Saat jantungnya tertembus peluru? Bukan.
Saat terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan? Bukan.
Saat makan jamur beracun? Juga bukan.
Manusia mati, saat ia dilupakan."
Hingga akhir cerita kita akan diperlihatkan kehidupan Arthur yang sangat menderita. Bahkan kita akan dibuat sangat iba dan berempati padanya hingga sulit membedakan apakah yang ia lakukan benar atau salah. Disini, garis perbedaan antara orang baik dengan orang jahat akan semakin terlihat abu-abu.
SKIZOFRENIA
Perlu kita ketahui bahwa delusi yang disebabkan oleh penyakit skizofrenia yang dimiliki Arthur berbeda dengan halusinasi. Delusi adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sedangkan halusinasi merupakan gejala saat indra seseorang mengalami hal yang tidak nyata. Simpelnya, kalau halusinasi masih bisa diatasi maka delusi yang dialami Arthur hampir tidak dapat ia kendalikan dan dapat terus menerus terjadi tergantung situasi dan kondisi yang membuat ia tertekan. Arthur mendapatkan penyakit ini karena kekerasan sadis yang ia alami saat masih kecil. Akibatnya saraf otaknya terganggu dan ia mengalami gangguan mental sampai sekarang.
Dalam kondisi tertawa yang tak bisa ia kendalikan, Arthur telah menyiapkan 'mantra' kertas yang menjelaskan tentang penyakitnya untuk berjaga-jaga jika suatu waktu tawanya lepas kembali. Tetapi apa yang terjadi? Orang-orang bukannya berempati, malah semakin memperoloknya. Bisakah kalian bayangkan perasaan Arthur? Sudah memiliki gangguan mental yang menyusahkan, lingkungannya pun justru semakin menjatuhkannya. Arthur benar-benar sudah jatuh, tertimpa tangga pula!
ORANG KEPERCAYAAN
Awalnya aku cukup lega karena Arthur masih memiliki seorang ibu yang ia sayangi. Kalau kita perhatikan, apapun masalah yang ditimpa Arthur diluar sana hingga membuat ia depresi, ia kembali tenang ketika ia pulang ke apartemen dan bertemu dengan ibunya. Ibunya selalu mengajarkannya untuk tersenyum, itulah yang membuat Arthur selalu memaksa dirinya untuk melupakan kesusahan-kesusahan yang ia alami ketika bertemu ibunya. Ia menonton tv dan berdansa bersama ibunya. Mungkin, sang ibu bagaikan obat penenang baginya.