Mohon tunggu...
Dasanama
Dasanama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis menjadi bagian dari hobi yang mampu mengasah intelegensi seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Hidup Susah, Mati Sengsara

22 Februari 2021   17:28 Diperbarui: 22 Februari 2021   18:00 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah enam hari dirawat di rumah sakit, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa kematian menjadi jalanku. Aku tidak merasa sedih, melainkan rasa tenang dan nyaman karena akan terhindar dari masyarakat yang merasa takut dan jijik kepadaku. Membayangkan bertemu malaikat dan sanak saudara sepertinya indah, dan yang terpenting sudah tidak merasakan virus corona.

Sebelum dijemput oleh malaikat, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi si anjing dan hasilnya si anjing lari dan kabur dari hadapanku. Aku mencoba untuk menunggangi si motor dan olinya tiba-tiba bocor. Ternyata bukan hanya manusia yang takut dan menghindar dariku, melainku juga dua kesayanganku.

***

Bayanganku pudar dan seketika jantungku berdebar lebih kencang melihat malaikat menjemputku dengan pakaian seperti astronot. Pakaian itu sama persis seperti pakaian tim medis di dunia. Perbedaannya hanya yang satu tim medis dan yang satu malaikat. Persamaannya, sama-sama berpakaian seperti astronot dan menjaga kesehatan.

Sesampainya di alam baka, ternyata seperti toko-toko grosir yang harus antre untuk mendapatkan giliran masuk. Semua roh diwajibkan menggunakan masker, mencuci tangan, dan jaga jarak. Setiap roh yang hadir akan ditanya-tanya seputar kehidupan di dunia. Giliranku yang ditanya dengan nada tinggi dan diminta untuk menjawab secara singkat, jelas, dan padat. Pertanyaannya sederhana dan tidak rumit.

Salah satu malaikat yang tidak bisa kulihat mukanya menanyakan, "Sipling, kenapa meninggal di usia muda? Coba ceritakan pengalamanmu. Saya baca di catatan, kamu keluar rumah di tengah malam lalu mensambangi warung Kang Joy ya? Kan kamu sudah tahu bahwa arahan dari pemerintah untuk tetap diam di rumah."

"Iya kat, saya juga cuma iseng-iseng kok waktu itu. Saya bosan di rumah. Saya ingin pergi main dan cerita-cerita. Sudah lama tidak keluar rumah, tidak main sama si motor, dan tidak menghirup udara segar."

"Baik, kamu sebagai pasien corona yang terpapar karena tidak mau patuh terhadap anjuran pemerintah dan tim medis, maka akan saya masukan ruang isolasi hingga kamu sembuh. Apabila kamu terjangkit corona dan bukan karena keteledoran kamu, tentu tidak akan saya tempatkan di ruang isolasi seperti saat ini. Silahkan keluar."

Aku akhirnya mengetahui bahwa terdapat pembedaan perlakuan antara yang sengaja tidak patuh pada anjuran pemerintah dengan yang tidak sengaja terpapar virus. aku menyangka akan mendapat perlakuan lebih baik di akhirat, ternyata sama saja. Aku tetap digiring ke ruang isolasi seperti di rumah sakit dunia karena mereka juga takut terpapar virus corona.

"Bapak Presiden Indonesia kan sudah memperingatkan untuk kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah, eh kamu malah keluyuran ke warkop Kang Joy. Lihat tuh Kang Joy sembuh kamunya malah diisolasi lagi." Ujar malaikat yang menjagaku di ruang isolasi akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun