Upaya pertama yang saya lakukan adalah mencari informasi penjual dan harga mesin press batu bata. Namun, ternyata, harganya sangat mahal, berkisar Rp 50 juta – 70 juta. Sempat berfikir untuk merakit sendiri mesin tersebut, dengan membeli berbagai alat/komponen yang dibutuhkan. Namun, setelah ditotal, biaya pembuatannya masih tinggi, sekitar Rp. 35 jutaan. Ending-nya, rencana ini dibatalkan.
“Orang Otomotif” Menjadi Penjahit dan Penjual Pakaian
Aktifitas memutar otak untuk mencari ide bisnis sempat saya hentikan, saat akan merencanakan untuk menikah, awal tahun 2013. Fokus dulu untuk persiapan pernikahan. Singkat cerita, Istri saya sudah memiliki usaha konveksi dan butik di Jogja dan Klaten Jawa Tengah. Karena ikut suami, istri berikut sebagian peralatan usahanya pindah ke kampung halaman saya, di Sumatera Selatan.
Di sekitar kampung halaman saya, sulit untuk mencari pegawai yang bisa menjahit. Sedangkan istri, masih memiliki beberapa project busana pengantin yang belum selesai. Kondisi ini membuat saya antusias belajar menjahit. Dari yang biasa “bermain” dengan mesin mobil dan sepeda motor, melebarkan “sayap” ke mesin jahit. Ternyata, belajar menjahit itu sangat sulit.
“belajar jahit lurus dulu aja mas” saran istri. “saya ingin belajar jahit meliuk-liuk dulu” bantah saya. Padahal, aslinya pengen jahit lurus, tapi jatinya malah belok belok. Ternyata menjahit memang susah!
Singkat cerita, akhir tahun 2013, saya harus pindah ke Jogja, terkait kelanjutan pengabdian dari beasiswa yang saya peroleh saat kuliah S2 dulu. Di jogja, di luar waktu saya mendidik di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta, saya bersama istri membangun kembali bisnis konveksi dan butik.
Berbelanja kain dan kebutuhan konveksi, promosi dan pengiriman barang kerap saya lakukan. Bahkan, saya pernah berjualan pakaian di pasar mingguan di kawasan UGM, pasar Sunday Morning (SunMor) namanya. Jika dibandingkan dengan passion saya di bidang otomotif, aktifitas-aktifitas tersebut tentu jauh dari dunia otomotif. Terkadang, sesekali, passion harus “dilupakan”, untuk suatu kepentingan lain yang lebih dibutuhkan keluarga.
“Orang Otomotif” Kembali Ke Passionnya: Jual Beli Mobil & Motor Bekas
Yang namanya passion, tentu tak dapat dilupakan begitu saja. Yang kemudian membuat saya berfikir untuk menjalani bisnis yang sesuai dengan passion saya di bidang otomotif. Akhirnya, saya menjajal bisnis jual beli sepeda motor dan mobil bekas. Tak dipungkiri, bisnis ini berorientasi mencari profit rupiah. Namun, lebih dari itu, bisnis ini juga menambah wawasan dan keterampilan saya di dunia otomotif.
Biasanya, saya lebih tertarik untuk membeli mobil/sepeda motor yang belum pernah saya “bedah” teknologinya. Dengan tujuan agar saya familiar dengan teknologi kendaraan tersebut. Tak jarang, metode itu membuat saya rugi, karena harga jual kembalinya tidak sesuai harapan. Namun, ada kepuasan tersendiri, yang tak bisa dinilai dengan uang, yaitu kepuasan mendapat wawasan dan kompetensi dari membedah teknologi kendaraan tersebut. Hal itu sangat menunjang pekerjaan tetap saya di universitas. Saya bisa berbagi pengalaman dan kompetensi pada mahasiswa jurusan otomotif.
Namun, yang namanya bisnis, ada kalanya profit rupiah menjadi prioritas. Misalnya, membeli kendaraan bekas yang memiliki prospek bagus untuk dijual kembali. Tentunya agar bisnis ini bisa terus berjalan, dan juga media pembelajaran saya di luar kampus, juga tetap berlangsung. Bahasa sederhananya: untuk perbaikan ekonomi keluarga dan peningkatan kompetensi bidang otomotif, sesuai dengan passion saya.