di Timnas Argentina. Di sini, mulai tampak kesinkronan, antara "Messi-nya Barca", dan "Messi-nya Argentina", yang sebelum ini tampak amat berbeda. Ironisnya, kesamaan peran ini baru dialami Messi, justru saat dirinya memasuki usia senja karir pesepakbola. Tak seperti Ronaldo yang perannya makin simpel, peran Messi justru makin rumit, tapi tak lagi terbolak-balik seperti dulu, meski berada di dua alam berbeda. Meski begitu, kemampuan mencetak gol, dan kreativitasnya sejauh ini masih tetap bisa diandalkan Barca dan Tim Tango.

Beragam cara yang ditempuh pesepakbola, dalam menjalani usia senja karirnya membuktikan, pertambahan usia (dengan segala efeknya) adalah hal yang tak terhindarkan oleh siapapun. Semua orang pasti akan bertambah usianya, tapi belum tentu ia juga bertambah matang saat usianya bertambah. Karena, kematangan hanyalah milik mereka, yang memang memilih dan siap untuk menjadi matang seutuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun