Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... -

Menulis buku, mengisi di media cetak, dan seorang blogger. Cerpen, puisi, dan bahasan lainnya tentang literasi bisa dibaca di http://dongengyusrismail.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Salah Arti

16 Agustus 2017   23:51 Diperbarui: 16 Agustus 2017   23:53 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bilangin saja ke suami Ibu ya, sudah telat satu bulan," kata pegawai PLN sebelum pergi.

Euis menangis saking takut, tidak mengerti, dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Seingatnya, dia hanya memeriksakan dirinya ke Puskesmas. Bidan yang memeriksanya juga perempuan. Ini ada yang tahu sudah telat satu bulan, laki-laki lagi.

**

Rais terkejut mendapatkan istrinya menangis di kamar. Waktu ditanya, Euis langsung menceritakan kedatangan tamu kurang ajar itu.

"Jadi dia itu pegawai PLN?" kata Rais marah.

"Iya Kang," jawab Euis pelan. "Yang membuat Euis tidak mengerti, kenapa dia tahu sudah telat satu bulan segala. Artinya kan sudah ikut campur urusan rumah tangga kita."

"Betul Euis, Sayang. Tapi jangan takut, besok Akang akan datang ke kantor PLN. Harus dikasih pelajaran orang seperti itu!"

Besoknya Rais ijin tidak bekerja. Dia pergi ke kantor PLN. Tapi marah yang kemarin seperti badai itu, waktu sampai ke kantor PLN malah seperti angin semilir. Rais mengangguk-angguk hormat kepada satpam yang menghampirinya. Ya tentu saja seperti itu karena baru kali itu Rais ke kantor PLN yang dianggapnya megah. Rais ini memang hanya lulusan SD, bekerja menjadi tukang amplas di toko meubel, masuk ke kantor-kantor seperti PLN merasa malu dan minder.

"Tunggu saja di dalam, Pak. Ada ruang tunggu di sana. Nanti ada karyawan PLN yang membantu Bapak," kata satpam setelah bertanya kepentingan Rais dan alamat rumah.

Tidak lama Rais menunggu di ruang tunggu. Begitu datang, karyawan PLN langsung bilang, "Ya, betul Pak, sudah telat satu bulan."

Rais terkejut mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun