Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal dan Kematian Kanak-Kanak di Betlehem

28 Desember 2024   08:51 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:51 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Foto: Zaki Alfarabi / detikcom)

Sekurang-kurangnya dari kisah di atas, kita bisa ambil 4 pesan ini untuk kita saat ini, yakni:

1.   Keserakahan akan kekuasaan sering menghalalkan segala cara

Kekuasaan telah menutupi mata Herodes. Tidak boleh ada raja lain yang menandinginya. Karena itu ia menghalalkan cara menggunakan kuasanya. Keinginan untuk berkuasa sering membutakan mata. 

Pilkada yang baru saja lewat mengindikasikan itu. Politik uang dan lain-lain dipakai demi memuluskan kekuasaan. Semoga dengan perayaan Natal 2024 ini kita tidak menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaan.

2.   Menghargai profesionalitas orang lain

Dari kehadiran ketiga orang majus dari Timur, kita belajar menghargai profesionalitas seseorang dan organisasinya. Meskipun mereka raja mereka tahu menghormati siapa yang seharusnya dihormati. Ketiga orang majus itu adalah orang-orang terhormat, terdidik dan orang bijak bestari. Mereka itu adalah para ahli perbintangan. Mereka telah belajar membaca tanda-tanda zaman. Mereka adalah para astrologi. Maka kita juga mesti saling menghargai profesi masing-masing.

3.   Hati-hati Bertindak Saat Marah

Dengan peristiwa pembunuhan terhadap kanak-kanak suci di Betlehem, kita belajar untuk mengendalikan diri. hati-hati bertindak pada saat kita sedang marah. Bahwa pada saat marah kita tidak boleh cepat-cepat mengambil tindakan karena bisa salah langkah yang bisa merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain yang tidak berdosa.

4.   Sanguis Martyrum, Semen Christianorum, "Darah para Martir Benih Iman Kristiani"  

Tertullianus, seorang Bapa Gereja yang hidup pada abad ke-2 mengatakan, "Darah para martir adalah benih hidup Gereja."  Ungkapan ini menyiratkan bahwa korban nyawa dari para martir menjadi benih-benih yang menghidupkan iman dan semakin membangkitkan kerelaan berkorban dari para anggota gereja demi mempertahankan imannya. Hal ini mengajak setiap umat beragama untuk menghormati dan menghargai imannya dan iman sesamanya. Karena iman itu telah diperjuangkan dengan gigih.

Mengapa Anak-anak yang jadi Korban?

Betapa banyak anak-anak yang tak bersalah yang dikorbankan dalam kehidupan dewasa ini baik oleh orang tuanya sendiri, maupun oleh orang lain. Lantas mengapa hal ini terjadi?

Banyak anak menjadi korban keputusan yang salah dari orang tua: anak dibunuh sebelum lahir dengan cara abortus provacatus. Pada hal anak tak berdosa, ia tidak pernah meminta untuk dikandung. Coba lihat data berapa banyak anak-anak korban aborsi. Meskipun tidak ada informasi yang resmi tentang berapa jumlah anak-anak korban aborsi, namun beberapa informasi berikut dapat menjadi acuan kita.

Dari berbagai sumber diketahui jumlah kasus aborsi di Indonesia berkisar antara 750.000 hingga 1.500.000 pertahun. Dan sekitar 2.500 kasus aborsi berujung pada kematian.

Beberapa penyebab seorang wanita melakukan tindakan aborsi, antara lain: hamil di luar nikah, tuntutan ekonomi, tidak adanya dukungan keluarga, dan terakhir masalah dengan pasangan (selingkuh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun