….
Lika-liku perjalanan saya inilah, yang membuat saya tertawa dengan cerita si bapak yang mengeluhkan perihal minat bisnis anaknya yang tidak sesuai dengan pendidikan formalnya. Dari modal kisah ini, saya memberanikan diri untuk mengomentari curhatan si Bapak tersebut.
“ndak papa pak, biarkan dia mencoba minat bisnisnya” saran saya. “saya juga orang otomotif, tapi dulu saya sudah coba usaha macem-macem, mirip seperti keinginan anak Bapak”
“mas e juga pernah buka warung makan, jahit mbarang (juga)?” tanya si bapak. Pertanyaan itu pun saya jawab dengan cerita, seperti cerita yang saya tuliskan di artikel ini. Setelah saya menceritakan lika-liku bisnis saya, nampaknya Bapak tersebut paham.
“Ngapunten pak, saya bukan menggurui. Cuma saran saja. Biarkan dia mencoba berbagai bisnis, nanti kan ketemu jalannya. Yang penting diawasi saja”.Saran saya itu menjadi penutup obrolan dengan tema bisnis “kutu loncat”. Obrolan pun berubah ke tema lain, kenaikan harga cabe, yang membuat sambal “Nasi Kucing” menjadi tidak pedas. Tak sepedas biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H