Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ekspedisi Wisata di Pulau Nusakambangan

15 April 2017   17:33 Diperbarui: 17 April 2017   20:00 3221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapas Batu Di tepi sungai | foto dok. pribadi

Nelayan Sedang Mencari Ikan | Foto Dok. pribadi
Nelayan Sedang Mencari Ikan | Foto Dok. pribadi
Beberapa kali, tampak kawanan monyet dan burung (mirip) Bangau yang bermain di tepian sungai. Anak saya pun kegirangan –menjerit senang-, menyaksikan pemandangan yang luar biasa itu. Sama senangnya saat melihat hewan-hewan di kebun Binatang Gembira Loka Jogja. Tapi, menurut saya, pemandangan tersebut sangat menarik, bahkan lebih menarik ketimbang di kebun binatang. Sebab, di sini –hutan dan sungai ini- adalah habitat aslinya.

Pelan tapi pasti, perahu yang kami tumpangi melaju sekitar 40 km/jam, meninggalkan kawanan hewan penghuni sungai Nusakambangan. Kemudian bertemu lagi dengan kawanan yang lain, di tepian yang lain. Begitu seterusnya.

Lupa Kalau Sedang Berada Di Alcatraz-nya Indonesia

Saat saya tengah asik menikmati pemandangan alam, bapak "Nahkoda" berteriak: "itu lapas Batu". Ucap beliau sambil menunjuk bangunan putih di sisi kiri kami. Sejenak, keseruan penumpang kapal pun hening, tak ada canda. Semua menatap serius bangunan itu.

Lapas Batu Di tepi sungai | foto dok. pribadi
Lapas Batu Di tepi sungai | foto dok. pribadi
Indahnya pemandangan dan uniknya ekosistem sungai membuat saya –atau mungkin pengunjung yang lain- seolah lupa sedang berada di Alcatraz-nya Indonesia. Pulau yang –mungkiiin- paling ditakuti penjahat kelas kakap sekalipun. Di tambah lagi suara mesin perahu yang dikendalikan nahkoda di buritan, yang kontan memecah kesunyian pulau “penebusan dosa” ini.

Terlebih, saat beberapa perahu yang rombongan Kami tumpangi, berjalan berjajar, seolah memberi sensasi balap perahu. Seru sekali. Keseruan yang seolah “tak peduli” dengan orang-orang di gedung megah, di dalam jeruji besi, di pulau Nusakambangan. Gedung dengan Super Maximum Security, yang sebagian penguni sedang menanti hukuman mati. Atau menunggu “rampungnya” hukuman seumur hidup.

Saya sempat memandang Lapas Batu dengan begitu dalam. Saya mencoba menerka, apa yang tengah penghuni lapas lakukan saat itu? Bagaimana kondisi dan perasaan keluarga yang ditinggalkan? Tapi, Ah, begitulah hidup, ada sebab dan akibat.

Sesaat kemudian, salah satu penumpang berkata apik yo penjarane. Yang kemudian d jawab oleh penumpang lain: Gelem mlebu rono?. Gaahh jawab singkat penumpang yang memuji bagusnya Lapas Batu tadi. Tawa pun kembali pecah, mengalahkan suara mesin perahu yang terus menjauh dari Lapas Batu.

Mampir Ke Pusat Konservasi Mangrove Segara Anakan

Berfoto di Pusat Konservasi Mangrove | Foto dok. pribadi
Berfoto di Pusat Konservasi Mangrove | Foto dok. pribadi
Setelah sekitar 45 menit berselancar menyusuri aliran utama sungai, perahu dibelokkan ke kiri. Menyusuri aliran anak sungai tersebut. Anak sungai yang dengan lebar hanya sekitar 4 meter ini membuat kami serasa begitu menyatu dengan alam. Apalagi saat kembali berpapasan dengan kewanan monyet yang bermain ditepian sungai, dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya. Sungguh memberi sensasi yang tak biasa. Sensasi menyatu dengan alam yang jauh lebih seru ketimbang di kebung binatang.

Baru sekitar 15 menit menyusuri anak sungai ini, Kami berlabuh di sebuah dermaga kecil. Adalah dermaga Pusat Konservasi dan Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia. Pusat konservasi ini dibangun atas kerja keras dan kerjasama Pertamina, Universitas Jenderal Soedirman dan Kelompok Tani Patra Krida Wana Lestari. Tanpa kerja keras dan kerjasama tersebut, rasanya mustahil dapat mengelola dan mengembangkan kawasan Mangrove seluas 16.595 Hektar ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun