Mohon tunggu...
Yosef Noferianus Gea
Yosef Noferianus Gea Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Seorang pribadi dengan mimpi besar membangun negri". Sedang menjalani studi di Universitas Katolik Parahyangan-Bandung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Para Sarjana

14 November 2015   16:03 Diperbarui: 14 November 2015   16:09 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahun angka lulusan sarjana terus meningkat, itulah sebuah fakta menarik di negri kita ini.

Setiap tahun pula angka pengangguran meningkat, itulah fenomena yang tidak terhindari di negri kita ini.

Lantas fakta menarik itukah yang sedang kita nikmati?

Sadarkah kita dengan fenomena ini?

haruskah ada argumen dari para tokoh tersohor untuk mengatakan bahwa para sarjana meraih kelulusan untuk menjadi bagian dari angka pengangguran. haruskah demikian untuk menyadarkan negri ini? sangat disayangkan sekali jika benar demikian.

Memang tidak sedikit yang mampu meraih suksesnya juga, namun sebagian besar terkatung-katung nasibnya.

Banyak diantara para sarjana ini yang akrab dengan kata pengangguran setelah meraih gelar sarjananya. Bahkan ada yang menunggu hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun barulah mendapat pekerjaan.

Negri ini seakan terasa sangat sempit, tidak memberi kebebasan gerak bagi para sarjana kita untuk berkarya, atau mungkin para sarjana kita yang justru terlalu bergantung kepada penyedia lapangan kerja? dan tidak memiliki sedikit keberanian untuk melakukan sesuatu hal yang produktif dan justru mampu membuka lapangan kerja itu sendiri.

Alasan yang sangat diwajarkan sehingga para sarjana belum mampu berdikari  biasanya adalah soal modal, pengalaman, dan mau memiliki karir yang jelas. sehingga siap menunggu hingga beberapa bulan untuk diterima di perusahaan tertentu.

Negri ini juga terkesan cuek bebek dan hal ini yang mengindikasikan kepada kita semua bahwa seakan-akan sedang tidak terjadi apa-apa dikalangan para sarjana, secara tidak langsung sebagian besar para sarjana seakan sudah diikhlaskan untuk menerima takdir untuk menjadi bagian dari pengangguran setelah lulus sarjana.

Haruskan kita benarkan tindakan yang nyaris diam dari pihak pemerintah?

Bukan apa-apa, tapi pemerintah sudah seharusnya bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya, ya termasuk para kaum intelektual ini.

Hal yang lebih menyedihkan adalah sebuah pandangan bahwa Indonesia butuh entrepreneur untuk memperbaiki keadaan di negri ini, namun sayang sekali hal itu hanyalah sekedar gurauan yang sering terdengar dalam berbagai kesempatan semisal seminar atau pertemuan akademis atau hal lainnya. Belum ada tindakan konkrit yang mampu menyediakan lahan bagi para sarjana untuk berkarya. 

Mungkin anggaran negara kurang?

Mungkin anggaran negara dialokasikan untuk hal yang lebih penting?

Mungkin anggaran negara lebih baik dikantongi?

Kemungkinan itu bisa saja terjadi, namun sangat disayangkan jika pemerintah pun tidak terlalu peduli untuk masa depan para sarjananya.

Presiden pertama kita, Pak Soekarno pernah bilang "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya", sebagian besar dari kita pun masih mengingat hal demikian bahkan dengan mudah terucap untuk menjadi sebuah jargon. Namun adakah pemerintah memahami siapa pahlawan yang seharusnya diandalkan untuk masa modern yang penuh dengan persaingan di era yang semakin global ini?

Siapa lagi kalau bukan para pemuda, atau setidaknya dalam hal ini para lulusan sarjana. 

Pemerintah Terlalu Sibuk

Seandainya pemerintah tidak terlalu sibuk untuk mengurus hal lain dan tidak menganggap hal ini sebagai hal yang wajar, mungkin negri ini pun semakin diperkuat dengan karya-karya anak Bangsa.

Namun pemerintah kita juga memiliki kesibukan melakukan pembenahan diberbagai sektor lainnya, termasuk juga sebagian kesibukan untuk menilep uang negara (untuk oknum tertentu, khususnya bagi mereka yang suka korup atau nyimpan uang di kantong pribadi).

Pemerintah tidak pantas disalahkan, namun sebaiknya pemerintah perlu memikirkan nasib para kawan-kawan ini. Berjuang sendiri tidak lebih baik jika pemerintah memfasilitasi perjuangan yang ingin dilakukan.

Sebenarnya hal yang ingin disampaikan adalah bukalah peluang bagi mereka untuk berkarya dan bantulah mereka lewat anggaran negara yang berlimpah. Kelak jika mereka berhasil dengan karyanya masing-masing, bukan tidak mungkin justru mereka-mereka inilah yang membantu negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan.

Mungkin pemerintah sudah melakukan berbagai upaya, tapi itu belum cukup. Tidak salah jika masih terus melakukan upaya yang jauh lebih besar. Tapi itu baru bisa tercapai kalau negara benar-benar ingin menjadi negara besar. Kalau masih sibuk dengan kantong sendiri sih, jangan harap pernah terjadi, yang ada justru kekurangan anggaran karena banyak yang disimpan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun