Saat hujan mulai reda, tim melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Sekitar pukul 5 sore, renovasi rumah Mbah Waginah telah selesai. Dilanjutkan dengan memasukkan berbagai perabot rumah, seperti lemari, meja, ranjang, kasur, dan sebagainya.
Setelah interior rumah dirapikan, lantai disapu dan peralatan dikumpulkan, Mbah Waginah pun dijemput. Sejak pagi dimulainya aksi bedah rumah, Mbah Waginah diungsikan ke rumah tetangga. Saat beliau dipapah oleh salah satu anggota ICK, menuju rumah “baru”nya, Beliau justru tampak bingung.
Beberapa rekan ICK pun tak ragu mengajak Beliau bercanda. Rumah sederhana itu pun penuh dengan tawa canda. Mungkin, suasana seperti itu sangat langka terjadi di rumah Mbah Waginah, karena memang beliau hidup seorang diri.
Hari sudah semakin gelap, Mas Doni selaku ketua ICK, berpamitan pada Mbah Waginah dan ketua RT setempat yang hadir di sana. “…ngeten iki sagete rencang-rencang, mugi-mugi mbahe saget nyaman teng nggriyo sing didamelake rencang-rencang meniko”(seperti ini bisanya teman-teman, semoga Mbah bisa nyaman di rumah yang dibuatkan teman-teman ini) Mas Doni mewakili rekan-rekan ICK. Seperti apa yang disampaikan Mas Doni, renovasi rumah Mbah Waginah memang bukan renovasi istimewa. Hanya seperti ini yang bisa dilakukan oleh rekan-rekan ICK. “kulo maturnuwun banget….” Jawab Mbah Waginah dengan suara lirih, namun tampak bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H