"Selamat Jalan nana John Kletor Domaking Bahagia di Surga" (7 september 1954-14 Agustus 2019)
Ketika kepergian beliau menghadap sang Kuasa pada tanggal 14 Agustus 2019 dan berselang 12 hari saya membuka kembali hardisk eksternal saya dan menemukan 'tugasku masih gantung'. Dalam hati saya merasa bersalah mengapa baru sekarang saya menemukan kembali file ini dan mempublikasikannya. Mungkin kebangetan lebai bagi anak-anak dan keluarga Nana ketika membaca tulisan ini.
Terserah apapun persepsi mereka bagi saya amanat tetap amanat. Saya percaya atas izin Nana saya beranikan untuk mempublikasikan walau hanya melalui media online yang notabenenya hanya sebagian orang yang membaca. Maafkan saya Nana saya bukan penulis hebat sepertiMu. Saya hanyalah seorang Engeneer yang sehari bergelut dengan ilmu-ilmu pasti yang atas didikanMu bisa menulis walau jauh dari kata sempurna di mata khalayak banyak.
Tulisan ini adalah tulisan asli ketika saya berbincang dengan Nana 26 September 2016 di Wangatoa. Nana mengatakan "anak kalau kamu senang menulis dan punya kenalan awak media tolong publikasikan tulisanmu tentang 'Nana' (Bahasa Lamholot-Ile Ape yang artinya paman/om). File ini masih utuh dan belum saya rubah.
John Domaking Mengabdi Tak Kenal Pensiunan
"How to Begin and How to Finish"
Oleh Yosep B. Elaman
Yohanes Kletor Domaking atau sering disapa John Domaking mungkin nama yang familiar di pendengaran orang Lembata. Ia adalah seorang guru, inspirator, motivator, bijak dan pelantun kalimat-kalimat indah dalam hajatan-hajatan akbar. Ia lantang di depan kelas dan pintar merajuk kalimat-kalimat puitis dari mimbar ke mimbar sebagai master of ceremony (MC).
Ia yang selalu berpenampilan rapi di mata publik dan selalu menatap ratusan bahkan ribuan manusia kini hanya bisa memandang dari balik jendela berukuran 40 cm x 100 cm. Ia adalah sosok pahlawan bagi keluarga besar dan murid-muridnya. Dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa tak kenal pensiunan.
John Domaking putra asal Muruona dilahirkan di Muruona-Ile Ape-Lembata dari pasangan petani Bapak Andreas Payong Domaking (alm) dan Ibu Elisabeth Keling Matarau (alm) pada 7 september 1954. Mengenyam pendidikan sampai Sarjana Muda Bahasa Indonesia di Ende pada Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang cabang Ende tahun 1980 dan Diploma III (D3) Bahasa Inggris di BBC Pertiwi Jakarta. Mengawali karir sebagai guru di SMPK Ampera Waipukang pada tahun 1974. Ia juga pernah menjadi guru di berbagai seolah seperti di SMPK St.Pius Lewoleba, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Kemasyarakatan Lewoleba, SMA Kawula Karya Lewoleba (sempat menjabat Wakasek kurikulum dan kepsek), guru di Sekolah Pengembangan Pertanian (SPP) Kawula Karya, pengajar pada Kursus Asisten perawat RS. Bukit Lewoleba, Tutorial Paket C Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Lembata, SMA PGRI Scolastika Lewoleba (Wakasek sarana dan prasarana), SMA Katolik St. Yakobus Rasul Lewoleba (wakasek kurikulum). Selain aktif sebagai guru beliau juga aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan dan politik. Ia pernah menjabat sebagai ketua LKMD (sekarang LPM) Lewoleba Timur 1996-2011, ketua Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) 1999-2016 dan Wakil Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Lembata 2003-2008.
Tokoh motivator pendidikan lintasan generasi ini sangat peduli terhadap pendidikan. Hal ini dapat kita ketahui dari daftar riwayat karirnya atau sepak terjangnya di atas. Beliau lebih menitik beratkan pengabdiannya sebagai guru di lembaga swasta ketimbang lembaga negeri. Menurutnya lembaga pendidikan swasta jauh lebih baik (bukan soal upah) dari segi mutu dan managemen walaupun kenyataan berkata lain di kabupaten Lembata. Satu hal yang menjadi kebanggaannya adalah ia telah menjadi guru yang baik untuk sekian banyak generasi. Hal ini senada dengan pengakuan dari mantan murid-muridnya lintas generasi bahwa beliau adalah sosok guru yang baik dan pengajar professional dan metodelogik. Mereka selalu ingat pernyataan ceplas-ceplosnya "lebih gampang kawin daripada belajar, karena kawin tidak pernah diajarkan dan dipelajari tetapi ilmu pengetahuan kita belajar seperti setan tak kenal siang tak kenal malam, kita tetap belajar." Selain itu kalimat-kalimat motivasinya di sekolah "Mereka yang hari ini duduk muka bodoh di dalam kelas ini besok-besok adalah pejabat-pejabat besar di daerah ini, kami mendidik serigala menjadi domba." Memang pernyataan ini benar adanya karena banyak anak muridnya yang sudah menjadi orang penting (orang besar) dan orang baik di negeri ini.