Berbagai kajian dan penelitian mengungkapkan bahwa jarak aman antarkendaraan yang melaju adalah rata-rata 3 detik. Mengapa menggunakan satuan waktu (detik), bukan meter? Karena jarak aman antar kendaraan sangat tergantung pada kecepatan kendaraan. Mungkin masih ingat pelajaran Fisika/IPA SD/SMP, rumus kecepatan (v) adalah Jarak (s) dibagi waktu (t). Misalnya, Anda mengendarai mobil dengan kecepatan 60 Km/Jam. Artinya, setiap detiknya, kendaraan berpindah sejauh 16,67 meter (16,67 meter/detik).
Pertanyaan selanjutnya, mengapa 3 detik? Sebab, tak mungkin dari kecepatan tinggi dapat berhenti (kecepatan 0 Km/jam) dalam waktu singkat, tak cukup hanya 1 detik. Perhitungan teknisnya sangat rumit, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain: kecepatan kendaraan; koefisien dan gaya gesek kanvas rem dan Cakram (Disc Brake)/ Tromol Rem (Drum Brake); koefisien dan gaya gesek antara permukaan roda dan jalan; beban kendaraan; suhu dan kondisi permukaan jalan (basah/kering); dan perlambatan akibat penggunaan transmisi rendah (Low Gear). Semua itu harus dihitung dengan prisisi agar mendapatkan hasil yang akurat.
Beruntung, berbagai lembaga transportasi sudah membuat perhitungan rata-rata. Jadi, para pengguna kendaraan tidak perlu pusing memikirkan rumus dan perhitungan faktor yang mempengaruhi, yang sangat rumit itu. Salah satunya adalah perhitungan oleh Departemen Transportasi dan Jalan Australia, seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Waktu 3 detik itu digunakan untuk 2 proses utama saat melakukan pengereman hingga berhenti, yaitu Reaksi pengendara (warna abu-abu pada gambar di atas) dan reaksi pengereman maksimal (warna Oranye dan biru). Untuk reaksi, diasumsikan bahwa manusia membutuhkan waktu seKitar 1 – 1,5 detik untuk merespon benda/kendaraan di depan dan melakukan pengereman (menginjak pedal/tuas rem). Begitu juga dengan reaksi rem, dibutuhkan waktu 0,5 hingga 2 detik untuk bekerja maksimal menghentikan kendaraan. Jika diakumulasi, maka kedua proses tersebut membutuhkan waktu rata-rata 3 detik. Itulah alasan mengapa jarak aman rata-rata adalah 3 detik.
Jika sulit menghapalkan jarak aman berdasar gambar di atas. Maka bisa mengambil angka jarak aman yang sama dengan angka kecepatan kendaraan. Misalnya, kecepatan 60 Km/jam, jarak aman 60 meter. Kecepatan 70 Km/jam, jarak aman 70 meter. Begitu seterusnya. Tapi ini tidak berlaku untuk kecepatan dia atas 100 km/jam, apalagi kondisi jalan basah/licin. Dengan kondisi seperti itu, jangan ragu untuk menambah jarak aman, demi keselamatan bersama.
Patokan 3 Detik
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengukur jarak waktu 3 detik atau berbanding lurus dengan kecepatan? Sedikitnya ada 3 cara, yaitu (1) menghitung garis marka jalan, (2) menghitung Paku Jalan atau “mata kucing” yang tertancap di jalan dan (3) menggunakan benda-benda yang ada di pinggir jalan raya. Cara 1 dan 2 cukup merepotkan dan bisa mengganggu konsentrasi berkendara, kecuali ada teman disamping kursi kemudi yang bisa diminta bantuan untuk menghitung garis putus-putus dan jumlah Paku Jalan atau “mata kucing”. Sebab kedua cara tersebut harus menghitung jumlah garis putus yang panjangnya antara 3 hingga 5 meter dan jarak antar garis 1,5 hingga 8 meter. Begitu juga dengan Paku Jalan yang jarak antar Paku Jalan bervariasi, 3 – 5 meter, bahkan ada yang jaraknya lebih dari 10 meter.
Jarak Aman Pengendara Sepeda Motor
Jarak aman untuk pengendara sepeda motor yang berada di belakang mobil, pada prinsipnya sama dengan perhitungan jarak aman di atas. Namun, yang harus diperhatikan adalah dampak pengereman mendadak pada sepeda motor lebih berbahaya ketimbang mobil. Sebab, -seperti Kita ketahui- lebar permukaan roda sepeda motor jauh lebih kecil dari roda mobil dan jumlahnya pun hanya 2. Akibatnya, gaya gesekan antara roda sepeda motor dan permukaan jalan sangat kecil.