Mohon tunggu...
yosephine purwandani
yosephine purwandani Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan swasta

Ibu dengan 3 anak Hobi : mendengarkan musik, koleksi perangko

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kami Memanggilnya, "Teacher"

13 November 2023   14:02 Diperbarui: 13 November 2023   14:05 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudut mata kecil itu berkaca-kaca.

Perjalanan pulang kami malam itu selepas les renang menjadi sangat menyentuh.

Percakapan anak dan ibu pada momen-momen seperti inilah yang membuatku bahagia.

Cerita tentang kelas baru, grade baru dan pelajaran awal masuk sekolah setelah liburan yang lumayan panjang, nampaknya membuatnya sangat antusias sekolah.

Tetiba dia bertanya,"kalau kepala sekolah itu boleh mengajar ga Buk?"

Sambil mencari tahu maksud pertanyaannya, ibuk kembali bertanya," boleh mas, tapi kerjaan sudah makin banyak, tanggung jawab juga lebih banyak, kerjaan lebuh banyak, jadi bisa jadi ga sempat lagi waktunya".

"Oh", dia bergumam.

Separuh perjalanan menuju rumah kami, seperti ada yang terisak dibalakanku

Lah...anak lelakiku, Nawang, terisak dalam tangisnya.

Percakapan ringan menurutku, ternyata adalah ungkapan hatinya yang terdalam.

Sambil mencoba mencerna penyebabnya,kuraih tangan kecilnya dibelakangku.

Ah....ternyata kesan teacher yang satu ini melekat dalam hati anakku. 

Sampai dia begitu sedih saat kenaikan gradenya tidak diikuti oleh teachernya. 

Merasa kehilangan sosok yang membuatnya menemukan segala potensi dan kemampuannya (menurut saya he he), membuatnya nyaman, santai tapi tertib dan tegas.

"Mas,...sedih boleh,silahkan menangis supaya hatimu lega, sedih banget pastinya ya Mas?

"iya"...sambil terus terisak dan berderai air mata.

"Mungkin ini karena Mas belum kenal teacher kelas yang sekarang, dan mungkin memang teacher grade sebelumnya memang teacher kesayangan Mas, itu g papa, boleh saja jadikan semangatmu, suatu hari nanti buat teachermu bangga karena pernah memiliki murid sepertimu..itu hadiah terbik untuk seorang teacer Mas, tempatnya di hati mas Wawa (panggilanku untuk anakku) mngkin tidak terganti, tapi Mas juga harus mencoba membuka hati untuk teacher lain, semua baik, semua keren",ucapku sambil memperlambat laju sepeda motor kami.

Dia menjawab lirih "Iya, teacher yang sekarang juga baik kok, akrab , suka ajak main game seru, kelas juga seru, aku cuma ga tau kenapa kok sedih aja "

Tangisan anak lelakiku dan kejujurannyalah yang membuatku terharu malam itu,

Ini tidak sekedar cerita teacher dan student, namun ada makna lain dibalik cerita ini.

Tidak hanya anakku, beberapa orang tua juga mengamini perhatian dan keseriusan teacher ini dalam membimbing anak-anak kami. Sentuhannya kepada kami "parents"dan anak kami sangat terasa efeknya.

Bahkan teacher ini lah yang membuat para orang tua menjadi tahu anak kami memiliki potensi apa, kecenderungan sikap dan sifat apa, sehingga kami dapat berkolaborasi dengan baik antara teacher dan parents untuk proses belajar anak kami.

Wow...totalitas yang sempurna.

Beliaulah yang mendorong anak saya ikut lomba matematika, saya yang orang tuanya saja justru tidak tahu potensi ini (contoh yang tidak baik untuk ditiru ya), karena setiap kali kerjakan soal matematika bersama saya (homework) dia suka terburu buru he he, tapi teacher ini yakin dan benar saja, anak saya dapat masuk sampai tingkat nasional meski tidak masuk 10 besar, buat kami hasilnya adalah nomor sekian (cie cie...sok bijak saya), namun proses anak kami menjadi percaya diri dan bertahan dan berjuang meski berhadapan dengan kata "gagal" , "berhasil","kerja keras", itulah ilmu hidup yang dia dapatkan.

Anak saya menyanyi juga karena beliau (saya hampir tidak percaya bisa menyanyi, tidak pernah nyanyi dirumah), pilihan lagunya juga wah...out off the box, sempatnya memikirkan karakter vokal anak saya bagaimana maka lagu model bagaimana yang jadi tantangan baru buat anak saya, itulah salah satu kedetilan beliau yang tidak selalu saya jumpai pada beberapa banyak guru.

Sedikit refleksi bahwa dunia pendidikan sangat memerlukan jiwa-jiwa seperti beliau, mendidik bukan sekedar pelajaran, tapi seluruh rangkaian dari proses belajar itu yang justru membangun karakter siswanya, dan menurut saya teacher yang satu ini berhasil memberikan yang terbaik versi full.

Terimakasih Teacher..

Beliau adalah teacher Ika (mohon maaf saya sebut nama, bukan ingin mengecilkan teacher lain, namun ini adalah cerita yang berkesan buat kami, sehingga ingin mengabadikan dalam cerita)

Cerita ini adalah sepenggal dari banyak cerita versi student yang lain tentang beliau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun