Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Krisis Transportasi Publik: Hanya Bemo Tidak Ada Pilihan Lain

21 Januari 2025   21:19 Diperbarui: 21 Januari 2025   21:19 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bemo Angkot pada era 70-80an di Timor /Foto: kiriman Rm. Yoris Giri/dokpri

Krisis Transportasi Publik: Hanya Bemo Tidak Ada Pilihan Lain

Transportasi era 1970 sampai 1990-an

Pada era tahun 70-an hingga 80-an di Timor dikenal alat transportasi Kuda. Ke mana-mana orang menunggang kuda. Sebab pada waktu itu belum ada banyak kendaraan. Baru ada beberapa mobil truck yang multifungsi. Selain membawa barang-barang dari Kupang ke Atambua, juga bisa menyisipkan beberapa orang penumpang. Itu pun akan tiba di tujuan kira-kira dua minggu. Sebab jalan raya belum beraspal. Maka bisa dibayangkan kalau hujan terpaksa harus berjibaku dengan lumpur. Truck-truck itu diberi nama : Maubesi, Aplal, dan Sinar Mutis. Itu yang penulis masih ingat.

Pada tahun 1975 di mana pada saat itu terjadi pergolakan di Timor sehingga terjadi pengungsian besar-besaran ke Timor Barat, maka mulailah pembangunan jalan raya trans Timor. Waktu itu penulis duduk di bangku kelas 1 SD. Karena sekolah kami tepat di mata jalan, maka kami bisa menyaksikan dimulainya pembangunan jalan raya secara besar-besaran yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan bernama "De Corin."

Sesudah ada jalan raya beraspal, maka mulailah era baru dalam transportasi. Tahun 1980-an sampai 1990-an dikenal alat transportasi namanya 'Bemo.' Bukan sebagaimana yang ada di Jawa dengan tiga roda. 

Di Timor dikenal dengan sebutan 'Bemo' atau 'Oto Bemo' di mana semua penumpang naik dari belakang dan penumpang duduk berhadap-hadapan. Ada tangga di mana kondektur biasa berdiri untuk memanggil penumpang.  

Mobil Bemo ini memiliki keunikan: penumpang bisa berdesak-desakan tanpa jumlah maksimal, Full music, kalau di dalam bemo sudah penuh, maka penumpang lain bisa naik di atas kap.

Karena hanya ada satu-satunya alat transportasi itu, maka tidak ada pilihan lain. Kalau bemo sudah lewat, berarti harus tunggu besok atau beberapa hari lagi. Penulis masih ingat nama-nama bemo atau angkot seperti Antar Anda, Borsalino, Sinar Oenak, Sinar Bikomi, dan lain-lain.

Bemo atau angkot ini biasanya pada liburan sangat ditunggu-tunggu oleh Siswa Seminari Lalian untuk pulang. Untuk itu mereka biasa menunggu sepanjang hari di bawah pohon Kusambi untuk kembali ke Kefa. Karena itulah maka Romo Yoris Samuel Giri yang pernah menggunakan jasa angkot tersebut berkomentar: "Angkot kenangan penuh cerita."

DAMRI buka Angkutan Lintas Batas Negara (ALBN) Kupang (Nusa Tenggara Timur, Indonesia) menuju Dili (Timor-Leste). (dok. DAMRI)
DAMRI buka Angkutan Lintas Batas Negara (ALBN) Kupang (Nusa Tenggara Timur, Indonesia) menuju Dili (Timor-Leste). (dok. DAMRI)

Angkot Era 2000 hingga sekarang

Kemerdekaan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) membawa sukacita tersendiri bagi Timor Barat, Indonesia. Kami kebagian 'durian runtuh', kata orang.

Salah satu kemajuan itu adalah alat transportasi. Mobil-mobil milik perusahaan DAMRI yang di bawa dari Timor Timur masuk kembali ke Indonesia dapat bermanfaat bagi pelayanan transportasi di Timor khususnya Kabupaten TTU.

Dengan demikian dari angkutan Bemo beralih ke DAMRI. Damri mulai membuka isolasi dan menguasai beberapa rute yang selama ini sulit dijangkau karena keterbatasan alat transportasi dan jalan raya yang belum beraspal.

Meskipun demikian, setidaknya Damri telah memulai era baru dalam transportasi yang lebih modern. Penulis ingat betul beberapa daerah di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang hanya bisa dilalui oleh Damri seperti Maurisu, Haekto, Oebubun, Bakitolas, Nilulat. Ini semata-mata karena medan yang dilalui masih berupa jalan tanah.

Kesulitan transportasi masih dialami di Timor hingga akhir 2000-an. Karena kesulitan itu, bahkan di daerah-daerah tertentu di Pantai Utara, Damri sudah mencari penumpang pada pukul 23.00 dan baru akan berangkat pada pukul 05.00 atau 06.00 pagi. Itu artinya penumpang yang sudah naik bemo lebih dahlu dari jam 11 malam, harus menginap di atas mobil.

Lebih naif lagi, ada penumpang yang terpaksa harus mengangkat atau menurunkan kursi (spon) penumpang sebagai tanda sudah membeli tiket karena takut tidak kebagian tempat duduk, bahkan takut tidak mendapatkan alat transportasi ke kota.

Era sesudah tahun 2000 hingga sekarang transportasi semakin maju dan berkembang di Timor. Mulai dari kuda, bemo, angkot, hingga Damri, bukan hanya antar kota kecamatan dan kabupaten, tetapi sekarang ini DAMRI telah melayani rute antar negara yaitu: Kupang-Dili (Timor Leste).

Hikmahnya bagi Kemajuan Transportasi

Dari kisah-kisah pilu dalam hal transportasi di Timor yang penuh kenangan itu dapat diambil hikmahnya bagi kemajuan transportasi di Indonesia pada umumnya, dan Timor pada khususnya, sebagai berikut:

1.   Ternyata konflik dapat berdampak positif bagi kemajuan di daerah lain, seperti konflik di Timor Timur hingga berdirinya Negara Timor Leste berdampak positif bagi kemajuan di Timor barat termasuk kemajuan dalam hal transportasi.

2.   Perkembangan alat transportasi mulai dari yang paling sederhana dan alami, hingga transportasi yang semakin maju dan canggih setidaknya membawa pembelajaran bagi manusia, bahwa setiap kemajuan selalu diawali atau dimulai dari kesederhanaan.

3.   Kemajuan transportasi membawa banyak manfaat bagi manusia, yaitu memudahkan mobilitas manusia dan barang,  memudahkan pekerjaan; membantu memajukan perekonomian; menciptakan lapangan kerja, dan membantu integrasi sosial.

Penutup

Demikianlah sebuah gambaran sederhana mengenai krisis transportasi publik yang dialami di Pulau Timor sejak tahun 1970-an hingga sekarang sebagai bagian dari perkembangan dan kemajuan pembangunan di Indonesia. Semoga tulisan sederhana ini membangkitkan kembali kenangan masa lalu dalam menggunakan alat transportasi dan memacu kita untuk keluar dari krisis transportasi di tanah air.

Semoga bermanfaat.

Atambua: 21.01.2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun