Kendala Pemasaran Produk Industri Kreatif
Saat Kami pindah ke Jogja pada akhir tahun 2013, jaringan internet tidak menjadi masalah. Konsultasi desain busana via online pun berjalan lancar. Apalagi, saat ini aplikasi chatting semakin banyak. Namun, tetap saja ada kesulitan saat mendapat konsumen yang berada di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T). Sebab, lini bisnis busana pengantin yang dijalankan istri saya ini membutuhkan komunikasi intensif, misalnya untuk konsultasi dan revisi design busana.
Ini hanya sudut pandang Kami sebagai produsen industri kreatif yang mendapat pelanggan dari daerah 3T. Bagaimana jika masyarakat 3T yang berprofesi sebagai produsen industri kreatif hendak memasarkan produknya? Padahal, banyak sekali potensi industri kreatif yang besasal dari daerah tersebut. Misalnya kerajinan, pakaian tradisional, pariwisata dan sebagainya. Sebagai contoh, daerah Maluku diakui sebagai sentra industri kerajinan
Mungkin tak berlebihan jika menganggap kondisi ini sebuah ironi, dimana potensi produk lokal sangat baik dan melimpah, namun kesulitan untuk memasarkan produk tersebut. Karena “terisolir” dari strategi pemasaran hebat dan hemat, yaitu internet.
Andai seluruh Indonesia terjangkau layanan internet dengan kecepatan yang bisa diandalkan dan stabilitas yang baik, berbagai karya kreatif dari pelaku usaha akan dengan mudah tersebar luas. Yang kemudian dikenali dan dibeli oleh masyarakat yang membutuhkan.
Harapan Dari Telkom, Melalui Satelit “Telkom 3S”
Sejatinya, tak ada masalah abadi yang tanpa solusi. Selalu ada cara jika mau usaha. Selalu ada jalan dibalik harapan. Harapan tersebarnya luasnya berbagai produk kreatif dari berbagai belahan Nusantara, “didengar” oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Perusahaan BUMN yang bergerak disektor telekomunikasi dan jaringan itu telah meluncurkan satelit terbarunya, yaitu Satelit Telkom 3S, pada 15 Februari 2017 lalu.