Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rencanakan “Warisan” Terbaik Untuk Anak

12 Agustus 2016   20:04 Diperbarui: 12 Agustus 2016   20:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Karet Hasil Peremajaan, yang tumpang sari dengan Terong. Stretegi tumpang sari Karet dan Terong adalah upaya untuk berbagi pupuk, mendapat penghasilan tambahan dari penjualan terong dan pohon karet menjadi terawat dan cepat besar (foto dok. Pribadi)

Saat pohon karet mulai dikenal dan diperkirakan memiliki prospek yang bagus, Orangtua mulai menanam karet. Sekitar tahun 2002, Pohon Karet (Bahasa latin: Hevea brasiliensis) mulai memasuki era kejayaan, harga getah karet ditingkat petani terbilang lumayan. Lambat laun, petani karet banyak yang menjadi “orang kaya baru”.

Sepeda motor baru, bahkan mobil baru, banyak menghiasi teras rumah petani karet. Tetapi tidak di teras rumah kami. Hanya ada motor lawas dan tidak ada kendaraan roda empat. Meskipun saat itu, orangtua bisa saja membeli mobil baru dengan cara kredit- seperti sebagian petani karet yang lain-, tetapi tidak mereka lakukan. Alasannya satu: lebih baik uangnya ditabung untuk biaya pendidikan anak. Upaya orangtua dalam memprioritaskan pendidikan membuat Kami –ketiga anaknya- bisa menikmati Pendidikan Tinggi.

Prosesi Menjual Karet Balokan Ke Pengepul (Foto Dok Pribadi)
Prosesi Menjual Karet Balokan Ke Pengepul (Foto Dok Pribadi)
Warisan Terbaik Bukanlah Harta, Melainkan Pendidikan

Persoalan rencana dan upaya pendidikan anak, saya punya “inspirator”. Tak perlu jauh-jauh, Inspirator tersebut adalah orangtua saya sendiri. Menurut saya, Mereka begitu hebat dalam hal perencanaan pendidikan Kami anak-anaknya. Pertama, meskipun bukan orang berpendidikan tinggi, tetapi Mereka selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya.

Mereka Beranggapan bahwa warisan terbaik bukanlah harta, melainkan Pendidikan. Kedua, Mereka punya perhitungan matang untuk beradaptasi dan merespon perubahan dunia pendidkan dan biaya untuk itu.

Masih jelas dalam ingatan, dahulu Bapak saya pernah berkata “Bapak gak iso wariske harta sing okeh, mung iso nyekolahke (Bapak tidak bisa mewariskan harta yang banyak, hanya bisa menyekolahkan (memberi pendidikan)". Itu pesan yang kerap Beliau sampaikan pada Kami ketiga anaknya. Sering sekali, hingga saya begitu hapal dengan kalimat “sakti” itu dan menjadi motivasi saya untuk terus belajar.

Orangtua saya bukan orang yang beruntung dalam hal pendidikan. Bapak tidak bisa meluluskan SMA-nya dulu karena ketiadaan biaya. Padahal ketika itu Bapak sudah kelas 3 SMA, tetapi dikeluarkan dari sekolah gegara tak bisa membayar iuran sekolah. Begitu juga dengan Mamak yang tak lulus SD karena masalah biaya.

Faktor ekonomi memaksa Bapak menjadi kaum transmigran, meninggalkan tanah kelahirannya di Jember Jawa Timur, merantau ke Sumatera Selatan. Begitu juga dengan Mamak (Ibu), mengikuti Orangtuanya meninggalkan Jawa Tengah dan merantau ke Sumatera Selatan. “Nek gak merantau, bakal soro terus (kalau tidak merantau, akan susah terus)” kalimat yang juga sering Bapak ucapkan ketika Kami sedang santai dan bernostalgia.

Ketidak-beruntungan orangtua dalam pendidikan formal menjadi alasan mereka dalam memprioritaskan pendidikan. Mereka sangat memperhatikan kebutuhan pendidikan ketiga anaknya. “Bapak gak iso sekolah duwur, tapi kowe kudu sekolah terus (Bapak tidak bisa sekolah tinggi, tapi kamu harus sekolah terus)” begitu pesan Bapak.

Meraka yakin bahwa pendidikan bisa membuat hidup lebih baik dan membentuk kemandirian hidup. Itu lah warisan terbaik orangtua untuk anaknya. Warisan harta atau benda cenderung akan cepat habis dan jika dibagikan pasti akan berkurang. Berbeda dengan pendidikan, yang jika dibagikan tidak akan berkurang, justru akan terus bertambah.

Perencanaan Pendidikan Yang Adaptif dan Responsif Terhadap Perubahan

Pelajaran kedua yang saya peroleh dari orangtua tentang pentingnya merencanakan pendidikan adalah beradaptasi dan merespon setiap perubahan, termasuk perubahan kondisi ekonomi dan biaya pendidikan. Ini penting agar suatu saat tidak “kaget” atau “kelabakan”, terutama saat membutuhkan biaya untuk pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun