Rupanya, kelompok yang dipangkas gulanya menyatakan kenikmatan teh tidak berkurang.Â
Satu bulan sesudah mengikuti studi ini, sebanyak delapan orang benar-benar berhenti menggunakan gula.Â
Sementara itu, ada satu orang di kelompok kontrol (kelompok ketiga) memilih tidak menggunakan gula.
Menurut Dr. Andrea Smith, Penulis utama dari UCL Behavioral Science & Health, "Mengurangi gula dalam teh tidak mempengaruhi kenikmatan dalam mengonsumsi minuman ini, hal ini bisa menunjukkan perubahan perilaku jangka panjang adalah mungkin."
Dr. Smith sadar bahwa partisipan dalam studi ini hanya sedikit. Maka, perlu studi lanjutan dengan jumlah partisipan lebih besar untuk dapat menilai hasil jangka panjang dari studi tersebut.Â
Kiranya sebuah penelitian lanjutan juga penting untuk mengetahui cara efektif mengurangi gula, secara spontan stop atau secara bertahap.
Menurut para pakar kesehatan, ada beberapa kerugian menambah gula pada teh. Salah satunya bisa mengurangi akses tubuh menyerap antioksidan yang terkandung di dalamnya.Â
Fakta menarik ini terungkap dalam studi yang dilakukan Israel Olusegun Otemuyiwa dan kawan-kawan dari Obafemi Awolowo University, Nigeria pada 2017.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal bertajuk Nutrition & Food Science itu disebutkan bahwa, kandungan antioksidan yang tinggi dalam teh hitam amat bermanfaat.Â
Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam teh yang bermanfaat untuk mencegah oksidasi. Oksidasi adalah reaksi kimia yang mengarah ke pembentukan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.
Menurut para pakar kesehatan, seseorang yang mengonsumsi makanan atau minuman tinggi antioksidan membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif dan peradangan bebas akibat radikal bebas. Â Padahal, kehadiran radikal bebas dalam tubuh berkontribusi menyebabkan penuaan lebih cepat, mengembangkan penyakit tertentu diantaranya demensia dan komplikasi diabetes.