Mohon tunggu...
Yosef  Latu Duan
Yosef Latu Duan Mohon Tunggu... Administrasi - Saya bekerja di instansi Kabupaten Pulau Morotai sebagai PNS atau ASN

Saya juga adalah Pemerhati Sosial dan Politik di Kabupaten Pulau Morotai, yang beralamat di Daruba Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara Kode Pos: 97771

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gemar Gadget Gagap Baca Buku

11 Desember 2024   23:14 Diperbarui: 12 Desember 2024   00:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gemar Gadget_Gagap Baca Buku

Oleh Yosef Latu, S.IP. alias Kajol, Pria berkelahiran Lembata NTT yang berdikari menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara.

Kajol yang juga selaku Pemerhati Sosial Politik Morotai melalui Himpunan Anak Rantau Untuk Morotai (HARUM Center) memberikan cuitan refleksi khusus Generasi Muda Indonesia, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2024.

Potret Pendidikan Indonesia
Mencermati fenomena yang terjadi dalam dunia Pendidikan, maka sangat tepat pernyataan moral dari Nelson Mandela (Mantan Presiden Afrika Selatan): “Education is the most powerful weapon in the world (Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia).”

Hal ini menunjukan bahwa tanpa pendidikan baik formal, informal maupun non formal maka dunia ini gelap. Salah satu subjek sentral dari pendidikan adalah manusia. Di mana sumber daya manusia merupakan entitas substantif yang arus dikembangkan secara rutin dan continue.

Ruang lingkup utama dari pendidikan sekaligus elemen integral dalam bidang pendidikan adalah literasi. Karena literasi merupakan alat bagi peserta didik untuk mengenali, memahami, dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari sekolah. Di Indonesia, budaya literasi siswa dianggap masih rendah. Rendahnya kemampuan literasi peserta didik tentunya memiliki dampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih saat ini, era digitalisasi berdampak negatif terkait kemampuan dasar peserta didik menjadi lemah dan instan.

Terpaan fenomena perilaku kemalasan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dirinya meningkat drastis dari saat ke saat akibat kecenderungan untuk lebih mengoleksi dan mengakses Gadget daripada pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Olehnya dapat dipastikan bahwa mindset dari anak-anak remaja dan orang muda dewasa ini di Indonesia sangat terbatas pada hal-hal karbitan.

Keterlibatan generasi milenial (Pemuda-Pelajar-Mahasiswa) pada industri Gadget ini akan memaksa semakin banyak mereka di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk lebih memilih berkarir menjadi ‘influencer’ dalam dunia konten, yang berorientasi mengejar pendapatan atau taraf hidup pribadi, namun mereka lupa ada sisi kelam dari terkikisnya mental dan kesenjangan ekonomi yang mendalam.

Sebuah Survei Global pada tahun 2019 menemukan bahwa anak-anak lebih memilih menjadi Youtuber ketimbang penulis buku, peneliti dan astronot. Hasil survei tersebut sempat ramai di berbagai media dunia, serta membuat banyak orang meragukan “anak-anak zaman sekarang.”

Di titik nadi kegilaan anak milenial pada tawaran keterbukaan informasi dan kecanggihan tekhnologi saat ini, akhirnya mereka meninggalkan buku sebagai jendela dunia. Kebiasaan duduk membaca buku di rumah, sekolah, perpustakaan dan di mana saja menjadi momok yang menjijikan. Selain itu, buku diidentikan dengan jendela ilmu yang akan membuka cakrawala kehidupan manusia, seturut pernyataan penegasan Barbara W. Tuchaman yakni: “Buku adalah pembawa peradaban. Tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu bodoh, sains lumpuh, pemikiran dan spekulasi terhenti. Buku adalah mesin perubahan, jendela di dunia, mercusuar yang didirikan di lautan waktu.” Itulah sedikit gambaran betapa berharganya sebuah buku demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Paradoks Pendidikan Manusia Indonesia
Fakta Penelitian mengungkapkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-31 dunia dalam hal kegemaran membaca, dengan rata-rata warga membaca sekitar 6,83 buku per tahun. Penelitian ini dilakukan oleh majalah CEO WORLD, yang melibatkan 6,5 juta orang dari 102 negara. Sementara di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat 3, di bawah Singapura dan Thailand.

Menurut data dari CEO World Magazine, Amerika Serikat menjadi negara dengan penduduk yang paling banyak membaca buku di dunia pada tahun 2024, dengan rata-rata 17 buku per tahun dan durasi membaca 357 jam. India mengikuti di posisi kedua dengan rata-rata 16 buku dan 352 jam membaca, sementara Britania Raya di posisi ketiga dengan 15 buku dan 343 jam. Negara Prancis dan Italia masing-masing berada di posisi keempat dan kelima, dengan rata-rata 14 dan 13 buku per tahun. Kanada menempati posisi keenam dengan 12 buku, diikuti oleh Rusia dengan 11 buku dan Australia dengan 10 buku per tahun. Sehingga Indonesia berada di peringkat ke-31 dari 102 negara, dengan rata-rata 5,91 buku dan durasi membaca 129 jam per tahun. Di sisi lain, Afghanistan menjadi negara dengan angka terendah dalam membaca, hanya 2,56 buku per tahun dengan 58 jam membaca.

Kondisi minat membaca dari anak bangsa ini dirasakan juga di wilayah Maluku Utara termasuk di Kabupaten Pulau Morotai yang melingkup 6 Kecamatan dan terdiri dari 88 Desa dengan proyeksi penduduk tahun 2023 dari BPS Pulau Morotai adalah sebanyak 80.566 jiwa.

Menanggapi fenomena pendidikan itu, Pemikir postmodern seperti Fritjof Capra kemudian memperkenalkan konsep “jejaring kehidupan,” bahwa segala sesuatu di dunia ini saling terkait, termasuk dalam konteks pendidikan. Belajar bukan hanya tentang individu, tetapi memahami diri sebagai bagian dari jaringan sosial dan ekosistem yang lebih luas. Olehnya, sebagai pembawa perubahan, pendidikan harusnya memberi ruang bagi pengembangan diri dan kemampuan adaptif. Dalam kehidupan nyata, yang lebih penting adalah kemampuan menyelesaikan masalah, berinovasi, serta memahami dan menghargai perspektif orang lain.

Untuk itu, Fritjof Capra, melalui teorinya tentang jejaring kehidupan, menggambarkan bahwa kehidupan adalah jaringan yang saling terkait, mirip seperti kehidupan sosial manusia. Belajar tidak seharusnya menjadi aktivitas yang terisolasi dan individualistik, tetapi sebaliknya, menjadi proses kolaboratif di mana siswa saling belajar dan tumbuh bersama.

Sebuah pertanyaan reflektif bagi kita anak bangsa: Apakah sistem pendidikan yang kita bangun benar-benar berfokus pada pengembangan manusia yang utuh dan berkarakter, atau sekadar pada pencapaian angka-angka? Bisakah kita menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kolaborasi, kreativitas, dan cinta belajar tanpa terjebak pada ujian-ujian yang membatasi potensi siswa?

Dengan ulasan ini, ingin menggugah hati kita semua selaku anak bangsa terutama Pemuda-Pelajar-Mahasiswa yang masih mencintai buku fisik agar gemar membaca buku sebagai sarana utama dalam memperkuat budaya literasi di Indonesia terutama di Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara demi pengembangan Morotai kedepannya yang sehat, cerdas dan sejahtera, di mana Morotai sebagai sebuah Kabupaten defenitif pada 20 Maret 2008 melalui UU No. 53 Tahun 2008 yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, dengan 6 (enam) Kecamatan yang terdiri dari 88 Desa.

Di mana Pulau Morotai juga memiliki segala potensi Sumber Daya Alam yang mumpuni dan Panorama Bahari Lautnya serta spot-spot beragam Pulau yang sangat indah dan mempesona untuk dikembangkan melalui konsep yang cemerlang dan strategi yang cerdas lewat program-program kerja yang menyentuh dan berdampak langsung dalam meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat Pulau Morotai.

Penduduk Kabupaten Pulau Morotai berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2023 dari BPS Pulau Morotai adalah sebanyak 80.566 jiwa yang terdiri atas 41.461 jiwa penduduk laki-laki dan 39.105 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2022, penduduk Kabupaten Pulau Morotai mengalami pertumbuhan sebesar 2,93 persen.

Sementara itu, angka rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar 107,08. Inilah potensi sumber daya manusia yang harus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. Maka dalam ulasan ini terdapat kajian sederhana yang kritis dan solutif terkait apa dan bagaimana peran aktif anak muda Indonesia di tengah zaman digitalisasi, dengan strategi meningkatkan kesadaran untuk membaca buku dapat menjadi pemicu awal sekaligus obat penawar racun pemikiran dalam diri agar perlahan-lahan mulai mencintai buku dengan berpegang pada spirit pada filosofi pantat atau duduk tenang dalam membaca buku.

Derasnya Terpaan Gadget
Realita mencatat bahwa generasi milenial lebih memilih koleksi Gadget daripada Buku. Sehingga perlu kita mengetahui apa arti sebuah nama dari yang kita sebut Gadget tersebut. Gadget merupakan perangkat elektronik kecil yang memiliki berbagai fungsi khusus. Selain itu, Gadget juga dapat diartikan sebagai suatu perangkat alat canggih yang didalamnya terdapat berbagai aplikasi.

Dalam konteks ini aplikasi itu sendiri kemudian dijadikan sebagai sumber informasi, jejaring sosial, hobi, kreativitas, dan masih banyak lagi. Alat teknologi ini juga mempermudah seseorang untuk berbagai aktivitas. Melalui aplikasi yang terhubung dengan koneksi internet, maka hingga saat ini, Gadget membantu kebutuhan manusia pada umumnya, secara konkret dapat kita lihat pada penjualan barang, membeli, mencari teman, dan bekerja. Jadi, gadget merupakan perkembangan teknologi komunikasi yang memiliki banyak fungsi.

Perbedaan Gadget dengan benda elektronik lainnya adalah pembaharuan. Saat ini, gadget terus diperbaharui untuk berbagai kebutuhan manusia sejagat. Bahkan, Gadget atau Gawai juga berfungsi sebagai sarana bisnis, sumber informasi, penyimpanan data, dokumentasi, untuk mendengarkan musik, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, Gadget juga digunakan sebagai sarana belajar secara daring ataupun online.

Sejarah awal mula kemunculan Gadget sesungguhnya tak terlalu dapat dijelaskan secara menyeluruh. Hal ini karena kata Gadget ini tidak menyimbolkan suatu benda ataupun barang, melainkan pada suatu klasifikasi dari beberapa jenis komponen seperti misalnya handphone. Oleh karena itu, ketika kita mengulas awal mula Gadget, maka sama halnya dengan membahas sejarah dari perangkat handphone itu sendiri.

Adapun diperkenalkan 4 (Empat) jenis Gadget yang menguasai hajat hidup semua manusia di dunia termasuk di Indonesia dan terasa juga dalam kehidupan praksis di Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara adalah: Pertama, Gadget sebagai Alat Komunikasi. Gadget merupakan alat komunikasi yang canggih dengan fungsi utamanya adalah memudahkan dalam berkomunikasi dengan banyak orang tanpa terbatas dengan jarak dan waktu.

Kedua, Gadget untuk Produktivitas. Gadget untuk produktivitas adalah gadget yang di mana fungsinya adalah untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Jenis gadget ini memiliki banyak fitur di dalamnya. Semua fitur yang dimiliki gadget ini kemudian akan didesain untuk membantu kita semua untuk bekerja.

Ketiga, Gadget untuk Hiburan. Jenis gadget yang satu ini memiliki fungsi untuk memberikan hiburan kepada para penggunanya. Selain itu, gadget untuk hiburan sendiri memiliki fungsi dasar yaitu memutar musik ataupun video. Contoh yang dapat dilihat dari gadget untuk hiburan diantaranya pada pemutar musik portable iPod ataupun pemutar musik portable. Keempat, Gadget untuk Gaya Hidup. Gadget tidak selamanya digunakan untuk bekerja serta menikmati hiburan saja. Dengan kata lain, ada salah satu jenis Gadget yang dapat digunakan untuk mendukung gaya hidup. Jika memiliki Gadget yang satu ini, maka kita bisa menjadi lebih percaya diri dalam melakukan berbagai macam aktivitas.

Keempat tipe Gadget yang mendukung gaya hidup, seperti konsol game, drone, Fitness Band, Smartwatch, dan action cam. Selain itu, ada beberapa tipe atau model atau contoh Gadget yang banyak digunakan oleh semua manusia di dunia zaman digitalisasi ini yakni: Handphone, Laptop/ Notebook/ Komputer, Tablet, Kamera Digital dan Headphone/Headset.

Pada dasarnya, Gadget memang memiliki banyak sekali jenis, fungsi dan manfaatnya serta tipe atau model. Namun, di sisi lain ternyata Gadget juga memiliki dampak negatif yang tidak baik apabila digunakan secara berlebihan atau salah memilih informasi atau menjadi bumerang bagi kita dan orang lain serta dapat merusak mental dan kesehatan jiwa dan raga kita. Sebab arus Gadget sangat deras dan yang bisa mengendalikannya adalah akal sehat yang ada dalam diri kita masing-masing.

Strategi Mendorong Giat Baca Buku
Sebuah falsafah klasik mengatakan bahwa “Tulang punggung bangsa dan negara ada di tangan anak muda diantaranya Pemuda-Pelajar-Mahasiswa.” Hal ini senada dengan ungkapkan Ir. Soekarno, Proklamator Indonesia: “Berikan aku 1000 (seribu) orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 (sepuluh) pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia.”

Artinya, niat dan semangat anak muda itu harus didukung dan dikembangkan secara positif sehingga mereka juga dapat mempunyai mental yang baik dan kecerdasan yang mumpuni untuk merubah negeri ini ke arah yang lebih baik dan maju.

Begitu pula dalam dunia Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro selaku tokoh Pendidikan untuk belajar merdeka menegaskan ulang agar kita semua bertindak sebagai seorang guru demi menyelamatkan anak bangsa yang digilas oleh arus zaman digital dengan semboyan: “Guru itu memberikan teladan, Ing ngarso sung tulodo, ketika di depan. Ketika di tengah, membangkitkan semangat, Ing madya mangun karso. Karsa itu semangat, jadi membangkitkan semangat, motivasi kepada peserta didik, lalu kemudian ketika di belakang itu mendorong muridnya, Tut wuri handayani.” Sehingga mendorong dari belakang supaya muridnya ini mandiri.
Dengan kata lain independen atau merdeka.

Ini sebenarnya filosofi yang ingin menciptakan murid-murid yang mandiri, murid-murid yang merdeka. Oleh karena itu, ketika berbicara Gadget erat kaitannya dengan membicarakan generasi milenial yang tentu masih mempunyai semangat Sumpah Pemuda dengan selalu bercermin pada jasa para Pahlawan.

Belajar dari spirit ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 serta peristiwa Pertempuran 10 November 1945 mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban yang sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu, diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya, dan tercatat sekitar 1.600 orang prajurit Inggris tewas, hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.

Sehingga catatan kelam ini boleh menjadi cambuk bagi generasi muda yang semakin tergilas dengan Gadget, agar merefleksikan perjalanan panjang untuk membangun negeri, di mana ikrar Sumpah Pemuda dan hari Pahlawan tersebut mengandung makna agar pemuda-pemudi Indonesia senantiasa mencintai tanah air Indonesia, menjaga dan merawat persatuan sebagai sebuah bangsa, serta menjunjung penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, juga demi perdamaian dan pembangunan global.

Ikrar Sumpah Pemuda itu: Kami Putera dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Olehnya, ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tersebut menjadi inspirasi terciptanya Sumpah Mahasiswa, yang melalui situs Mahasiswa Indonesia, dicatat bahwa pembacaan teks Sumpah Mahasiswa pertama kali dilakukan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1988 di Gedung Litbang Fisipol Universitas Gadjah Mada, yang ditulis oleh Afnan Malay, seorang pemuda yang turut terlibat aksi turun ke jalan di Gedung DPRD DIY.

Sehingga Sumpah Mahasiswa menjadi semakin dikenal dan meluas pasca peristiwa 1998 di mana mahasiswa menjadi bagian penting sejarah dalam menggulirkan reformasi di Indonesia, dengan semangat Sumpah Mahasiswanya: Sumpah Mahasiswa Indonesia: Kami mahasiswa Indonesia bersumpah; Bertanah air satu; Tanah air tanpa penindasan. Kami mahasiswa Indonesia bersumpah; Berbangsa satu; Bangsa yang gandrung akan keadilan. Kami mahasiswa Indonesia bersumpah; Berbahasa satu;Bahasa Kebenaran; Bahasa tanpa kebohongan. Konteks Sumpah mahasiswa ini sebagai sebuah tonggak akan pentingnya peran mahasiswa dalam dunia literasi, inovasi, riset dan tekhnologi serta untuk membentuk karakter mahasiswa yang berintegritas dan menjunjung tinggi etika.

Begitu juga ketika memaknai tema Hari Pahlawan 2024: “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu”. Maka serentak mengajak masyarakat Indonesia termasuk pemuda-pelajar-mahasiswa untuk meneladani sikap para pahlawan yang sudah gugur akibat berjuang demi nama bangsa Indonesia, dengan tujuan menggerakan hati semua anak bangsa untuk membangun negeri sesuai dengan potensi dan profesi masing-masing.

Seiring dengan nuansa ini, tanggal 10 November 2024 juga bertepatan sebagai Hari Sains Sedunia. Di mana hari Sains Sedunia dibuat untuk banyak orang merayakan bagaimana sains berpengaruh besar terhadap dunia bahkan untuk perdamaian dan pembangunan global. Perayaan hari ini adalah untuk mengenang pencapaian ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah. Ide ini bermula di tahun 1999, saat UNESCO dan Dewan Sains Internasional menyelenggarakan Konferensi Sains Dunia yang pertama. Acara tersebut berlangsung di negara Hongaria, dan beberapa delegasi sepakat mengenai perlunya mendidik masyarakat dunia tentang sains.

Diputuskan dengan suara bulat bahwa hari atau minggu khusus harus didedikasikan untuk sains. Satu tahun kemudian, Badan Eksekutif UNESCO menyetujui Hari Sains untuk Perdamaian dan Pembangunan. Pada tahun 2002, berbagai organisasi non-pemerintah (LSM), organisasi pemerintah, pusat penelitian, lembaga pendidikan termasuk sekolah, perguruan tinggi, dan universitas berkumpul untuk merayakan hari sains ini di bawah bimbingan dan dukungan UNESCO.

Dalam dunia sains, buku menjadi utama dalam perkembangan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta tekhnologi. Sehingga di sisi lain buku menjadi obat penenang akal sehat dan jiwa. Namun terkadang kita lupa bahwa buku juga dapat menjadi media lain yang bisa membantu meredahkan stress tanpa kita harus takut akan radiasi yang dikeluarkan Gadget yang dimiliki. Mengingat internet menyediakan banyak informasi. Baik buku maupun internet sama-sama menyajikan banyak informasi dan pengetahuan.

Hanya saja dengan adanya internet, informasi ditampilkan jauh lebih menarik. Sehingga timbul pertanyaan, bagaimana posisi tawar buku di tengah arus informasi digital seperti sekarang? Ternyata, buku masih menjadi andalan sumber pengetahuan yang akurat. Banyak informasi di internet nyatanya tidak didukung dengan keakuratannya. Bahkan di dunia pendidikan tinggi, buku adalah sumber referensi utama dalam penulisan karya ilmiah. Sumber yang berasal dari internet paling tidak direkomendasikan untuk digunakan. Apabila digunakan maka harus memenuhi kriteria tertentu yang menunjukkan sumber dari internet tersebut memang kredibel.

Perlu diperhatikan secara mendalam bahwa selain lingkungan dan tekhnologi canggih yang semakin menjauhkan kebiasaan kita dari membaca. Ada faktor lain yang sebenarnya paling kuat dan menentukan tindakan kita yaitu, niat atau kemauan dalam diri kita sendiri. Diri kita sendiri adalah faktor terpenting dan substantif dalam melakukan sesuatu hal. Jika di dalam diri sendiri saja kita tidak memiliki ketertarikan dalam membaca, maka jangankan membaca buku, menyentuh atau mendengar judul buku saja mungkin rasanya sudah malas dan mengantuk. Karena itu, bibit-bibit minat baca sudah seharusnya ditanamkan sedari kita masih kecil sembari memberi motivasi dan keteladanan kepada generasi anak muda atau anak cucu kita kedepannya. Seringkali di sekolah kita seperti dipaksa untuk membaca buku-buku text book demi mendapatkan nilai yang baik.

Padahal, kalau kita sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku-buku, baik itu buku novel ataupun buku pelajaran. Karena sesungguhnya semuanya akan kembali lagi kepada diri sendiri, apakah kita memiliki niat untuk membaca atau tidak. Karena jika sudah tidak memiliki niat, pasti juga sudah tidak berminat.

Salah satu strategi eksternal untuk meningkatkan kesadaran membaca buku adalah dengan menghadirkan Perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan. Kehadiran Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dalam 6 (enam) tahun belakangan terlihat telah menunjukkan perbaikan yang signifikan. Perbaikan yang dimaksud antara lain mewujudkan pembangunan nasional yang lebih baik dan memberikan upaya penyuluhan akan peran perpustakaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun tiga pendekatan yang menjadikan perpustakaan dapat melakukan perbaikan dalam rangka kesejahteraan masyarakat yaitu pendekatan kerangka regulasi, kerangka kebijakan nasional, dan kerangka kelembagaan perpustakaan. Adapun pertama yaitu pendekatan kerangka regulasi menetapkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menjadi dasar hukum tertinggi pengelolaan pengembangan perpustakaan di Indonesia. Pendekatan kedua yakni kerangka kebijakan nasional di mana Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin menjadikan perpustakaan dan literasi menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional Tahun 2020-2024. Lalu ketiga, pendekatan kerangka kelembagaan perpustakaan menegaskan bahwa setelah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah diterbitkan, perkembangan kelembagaan perpustakaan semakin kuat, baik di tingkat Provinsi dan di Kabupaten/Kota. Di mana Perpustakaan Nasional juga senantiasa mengupayakan seluruh jenis perpustakaan menjadi sesuai dengan standar UNESCO.

Hal tersebut ditandai dengan tingkat kemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat telah mencapai 2,08%. Selanjutnya, beberapa capaian lain diantaranya semakin meningkatnya standarisasi atau akreditasi perpustakaan menjadi 5,12%. Dalam beberapa capaian Perpusnas beberapa tahun belakangan ini, baik dalam hal inovasi maupun kreativitas program, seluruhnya meningkatkan kondisi kegemaran membaca masyarakat Indonesia dan indeks pembangunan literasi masyarakat menjadi SDM unggul.

Dengan demikian ketika kita membaca buku secara sungguh-sungguh maka akan berdampak signifikan dengan kesejahteraan hidup dan karakter diri. Membaca buku merupakan aktivitas yang mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sebab buku merupakan satu di antara sumber pengetahuan yang bisa menambah wawasan dan bisa mengetahui apa saja yang ada di penjuru dunia. Tanpa kita sadari, membaca buku dapat memberikan banyak inspirasi bagi kita demi mengabdi negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun