Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Pertamina Ditantang Kondisi Geografis Indonesia

1 Desember 2016   23:42 Diperbarui: 2 Desember 2016   00:04 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian Berita Tentang Hubungan Antara Kelangkaan BBM dengan Cuaca Buruk (screenshoot jawapos.com; tribunnews.com; kompas.com; antaranews.com dan koranpagionline.com)

Bagimana tidak rumit, Pertamina harus mendistribusikan energi ke lebih dari 17 pulau di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke pulau terluar. Padahal, dari situs Pertamina.com, diketahui bahwa Pertamina “hanya” memiliki 7 Unit Pengolahan (UP). Namun, UP 1 Pangkalan Brandan telah ditutup dan bergabung dengan UP II di Dumai (Riau). Unit Pengolahan yang lain berada di Plaju (Sum-Sel), Cilacap (Jawa Tengah), Balikpapan (Kal-Tim), Balongan (Jawa Barat) dan Kasim (Papua). Selain mengolah minyak, beberapa dari UP tersebut juga mengolah LPG dan bahan kimia lain. Berikut ini adalah gambar sebaran UP Pertamina.

Peta Sebaran Unit Pengolahan Pertamina (gambar diolah dari Google Maps)
Peta Sebaran Unit Pengolahan Pertamina (gambar diolah dari Google Maps)
Melihat gambar peta di atas, wajar saja jika pola distribusi Pertamina dianggap sebagai pola distribusi yang paling rumit di dunia. Bayangkan, dari 6 titik UP tersebut, energi produksi Pertamina akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Agar “mesin-mesin” penggerak pembangunan, dapat terus bekerja.

Jalur Distribusi Dari Unit Pengolahan Ke Masyarakat (sumber gambar: channel Youtube Pertamina)
Jalur Distribusi Dari Unit Pengolahan Ke Masyarakat (sumber gambar: channel Youtube Pertamina)
Penguatan Armada Distribusi Energi Untuk Negeri

Untuk mendistribusikan energi, Pertamina memiliki 3 jenis transportasi utama, yaitu kendaraan darat, laut dan udara. Selain itu, ada juga infrastruktur Pertamina yang berguna untuk menjamin pendistribusian energi ke seluruh Negeri. Antara lain:

Infrastruktur distribusi Pertamina (sumber: Annual Report Pertamina Tahun 2015)
Infrastruktur distribusi Pertamina (sumber: Annual Report Pertamina Tahun 2015)
Sarana lain yang belum masuk pada gambar di atas adalah mobil Tangki, yang berjulah lebih dari 2.800an unit. Untuk lebih memaksimalkan distribusi, hingga September 2016, Pertamina berhasil menambah armada kapal menjadi 217 kapal (sumber). Bahkan, dikutip dari www.bumn.go.id, Pertamina berencana menambah jumlah armada Tanker. Selama 2016- 2017,Pertamina kedatangan 8 unit kapal General Purpose dengan nilai investasi tak kurang dari Rp. 2,6 Triliun.

Bahkan, berdasarkan informasi dari tabloid milik Pertamina, yaitu ENERGIA edisi Desember 2015, Pertamina akan menargetkan penambahan armada kapal sejumlah 19 unit kapal berbagai ukuran hingga tahun 2020. Dari upaya memaksimalkan armada pengangkut ini, mengindikasikan bahwa Pertamina sangat serius dalam merespon kebutuhan energi masyarakat Indonesia dan menjawab tantangan sulitnya distribusi energi di Indonesia. Meskipun, sebenarnya target kargo yang diangkut Pertamina melalui armada kapalnya, terus meningkat sekitar 3,5% per tahun. Namun, Pertamina seperti sangat memahami bahwa kebutuhan energi oleh masyarakat terus meningkat.

Peningkatan Daya Angkut Bahan Bakar Pertamina (sumber: Energia, 28: Desember 2015)
Peningkatan Daya Angkut Bahan Bakar Pertamina (sumber: Energia, 28: Desember 2015)
Ingin Menggerakkan Negeri,  Justru “Digoyang” Badai

Pertamina harus menjalankan amanat Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Migas, yang salah satunya menekankan bahwa BBM harus tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, energi, seperti BBM dan Gas, sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

Contoh sederhana, sebagian besar masyarakat, berangkat ke tempat kerja menggunakan alat transportasi yang mengonsumsi BBM. Bagaimana jika BBM tidak ada, pastinya aktifitas masyarakat akan terganggu dan menjadi tidak produktif. Jika masyarakat tidak produktif, lalu siapa yang akan membangun Negeri ini?Maka tak berlebihan jika menganalogikan BBM sebagai “minuman berenergi” yang membangun dan menggerakkan Negeri.

Dalam upaya menggerakkan hingga pelosok Negeri melalui energi, Pertamina tidak selalu mendapat “jalan” mulus. Pertamina menelusuri jalur darat, memotong gunung dan perbukitan, menyebrang lautan dan mengudara melintasi awan untuk memastikan bahwa seluruh rakyat Indonesia bisa memanfaatkan Migas.

Namun, dalam upaya itu, tak jarang Pertamina mengalami kendala, baik teknis mauun non-teknis. Namun, dari berita yang banyak beredar, kendala non-teknis yang kerap muncul. Diantaranya adalah masalah cuaca dan medan jalan. Contohnya, pada Maret 2011, Riau mengalami kelangkaan BBM karena Kapal pengangkut BBM tak bisa beroperasi akibat dari cuaca buruk (sumber). Tahun 2012, Ternate mengalami masalah yang sama, yaitu kelangkaan BBM. Penyebabnya pun sama, kapal pengangkut mengalami masalah karena cuaca buruk (sumber). Lagi, tahun 2013, Ternate mengalami kelangkaan BBM gara-gara Kapal Tanker Pertamina yang mengangkut 7.000 ton BBM, tenggelam dihantam gelombang di Ternate (sumber).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun