Mohon tunggu...
Yosef  Latu Duan
Yosef Latu Duan Mohon Tunggu... Administrasi - Saya bekerja di instansi Kabupaten Pulau Morotai sebagai PNS atau ASN

Saya juga adalah Pemerhati Sosial dan Politik di Kabupaten Pulau Morotai, yang beralamat di Daruba Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara Kode Pos: 97771

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru ku Sayang_Guru ku Malang

12 Desember 2024   05:32 Diperbarui: 12 Desember 2024   03:32 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru ku Sayang_Guru ku Malang

(Catatan Lepas_sebuah Seruan Moral Kritis-Reflektif 

pada peringatan Hari Guru Nasional Senin, 25 November 2024)

 

Oleh Yosef Latu, S.IP. alias Kajol, Pria berkelahiran Lembata Flores NTT yang berdikari menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara.

Kajol yang juga selaku Pemerhati Sosial Politik Morotai melalui Himpunan Anak Rantau Untuk Morotai (HARUM Center) memberikan catatan kritis-reflektif untuk semua masyarakat Indonesia yang cinta akan Pendidikan, dalam rangka memperingati hari Guru Nasional Senin, 25 November 2024.

Melawan Lupa, Ketika Kaisar Jepang ke-142 yang dikenal dengan nama anumerta Kaisar Showa yakni Kaisar Hirohito mendengar berita kelam Hirosima dan Nagasaki. Hiroshima  porak poranda pada 6 Agustus 1945, dengan penjatuhan bom atom mengerikan yang dinamai Little Boy itu menyebabkan 80.000 orang langsung meninggal dunia; dan Nagasaki hancur akibat bom atom kedua pada 9 Agustus 1945. Korban dari bom yang dinamai Fat Man itu sebanyak 60.000 hingga 80.000 jiwa, yang mana semua bom atom itu diluncurkan dari Lapangan Pitu Streep Pulau Morotai Maluku Utara Indonesia. Atas tragedi mencekam itu, sebuah respon yang langsung muncul dari mulut Kaisar Hirohito: “Berapa jumlah guru yang tersisa?”

Eksistensi Guru

Menyingkap Pernyataan sekaligus pertanyaan Kaisar Hirohito: “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Fakta menunjukkan sekitar 250.000 guru yang masih hidup, Kaisar Jepang menyatakan tekad, dalam satu generasi, Jepang akan lebih maju dari kondisi sewaktu ditaklukan. Kenyataannya pada 1960-an, Jepang membuktikan dapat lebih unggul dalam teknologi dan ekonomi dari kebanyakan negara penakluknya. Itu berarti bahwa Guru adalah kunci dari proses pendidikan dan peradaban suatu bangsa. Sebab Sejarah telah mencatat, guru menjadi penentu maju atau mundurnya suatu bangsa. Di mana Kaisar Hirohito tidak menanyakan berapa banyak tentaranya yang tewas atau yang masih hidup namun guru yang ditanyakan. Kaisar sadar betul bahwa kehilangan guru lebih merugikan daripada kehilangan tentaranya. Sejak saat itulah Jepang mulai bangkit dan menata kembali peradabannya dengan memberikan perhatian lebih terhadap dunia pendidikan. Hasilnya jelas dan bisa kita saksikan sampai hari ini. Negara Sakura menjadi kekuatan hebat di dunia. Begitu pula dengan America Serikat belakangan ini juga sangat progresif membenahi kebijakan postur guru. Hal itu dimaksudkan meningkatkan daya saing negaranya yang mulai disaingi oleh Tiongkok dan India.

Tidak ketinggalan pula Indonesia sebagai bangsa yang besar mulai perlahan-lahan menata sistem pendidikannya. Kendatipun masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam hal kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan Indonesia. Perlu diketahui bahwa salah satu entitas substantif dari pendidikan adalah guru. Sebagaimana seorang Filsuf Yunani: Socrates Dalam bukunya, The Republic, menyebut dua profesi yang harus sarjana, yang pada 2.000 tahun sebelum Masehi itu dianggap sebagai orang yang luas pengetahuannya, arif dan bijaksana, yaitu guru dan anggota parlemen. Alasannya, guru bertugas menyiapkan generasi yang akan datang dan anggota parlemen berwenang membentuk aturan untuk hidup bersama dengan baik. Sehingga ketika merujuk pada hakikat keberadaan Guru, dalam filosofi Bahasa Jawa memiliki makna 'digugu lan ditiru'. Digugu berarti setiap perkataan dan perbuatannya harus bisa dipertanggungjawabkan, sedangkan ditiru berarti setiap sikap dan perbuatannya pantas untuk dijadikan teladan bagi siswa. Senada dengan konsep tersebut, semua anak bangsa Indonesia harus belajar dari spirit tokoh pendidikan: Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa peranan seorang guru adalah jika di depan menjadi contoh atau teladan: Ing ngarso sung tuladha, jika di tengah membangkitkan hasrat dan semangat untuk merdeka belajar: ing madya mangun karsa, dan jika di belakang memberi dorongan atau motivasi: tut wuri handayani; supaya roh semangat seorang guru kembali kepada prinsip dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga pendidik yang diakui atas keprofesionalannya. Oleh karena itu, revolusi mental para guru juga sangat penting supaya berperan aktif dalam membangun karakter bangsa dan menegakkan prinsip kebangsaan, dengan cara penegakan dan pelestarian Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Yang mana bertujuannya untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa menuju Indonesia emas Tahun 2045.

Mencermati Hari Guru Nasional bermula pada Kongres Guru Indonesia yang pertama di Surakarta pada November 1945, yang mana bangsa Indonesia baru saja merdeka. Para pendidik bersatu dalam semangat kemerdekaan dan membentuk organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Sejak saat itu, disepakati setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari lahirnya PGRI, sekaligus juga sebagai Hari Guru Nasional, demi wujud penghormatan bagi profesi guru yang telah diresmikan oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994.

Guru Ku Malang: Sebuah Tantangan

Guru merupakan salah satu profesi yang mulia dan memiliki peran penting untuk pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan. Guru mendidik dan membimbing anak untuk menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. Dengan peran yang sangat penting itu, guru juga memegang tanggung jawab dan tugas yang cukup banyak. Oleh sebab itu, guru harus terus belajar dan mengembangkan kompetensi diri sebagai tenaga pendidik yang profesional.

Dengan kompetensi yang mumpuni, guru bisa menjawab berbagai tantangan pendidikan dan berkontribusi membangun kualitas pendidikan Indonesia lebih baik. Apalagi di era digital, ada banyak tantangan yang harus dihadapi guru, mulai dari tantangan internal seperti: kualitas diri atau kurang persiapan dalam mengajar, Pengajaran yang harus kreatif, Kurang Interaksi dalam pelajaran, Sering merasa paling benar, Kurang menjadi contoh atau teladan, Kurang memiliki Keyakinan yang kuat dalam diri, serta harus kreatif dan inovatif. Selanjutnya, ada pula tantangan eksternal yang dihadapi guru diantaranya: Perilaku siswa yang beragam, Bantu temukan minat dan bakat siswa, adaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan cepat atau globalisasi atau Revolusi Industri 4.0, perkembangan paham demokrasi dan hak asasi manusia, gaya hidup konsumtif dan serba glamour, Daya serap siswa, Siswa yang kurang disiplin serta menghadapi siswa milenial atau gen z dengan tepat, . Masalah Generation Gap (Jarak Antargenerasi), Peningkatan Profesionalisme guru,  Kaya Akan Bahasa dan Budaya, Kaya Akan Bahasa dan Budaya, Pengembangan karakter dan tantangan lainnya.

Guru tidak bisa lagi hanya mengandalkan ilmu yang diperoleh semasa kuliah. Tantangan perubahan yang begitu cepat menuntut guru adaptif terhadap perubahan itu, lalu menyikapinya dengan kreativitas dan inovasi. Tanpa itu semua, guru akan tertinggal oleh zaman dan bahkan tergilas oleh kemuthakiran teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga ia tidak bisa menyiapkan generasi masa depan.

Guru harus berusaha dalam mengatasi berbagai problematika dalam pembelajaran demi memajukan pendidikan di Indonesia, mengingat kemajuan pendidikan serta keberhasilan belajar ditentukan dari kualitas guru. Guru harus terus berusaha menciptakan pembelajaran yang inovatif, menarik dan menyenangkan bagi siswa. Selain mengajar guru juga harus belajar mengembangkan diri lebih baik dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Intinya belajar bisa di mana saja dan kapan saja, yang penting ada niat dan kemauan yang tinggi.

Untuk meningkatkan kompetensi, maka guru harus terus belajar dan mengikuti berbagai pelatihan. Inilah saatnya guru berinovasi dengan melakukan banyak riset, baca, tanya, coba, dan karya. Hingga saat ini, jumlah guru yang inspiratif, inovatif, dan adaptif dengan kemajuan dunia belumlah menggembirakan. Karena lembaga pendidikan di Indonesia masih dibelit oleh rutinitas belaka, dan belum menjadi lumbung kreativitas, inovasi, dan penelitian. Padahal, era globalisasi sekarang ini memungkinkan sekolah menjadi pendorong yang hebat bagi daya kreativitas semua masyarakat.

 

Guru Ku Sayang: Harapan Baru Membangun Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

Berbicara mengenai Indonesia Emas 2045 merupakan salah satu rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJMN) yang menargetkan untuk mewujudkan negara yang tangguh, mandiri, dan inklusif setelah 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran strategis yang perlu dimaksimalkan untuk menjaga generasi bangsa dalam mewujudkan Indonesia Emas. Terdapat 4 (empat) pilar terlaksananya visi Indonesia Emas 2045 (Puspa et al., 2023) yakni: Pendidikan berkualitas dan inovatif; Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; Kebudayaan yang kuat dan dinamis; serta Persatuan dan kesatuan nasional. Pilar-pilar ini menjadi dasar pijak kita bersama untuk membangun bangsa Indonesia dalam hal peningkatan dan pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia terutama melalui bidang pendidikan.

Pada prinsipnya guru adalah unsur utama yang amat penting dan menentukan keberhasilan pendidikan. Peringatan Hari Guru Nasional pada setiap tanggal 25 November hendaknya menjadi momentum bagi guru untuk berpikir lebih keras dan berjuang lebih kuat dalam menghadapi tantangan pendidikan. Dalam hal ini tema Hari Guru Nasional pada 25 November 2024: Guru Hebat, Indonesia Kuat, mengisyratkan guru dituntut agar berpikir-berkata-bertindak inovatif dan kreatif dalam pembelajaran.

Adapun metode pembelajaran deep learning ful-ful (mindful, meaningful and joyful) yang diperkenalkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) saat ini: Bapak Abdul Mu’ti patut diapresiasi dan berupaya untuk dilaksanakan bersama. Di mana Deep learning termasuk metode kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang meniru cara kerja otak manusia untuk memproses data, memungkinkan komputer mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lain. Selain itu, Deep learning dapat diaplikasikan dan bahkan menjadi momentum percepatan dan transformasi pembelajaran serta teknologi atau jembatan kecerdasan manusia dengan artificial intelligence (AI). Sebab, tanpa disadari, pandemi Covid-19 telah mengubah pola pikir guru, murid, dan orang tua untuk adaptif dengan berbagai kondisi serta kebutuhan teknologi.

Konteks ini, teknologi pada dasarnya hanyalah alat bantu. Akan tetapi yang terpenting adalah komitmen, kreativitas, serta kepedulian guru yang bisa memberikan pengalaman bermakna bagi siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada intinya metode pembelajaran ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (akademik dan nonakademik) yang berfokus pada pemahaman mendalam, kreativitas, pengembangan karakter siswa, relevansi kelimuan, serta keterampilan berpikir kritis. Sehingga para guru dituntut menempa diri untuk bergerak maju agar mudah menghadapi hal-hal baru dalam pembelajaran. Hal itu bertujuan memperluas cakrawala ilmu yang nanti ditransformasikan kepada anak didik.

Berdasarkan catatan literasi pada peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2024 dari Bapak Sutrisno seorang guru SMPN 1 Wonogiri yang menjelaskan pesan penting dalam sebuah buku dengan judul Guru Gokil Murid Unyu buah karya dari J. Sumardianta (2013), yang menjelaskan bahwa guru juga perlu bersikap demokratis kepada murid. Guru demokratis harus berani meninggalkan metode belajar kaku, monoton, dan memperlakukan anak didik layaknya bejana kosong. Murid harus dijadikan individu yang berkembang secara utuh dalam bingkai pendidikan holistik atau menyeluruh. Adapun tujuan peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2024 yaitu: Memberikan apresiasi kepada guru dan tenaga kependidikan; Merayakan semangat kolaborasi guru Indonesia, Menguatkan visi guru sebagai pembelajar sepanjang hayat, Merayakan semangat menuju Generasi Emas Indonesia 2045 serta Amplifikasi energi, semangat, dan praktik baik pembelajaran. Dengan itu selaku anak bangsa kita perlu merefleksikan banyak hal tentang guru, mulai dari prestasi dan penghargaan kepada guru, kesejahteraan guru, dan sampai pada mencari guru yang sejati, berkarakter serta profesional, demi memaknai Guru Hebat, Indonesia Kuat menuju Indonesia Emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun