Bukan apa-apa, tapi pemerintah sudah seharusnya bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyatnya, ya termasuk para kaum intelektual ini.
Hal yang lebih menyedihkan adalah sebuah pandangan bahwa Indonesia butuh entrepreneur untuk memperbaiki keadaan di negri ini, namun sayang sekali hal itu hanyalah sekedar gurauan yang sering terdengar dalam berbagai kesempatan semisal seminar atau pertemuan akademis atau hal lainnya. Belum ada tindakan konkrit yang mampu menyediakan lahan bagi para sarjana untuk berkarya.Â
Mungkin anggaran negara kurang?
Mungkin anggaran negara dialokasikan untuk hal yang lebih penting?
Mungkin anggaran negara lebih baik dikantongi?
Kemungkinan itu bisa saja terjadi, namun sangat disayangkan jika pemerintah pun tidak terlalu peduli untuk masa depan para sarjananya.
Presiden pertama kita, Pak Soekarno pernah bilang "bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya", sebagian besar dari kita pun masih mengingat hal demikian bahkan dengan mudah terucap untuk menjadi sebuah jargon. Namun adakah pemerintah memahami siapa pahlawan yang seharusnya diandalkan untuk masa modern yang penuh dengan persaingan di era yang semakin global ini?
Siapa lagi kalau bukan para pemuda, atau setidaknya dalam hal ini para lulusan sarjana.Â
Pemerintah Terlalu Sibuk
Seandainya pemerintah tidak terlalu sibuk untuk mengurus hal lain dan tidak menganggap hal ini sebagai hal yang wajar, mungkin negri ini pun semakin diperkuat dengan karya-karya anak Bangsa.
Namun pemerintah kita juga memiliki kesibukan melakukan pembenahan diberbagai sektor lainnya, termasuk juga sebagian kesibukan untuk menilep uang negara (untuk oknum tertentu, khususnya bagi mereka yang suka korup atau nyimpan uang di kantong pribadi).