Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Donald Trump dan Musim Penghujan Pengaruhi Harga Karet

13 Desember 2016   18:51 Diperbarui: 13 Desember 2016   20:33 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Karet alam dan hasil karet yang sedang ditimbang untuk dijual ke pengepl (Toke) (foto yosep efendi)

"Alhamdulillah Le, rego karet mundak, sepuluhewu." (Alhamdulillah Nak, harga karet naik, (jadi) sepuluh ribu).

Begitu kata bapak kemarin malam, saat saya menghubungi Beliau via telpon, minggu lalu (6/12). Saya sangat senang mendengarnya. Sebelumnya, harga karet langganan di posisi Rp 5000 - Rp. 6000/Kg, paling banter di-angka 7000 tetapi tidak bertahan lama. Biasanya, kalaupun ada kenaikan harga karet, naiknya hanya dalam kelipatan Rp 100 -300. Tapi kalau turun, langsung anjlok Rp 500-1000. Sakit rasanya.

Donald Trump "Menaikkan" Harga Karet?
Hingga saat ini, petani di sekitar kampung halaman saya di sumatera selatan, masih banyak yang hanya mengandalkan pendapatan dari hasil kebun karet. Mereka tak punya cadangan pendapatan yang lain. Jadi, saat harga karet anjlok, mereka seperti puasa, mengencangkan ikat pinggang.

Bahkan tak sedikit yang harus merelakan sepeda motornya diambil dealer, karena tidak bisa membayar angsuran. Boro-boro bayar angsuran motor, untuk makan saja susah. Padahal, sepeda motor adalah alat transportasi andalan mereka untuk berkebun. Karena, kebanyakan, lokasi kebun jauh dari rumah.

"Jarene, karet naik karena donal tram kepilih dadi presiden, Le," (katanya, (harga) karet naik karena Donald Trump terpilih jadi presiden, nak) sambung bapak. Mendengar itu, saya tertawa, "Bapak kok tau donal tram? Bapak ngikuti berita pemilihan presiden Amerika? Haahaha…" tanya saya heran, sambil terus tertawa. Tertawa karena geli, kok Bapak tau sama Donald Trump. Setau saya, Bapak paling males ngikuti berita politik, apalagi di Amerika nan jauh sana. Itulah mengapa saya heran mengapa Bapak “kenal” Donald Trump.

"Jarene toke (pengepul karet) ki ngono le, aku yo gak paham" (katanya pengepul itu gitu, aku ya gak paham) jawab Bapak sambil tertawa juga. “Aku yo gak eruh donal tram, ngertine donal bebek, tontonanmu mBiyen, haahaha….(aku ya gak tau Donald Trump, taunya Donal Bebek tontonanmu dulu) Bapak tertawa makin lantang. Mendengar itu, saya senang sekali. Senang mendengar tawa bahagia Bapak, meskipun hanya via telepon.

"Opo bener yo, jal golek (informasi) neng internet," sambung beliau. "Mungkin wae pak, tapi mungkin karena musim hujan Pak, hasil karet sedikit, jadi hargo naik," saya coba menerka. "Oo iso wae ngono," bapak sepakat. 

(Sekadar informasi ringan: saat ngobrol, Bapak saya selalu menggunakan Bahasa Jawa, namun saya selalu menggunakan Bahasa Palembang atau bahasa Indonesia. Sebab, saya tidak bisa berbahasa Jawa halus, bisanya jawa ngoko (kasar). Maklum, saya lahir dan besar di Palembang. Tidak sopan jika berbahasa jawa kasar kepada orang tua. Jadi, saya menggunakan bahasa yang netral, yaitu Palembang atau Bahasa Indonesia).

Petani Karet Seperti Pemain Dolar
Saat ini, kondisi dan kebijakan ekonomi Amerika memang tidak terlalu berpengaruh dengan harga karet alam, setidaknya harga karet di daerah kampung halaman saya. Dahulu, sebelum tahun 2012, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sangat memengaruhi harga karet. Saat nilai dolar terhadap rupiah meningkat atau “dolar naik”, besar kemungkinan harga karet ikut naik. Oleh sebab itu, mohon maaf, saat dollar naik, kami akan senang. Sebaliknya, jika 'dollar turun', harga karet ikut turun.

Besarnya pengaruh dollar terhadap harga karet alam, membuat kami seperti 'pemain dollar'. Pernah, suatu ketika, sesaat setelah makan di sebuah rumah makan, Bapak meminta saya untuk mengecek nilai tukar dolar terhadap rupiah, melalui handphone saya. Kebetulan, saat itu dolar naik. Saya pun menjelaskan pada Bapak, termasuk berbagai prediksi nilai dolar ke depan yang saya peroleh dari berbagai media online.

Sepertinya, orang yang sedang makan di meja samping kami mendengar obrolan kami tentang dolar itu. Saya sempat melirik mereka dan mereka tampak sedang memerhatikan kami, mungkin heran. Mungkin, dalam pikiran Mereka, “Ini orang nDeso, penampilan ora mbejaji, kok mainan dollar?” Hehehe…. Padahal, aslinya ya cuma pengen tau harga karet yang berhubungan dengan nilai dolar. Bukan sedang “bermain” dolar.

Selepas tahun 2012, dolar tidak bisa menjadi patokan harga karet. Dolar naik, tapi harga karet terus turun. Dolar turun, malah harga karet naik. Oleh sebab itu, dolar tidak lagi menjadi referensi untuk memprediksi harga karet ke depan. Begitupun dengan hadirnya Donald Trump sebagai orang nomer satu di Amerika, yang juga diprediksi akan 'memengaruhi' nilai dolar di berbagai belahan dunia.

Produksi Karet Saat Musim Penghujan
Hingga saat, ini tak ada variabel pasti yang mempengaruhi harga karet, selain variabel musim. Adalah musim penghujan dan kemarau. Di musim penghujan seperti saat ini, produksi karet biasanya turun drastis. Sebab, jika hujan, tentunya pohon karet akan basah. Jika basah, petani tidak mau mengambil resiko, yaitu resiko karet hasil sadapan akan terbuang karena hujan. 

Resiko lain yang lebih mengkhawatirkan adalah munculnya jamur di kulit pohon karet. Jamur yang dapat muncul saat kulit karet 'dilukai' pada kondisi basah. Jamur tersebut bisa membunuh pohon karet. Itu sangat dihindari oleh petani karet. 

Namun, ada juga yang kreatif, dengan membungkus pohon karet dengan plastik besar. Jadi, pada lingkar pohon karet di atas titik sadap (posisi kulit pohon karet digores), dibungkus dengan plastik yang diikat karet. Seperti dipasangi kerudung, sehingga bidang sadapan tidak terkena air hujan. Namun, jika ditotal, biayanya cukup mahal.

Gambar Pelindung Bidang Sadapan Pohon Karet (sumbergambar: http://ptintitaniniaga.blogspot.co.id)
Gambar Pelindung Bidang Sadapan Pohon Karet (sumbergambar: http://ptintitaniniaga.blogspot.co.id)
Pernah, salah satu orang yang bekerja menggarap kebun karet Bapak, meminta untuk dibelikan penutup bidang sadapan pohon karet. Agar hasil karet tetap melimpah meskipun hujan terus turun. Bapak menjawabnya enteng, “Ojo ngoyo to mas, nek udan yo leren,(jangan ngoyo mas, kalo hujan ya istirahat) jawaban Bapak menanggapi tetangga yang membantunya mengurus kebun karet. “Biayane yo uakeh,(biayanya besar) sambung Beliau. 

Jika satu perangkat penutup untuk satu pohon karet dihargai Rp 4.000. Dalam 1 hektar lahan, berisi sekitar 500-an pohon karet. Modal untuk rain guard kulit pohon karet per hektar sekitar Rp 2 jutaan. Memang, modal tersebut bisa kembali dari hasil produksi karet yang stabil meskipun cuaca terus-terusan hujan.

Namun, masih ada kemungkinan aliran air hujan dapat menuju bidang sadapan dan udara yang lembab tetap bisa masuk. Hal itu tetap bisa juga memicu munculnya jamur yang membahayakan kelangsungan hidup pohon karet. Oleh sebab itu, masih banyak petani karet yang enggan menggunakannya. Hal itu berdampak pada rendahnya produksi karet saat musim penghujan.

Lagipula, tren sekarang adalah jika hasil produksi karet menurun, maka harganya naik. Jadi, jangan khawatir, saat musim hujan hasil produksi menurun drastis, karena akan diimbangi dengan harga yang meningkat. Selain itu, kulit pohon karet yang menjadi bidang sadapan menjadi awet alias tidak cepat rusak.

Seingat saya, saat belajar ekonomi di bangku SMA dulu, jika barang langka dan permintaan meningkat, maka nilai/harganya akan naik. Inilah yang terjadi saat ini pada komoditas karet di tingkat petani, tak lagi dipengaruhi dolar atau Donald Trump. Tapi, entah bagaimana ke depannya. Yang, jelas, saat ini petani karet sudah bisa tersenyum. Satu kilogram karet sudah senilai dengan 1 kilogram beras. Semoga, kabar baik terus hadir bagi petani karet, juga petani yang lain. Semoga.

Artikel terkait:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun