Mohon tunggu...
Yoseph Seda
Yoseph Seda Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Virus Corona dan Eksistensi Budaya Lokal

16 April 2020   18:45 Diperbarui: 16 April 2020   20:40 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus corona atau covid-19 telah menjadi wabah penyakit global di beberapa negara yang berpangkal di Kota Wuhan China. Saat ini umat manusia di seluruh dunia tengah dikejutkan dengan suatu wabah penyakit atau virus bernama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus atau lebih dikenal dengan covid-19 atau corona. Virus corona dapat menyerang sistem pernapasan. 

Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak, orang dewasa maupun lansia. Penyebaran virus Covid-19 untuk global sampai dengan saat ini (16/4/2020) menurut data Pusat Krisis Kesehatan Indonesia ada 1.986.986 kasus.

Sedangkan di indonesia sendiri terdapat 5.136 kasus dengan angka kematian sebanyak 469 kasus. Wabah tersebut secara normatif menimbulkan dampak dan risiko dalam bidang kesehatan dan keselamatan penduduk dunia.

Fenomena penyebaran virus corona begitu masif kita dengar melalui media massa dan perangkat informasi lainnya yang menimbulkan kepanikan masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. 

Dari informasi media nampaknya berita-berita yang disajikan oleh media sosial juga cenderung bicara tentang data berupa angka dan laporan kasus kematian yang disebabkan oleh virus covid-19 ini. 

Beberapa individu dalam masyarakat melakukan tindakan irasional sebagai respon dari kepanikan akibat virus corona dengan memborong bahan makanan dalam jumlah banyak sebagai antisipasi meluasnya covid-19. 

Celakanya ada beberapa oknum individu di masyarakat memanfaatkan fenomena ini untuk menimbun masker sebagai tindakan kapitalisasi untuk memonopoli keuntungan.

Beberapa langkah pun telah dilakukan oleh pemegang kebijakan dari setiap negara di dunia yang terjangkit virus covid-19. Mulai dari melakukan gerakan pembatasan bersosialisasi (Social Distancing) dan ada beberapa negara yang memberlakukan sistem Lock Down atau karantina kewilayahan. 

Dilihat dari kacamata sosiologi kebijakan ini sama artinya membatasi interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Fenomena covid-19 menyebabkan individu-individu sosial untuk melindungi diri dari lingkungan sosial dan perasaan saling mencurigai sesama individu dalam kelompok masyarakat. Sikap egosentris dan individualis ditunjukkan individu dalam tatanan sosial kemasyarakatan.

Menanggapi respon kepanikan yang bukan hanya dialami pemerintah maupun petugas medis dari wabah virus corona ini, berbagai upaya pun hadir di tengah-tengah masyarakat di seluruh Indonesia. 

Upaya yang mucul seperti ritus- ritus kebudayaan dan kepercayaan leluhur yang mulai menujukan eksistensinya. Tak terkecuali yang terjadi di Sikka Nusa tenggara timur.

Ritus adat menjadi salah satu alternatif atas kekwatiran terhadap virus yang mengganggu warga Desa Korobhera dimana para tokoh adat berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat dan tokoh agama untuk menggelar ritual adat. 

Salah satunya ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Korobhera di Kecamatan Mego Kabupaten Sikka Propinsi NTT. Ritus adat menolak bala dan penyakit sudah sering dilakukan di desa ini. 

Ritual adat dengan sebutan bahasa setempat yakni joka segu ngawu re’e atau menolak sakit penyakit. Seremoni dilakukan di kuwu si’e yang dipercaya sebagai tempat pembuangan sakit penyakit. Sebanyak 8 orang tertua adat yang disebut atalaki duduk melingkar di depan pintu masuk. 

Ritual adat dilakukan untuk meminta kehadiran arwah para leluhur dan menyampaikan ujud ritual setelah itu dilanjutkan dengan memberi makan dan minum kepada arwah. 

Ritual ini dimaksudkan agar virus corona tidak masuk dan dikeluarkan dari wilayah Indonesia secara umum agar tidak mengggangu kehudupan manusia.

Fenomena Covid-19 tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan serta arwah para leluhur merupakan sebuah fenomena sosial yang ada baik pada masyarakat mekanik yang identik dengan masyarakat tradisional maupun masyarakat organik yang identik dengan masyarakat modren. 

Karenanya hampir sebagian besar masyarakat percaya bahwa tradisi ritual mengandung beberapa pesan tertentu, baik nilai budaya maupun agama yang berguna bagi masyarakat luas. 

Tradisi ritual tersebut juga dimaknai sebagai simbol komunikasi sekaligus penghormatan manusia secara kolektif terhadap Tuhan dan para arwah leluhur yang dipandang memiliki kekuatan luar biasa dan dapat menjamin keberlangsungan dan keharmonisan hidup masyarakat. 

Dengan kata lain ritual-ritual tradisi dimaknai sebagai bujukan manusia kepada Tuhan atau arwah para leluhur agar dapat memberikan perlindungan, keselamatan, sekaligus juga berkah kepada masyarakat setempat untuk mewujudkan harapan dan keinginan mereka atas kondisi yang tidak menentu tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun