Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Donald Trump dan Musim Penghujan Pengaruhi Harga Karet

13 Desember 2016   18:51 Diperbarui: 13 Desember 2016   20:33 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas tahun 2012, dolar tidak bisa menjadi patokan harga karet. Dolar naik, tapi harga karet terus turun. Dolar turun, malah harga karet naik. Oleh sebab itu, dolar tidak lagi menjadi referensi untuk memprediksi harga karet ke depan. Begitupun dengan hadirnya Donald Trump sebagai orang nomer satu di Amerika, yang juga diprediksi akan 'memengaruhi' nilai dolar di berbagai belahan dunia.

Produksi Karet Saat Musim Penghujan
Hingga saat, ini tak ada variabel pasti yang mempengaruhi harga karet, selain variabel musim. Adalah musim penghujan dan kemarau. Di musim penghujan seperti saat ini, produksi karet biasanya turun drastis. Sebab, jika hujan, tentunya pohon karet akan basah. Jika basah, petani tidak mau mengambil resiko, yaitu resiko karet hasil sadapan akan terbuang karena hujan. 

Resiko lain yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya jamur di kulit pohon karet. Jamur yang dapat muncul saat kulit karet 'dilukai' pada kondisi basah. Jamur tersebut bisa membunuh pohon karet. Itu sangat dihindari oleh petani karet. 

Namun, ada juga yang kreatif, dengan membungkus pohon karet dengan plastik besar. Jadi, pada lingkar pohon karet di atas titik sadap (posisi kulit pohon karet digores), dibungkus dengan plastik yang diikat karet. Seperti dipasangi kerudung, sehingga bidang sadapan tidak terkena air hujan. Namun, jika ditotal, biayanya cukup mahal.

Gambar Pelindung Bidang Sadapan Pohon Karet (sumbergambar: http://ptintitaniniaga.blogspot.co.id)
Gambar Pelindung Bidang Sadapan Pohon Karet (sumbergambar: http://ptintitaniniaga.blogspot.co.id)
Pernah, salah satu orang yang bekerja menggarap kebun karet Bapak, meminta untuk dibelikan penutup bidang sadapan pohon karet. Agar hasil karet tetap melimpah meskipun hujan terus turun. Bapak menjawabnya enteng, “Ojo ngoyo to mas, nek udan yo leren,(jangan ngoyo mas, kalo hujan ya istirahat) jawaban Bapak menanggapi tetangga yang membantunya mengurus kebun karet. “Biayane yo uakeh,(biayanya besar) sambung Beliau. 

Jika satu perangkat penutup untuk satu pohon karet dihargai Rp 4.000. Dalam 1 hektar lahan, berisi sekitar 500-an pohon karet. Modal untuk rain guard kulit pohon karet per hektar sekitar Rp 2 jutaan. Memang, modal tersebut bisa kembali dari hasil produksi karet yang stabil meskipun cuaca terus-terusan hujan.

Namun, masih ada kemungkinan aliran air hujan dapat menuju bidang sadapan dan udara yang lembab tetap bisa masuk. Hal itu tetap bisa juga memicu munculnya jamur yang membahayakan kelangsungan hidup pohon karet. Oleh sebab itu, masih banyak petani karet yang enggan menggunakannya. Hal itu berdampak pada rendahnya produksi karet saat musim penghujan.

Lagipula, tren sekarang adalah jika hasil produksi karet menurun, maka harganya naik. Jadi, jangan khawatir, saat musim hujan hasil produksi menurun drastis, karena akan diimbangi dengan harga yang meningkat. Selain itu, kulit pohon karet yang menjadi bidang sadapan menjadi awet alias tidak cepat rusak.

Seingat saya, saat belajar ekonomi di bangku SMA dulu, jika barang langka dan permintaan meningkat, maka nilai/harganya akan naik. Inilah yang terjadi saat ini pada komoditas karet di tingkat petani, tak lagi dipengaruhi dolar atau Donald Trump. Tapi, entah bagaimana ke depannya. Yang, jelas, saat ini petani karet sudah bisa tersenyum. Satu kilogram karet sudah senilai dengan 1 kilogram beras. Semoga, kabar baik terus hadir bagi petani karet, juga petani yang lain. Semoga.

Artikel terkait:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun