Natal dan Kematian Kanak-Kanak di Betlehem
Pengantar
Umat Kristiani masih berada dalam situasi Natal. Natal itu hari raya yang besar. Dirayakan bukan hanya pada tanggal 25 Desember. Namun itu bisa berlanjut hingga sesudah tahun baru. Maka dikenal dengan istilah 'Natal dan Tahun Baru Bersama.' Itulah sebabnya mengapa di Gereja Katolik, orang tidak boleh merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember. Sebab waktu sebelum 25 Desember disebut Masa Adven sebagai waktu persiapan untuk merayakan Natal. Maka orang Katolik baru boleh merayakan Natal setelah puncak perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Dalam tulisan kecil ini, penulis hendak menguraikan kepada pembaca sekalian mengenai apa yang terjadi di kota Betlehem 2000-an tahun silam setelah peristiwa kelahiran Yesus Kristus menurut apa yang dikisahkan di dalam Alkitab. Dan selanjutnya kita dapat menarik beberapa pesan dari kejadian itu untuk kehidupan kita saat ini.
Kelahiran Yesus Almasih
Kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih sudah dinubuatkan sejak lama dalam Alkitab Perjanjian Lama, bahwa di Betlehem, di tanah Yehuda akan lahir seorang anak yang akan menggembalakan seluruh bangsa Israel. Sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Mikha sebagai berikut:
"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, daripadamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sejak purbakala sejak dahulu kala." (Mi 5: 1).
Peristiwa kelahiran Yesus itu terjadi di Betlehem. Pada waktu itu yang berkuasa adalah raja Herodes, seorang yang kejam yang tidak mau ada raja lain yang menyainginya. Raja Herodes bahkan tidak tanggung-tanggung menyuruh membunuh Yohanes Pembaptis untuk mengambil kepalanya demi menyenangkan hati para tetamunya. Jadi bisa dibayangkan betapa kejamnya raja Herodes itu. Bahkan dikatakan, tidak ada raja lain di dunia ini yang bisa menandinginya.
Karena itu, berita tentang kelahiran Yesus sudah didengar Herodes. Namun ia sengaja tidak mau tahu. Sebab ia tidak mau ada seorang calon raja yang lahir di wilayah kekuasaannya. Maka ia menyuruh memanggil semua orang pintar di negerinya untuk mencari tahu kebenaran dari berita tersebut. Dan semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi yang dikumpulkannya itu mengatakan, " Di Betlehem, telah lahir seorang Juruselamat yaitu Kristus Tuhan" (Luk 2: 11).
Kedatangan para Majus
Sesudah kelahiran Yesus di Betlehem, datanglah tiga orang Majus dari Timur ke Yerusalem untuk mencaritahu dan menyembah raja yang baru lahir itu.Â
Menurut tradisi suci, nama ketiga raja dari Timur itu adalah Gazpar, Milkeor, dan Baltazar. Mereka mewakili seluruh jemaat di dunia datang menyembah kepada Yesus sang Raja.
Para Majus adalah para peziarah dari datang dari Timur Matahari terbit, mereka datang untuk menemui Yesus yang baru lahir, setelah melihat bintangnya yang baru di langit. Dahulu bintang itu disebut 'bintang berekor' yaitu bintang kejora yang biasa terbit diufuk Timur.
Kata "Majus" berasal dari kata Yunani "Magos" yang berarti imam agama Zoroaster yaitu agama resmi Persia kuno. Ketiga orang majus itu diperkirakan berasal dari Kerajaan Media, Persia, atau Iran.
Berdasarkan arti kata majus, berarti mereka itu adalah orang-orang terpelajar dan terhormat yang memahami ilmu perbintangan atau astrologi.
Mereka datang ke Yerusalem dan bertanya-tanya, "Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Mat 2:2).
Justru kedatangan para majus ke Yerusalem dan bertanya-tanya kepada Herodes itulah yang memicu kemarahan Herodes tentang siapakah raja yang baru lahir yang akan menggantikan dia sebagai raja?
Injil Matius mengisahkan bahwa ketika raja Herodes mendengar berita kelahiran Almasih dari ketiga orang majus itu, terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Dapat dibayangkan betapa marahnya Herodes kala mendengar berita kelahiran itu. Maka apa yang terjadi sesudah itu?
Kejadian di Betlehem
Injil Matius sekali lagi melukiskan secara dramatis peristiwa kehadiran para majus di Yerusalem.Â
"Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem katanya, "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia." (Mat 2: 7).
Selanjutnya Penginjil Matius mengisahkan peristiwa yang terjadi sesudah kembalinya para majus. Mereka tidak kembali ke Yerusalem sesuai pesanan Herodes, tetapi mereka mengikuti jalan lain yang ditunjukkan dalam mimpi.
Ketika Herodes tahu bahwa ia telah dikibuli oleh orang-orang majus itu ia sangat marah. Lalu ia memberi perintah menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Semua anak berusia dua tahun ke bawah dibantainya tanpa perikemanusiaan.Anak-anak yang tak berdosa menjadi korban keserakahan pemimpinnya.
Itulah pertumpahan darah yang pertama terjadi setelah kelahiran Yesus di Betlehem. Dalam Gereja Katolik disebut 'Martir Cilik" yaitu mereka yang menumpahkan darah demi imannya.
Peristiwa berdarah itu dilukiskan jauh sebelumnya oleh Nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Yer 31: 15).
Betapa teganya Herodes membunuh anak-anak yang tak bersalah, demi ambisi dan nafsu kekuasaannya!
Pesannya untuk Kita
Sekurang-kurangnya dari kisah di atas, kita bisa ambil 4 pesan ini untuk kita saat ini, yakni:
1. Â Keserakahan akan kekuasaan sering menghalalkan segala cara
Kekuasaan telah menutupi mata Herodes. Tidak boleh ada raja lain yang menandinginya. Karena itu ia menghalalkan cara menggunakan kuasanya. Keinginan untuk berkuasa sering membutakan mata.Â
Pilkada yang baru saja lewat mengindikasikan itu. Politik uang dan lain-lain dipakai demi memuluskan kekuasaan. Semoga dengan perayaan Natal 2024 ini kita tidak menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaan.
2. Â Menghargai profesionalitas orang lain
Dari kehadiran ketiga orang majus dari Timur, kita belajar menghargai profesionalitas seseorang dan organisasinya. Meskipun mereka raja mereka tahu menghormati siapa yang seharusnya dihormati. Ketiga orang majus itu adalah orang-orang terhormat, terdidik dan orang bijak bestari. Mereka itu adalah para ahli perbintangan. Mereka telah belajar membaca tanda-tanda zaman. Mereka adalah para astrologi. Maka kita juga mesti saling menghargai profesi masing-masing.
3. Â Hati-hati Bertindak Saat Marah
Dengan peristiwa pembunuhan terhadap kanak-kanak suci di Betlehem, kita belajar untuk mengendalikan diri. hati-hati bertindak pada saat kita sedang marah. Bahwa pada saat marah kita tidak boleh cepat-cepat mengambil tindakan karena bisa salah langkah yang bisa merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain yang tidak berdosa.
4. Â Sanguis Martyrum, Semen Christianorum, "Darah para Martir Benih Iman Kristiani" Â
Tertullianus, seorang Bapa Gereja yang hidup pada abad ke-2 mengatakan, "Darah para martir adalah benih hidup Gereja." Â Ungkapan ini menyiratkan bahwa korban nyawa dari para martir menjadi benih-benih yang menghidupkan iman dan semakin membangkitkan kerelaan berkorban dari para anggota gereja demi mempertahankan imannya. Hal ini mengajak setiap umat beragama untuk menghormati dan menghargai imannya dan iman sesamanya. Karena iman itu telah diperjuangkan dengan gigih.
Mengapa Anak-anak yang jadi Korban?
Betapa banyak anak-anak yang tak bersalah yang dikorbankan dalam kehidupan dewasa ini baik oleh orang tuanya sendiri, maupun oleh orang lain. Lantas mengapa hal ini terjadi?
Banyak anak menjadi korban keputusan yang salah dari orang tua: anak dibunuh sebelum lahir dengan cara abortus provacatus. Pada hal anak tak berdosa, ia tidak pernah meminta untuk dikandung. Coba lihat data berapa banyak anak-anak korban aborsi. Meskipun tidak ada informasi yang resmi tentang berapa jumlah anak-anak korban aborsi, namun beberapa informasi berikut dapat menjadi acuan kita.
Dari berbagai sumber diketahui jumlah kasus aborsi di Indonesia berkisar antara 750.000 hingga 1.500.000 pertahun. Dan sekitar 2.500 kasus aborsi berujung pada kematian.
Beberapa penyebab seorang wanita melakukan tindakan aborsi, antara lain: hamil di luar nikah, tuntutan ekonomi, tidak adanya dukungan keluarga, dan terakhir masalah dengan pasangan (selingkuh).
Pada tahun 2023, angka stunting di Indonesia sebesar 21,5%, turun 0,1% dari tahun 2022. Indonesia menempati peringkat ke-27 negara dengan angka stunting tertinggi di dunia dari 154 negara. Selain anak yang sudah didiagnosis stunting, ada juga anak yang berisiko stunting, yaitu sebanyak 5,6 juta anak.
Ada berapa banyak anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya karena harus menjadi tenaga kerja Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri. Betapa banyak anak yang tidak mengalami kasih sayang orang tuanya karena ditinggal pergi oleh orang tuanya untuk menjadi pekerja migran Indonesia. Anak-anak itu dititipkan bersama neneknya, keluarganya atau tetangga sehingga tidak mengalami kasih sayang.Â
Kita berharap dengan peristiwa Natal 2024, anak-anak mendapatkan perhatian kembali sebagaimana mestinya sehingga anak-anak tidak mengalami kematian sebagaimana peristiwa Betlehem 2000-an tahun silam.
Semoga tidak ada lagi Herodes-Herodes masa kini  yang keputusannya mengorbankan banyak anak termasuk di Indonesia dan di daerah-daerah lainnya.
Salam sehat dan santun.Â
Atambua: 28.12.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H