Taman yang biasanya menjadi tempat bermain dengan fasilitas yang menyenangkan, membuat pengunjungnya gembira dan tak ingin beranjak dari sana. Kondisi seperti itulah yang kemudian diharapkan terjadi dalam proses pendidikan. Sekolah (mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi) yang merupakan wadah pendidikan, tak dipandang sebagai tempat “sakral” dan sarat aturan yang memberatkan siswa. Sekolah menjadi tempat belajar yang menyenangkan, seolah sedang bermain di taman. Dengan demikian, tak ada pemaksaan dan keterpaksaan, tak nampak kemurungan dan kesedihan, yang ada hanya kegembiraan layaknya “bermain” di taman.
Pendidikan Yang Menyenangkan: Belajar Sambil Bermain
Konsep Gerakan Semesta dan belajar yang menyenangkan, mengingatkan Saya dengan apa yag dahulu pernah Saya upayakan. Tahun 2012, Saya mendirikan kelompok belajar untuk anak SD, SMP dan SMA di rumah orang tua, sebuah desa di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Kegiatan kelompok belajar tersebut Saya beri nama Rumah Belajar Cendikia (RBC).
Faktor yang mendasari pendirian pusat kelompok belajar itu adalah karena keluhan beberapa masyarakat (tetangga Saya) mengenai kesulitan belajar yang dialami anak Mereka yang duduk di bangku SD dan SMP. Mereka tidak bisa membantu anaknya belajar di rumah, karena materinya dianggap terlalu sulit dan jauh berbeda dengan yang dulu Mereka dapat ketika sekolah. Lembaga Bimbingan Belajar (BimBel) yang populer lokasinya jauh di pusat kecamatan. Selain itu, Bimbel tersebut biayanya mahalnya (Rp. 300.000 – 400.000/bulan), sulit dijangkau oleh Mereka yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Proses pembelajaran di RBC menggunakan pendekatan pembelajaran yang dikolaborasi dengan berbagai permainan yang relevan dengan materi pelajaran, tujuannya agar anak tertarik dan antusias saat belajar. Permainan yang bukan hanya memberikan pemahaman materi, tetapi menumbuhkan sikap positif, seperti kedisiplinan, kepercayaan, kecekatan, kepemimpinan dan gotong royong, kerjasama dan sebagainya.
Awalnya, ada beberapa orang tua siswa yang protes terhadap metode pembelajaran yang Saya terapkan di kelompok belajar RBC. Isi protesnya perihal anak seharusnya serius belajar, bukan bermain. Setelah Saya jelaskan tujuan dari berbagai permainan, akhirnya Mereka mengerti dan setuju. Sejak saat itu, Saya menyusun lembar perkembangan tiap siswa yang kemudian Saya sampaikan kepada orang tuanya. Gayung bersambut, orang tua yang tahu perkembangan anaknya menjadi lebih aktif untuk datang dan berdiskusi dengan fasilitator belajar di RBC.
Belajar dengan metode yang menyenangkan terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar (baik nilai dan sikap). Nilai rapor sekolah anak-anak anggota kelompok belajar RBC mengalami peningkatan. Selain itu, hasil belajar sikap juga memuaskan. Anak-anak lebih ceria, disiplin, percaya diri, berani dan sebagainya. Dengan hasil itu, akibatnya banyak orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke dalam kelompok belajar RBC, namun dengan terpaksa tidak bisa diterima karena keterbatasan tempat dan fasilitator belajar.
Dengan terpaksa pula, kelompok belajar RBC dibubarkan pada akhir tahun 2013. Karena Saya harus kembali ke Yogyakarta, mengabdikan diri di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta (terkait beasiswa yang Saya terima ketika kuliah S2 dulu). Ketika itu tidak ada yang bersedia meneruskan kegiatan kelompok belajar RBC, jadi terpaksa dibubarkan.
Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional
Gerakan Semesta yang mengedepankan prinsip bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang harus diupayakan bersama, diyakini akan memberikan wawasan dan pengalaman pendidikan kepada anak-anak, kapanpun-di manapun-oleh siapapun. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Nasional untuk menumbuhkan dan menciptakan generasi berkarakter pancasila, dapat tercapai dengan baik. Ketika semua elemen bangsa peduli dengan pendidikan, maka pendidikan akan berkembang dengan baik dan jauh dari konflik.