Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan Pernikahan Bukan pada Pesta Tetapi Bagaimana Menghayati dan Menjalaninya

4 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   22:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan muslim. Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio

Kebahagiaan Pernikahan Bukan pada Pesta Tetapi Bagaimana Menghayati dan Menjalaninya.

"Keluarga merupakan suatu persekutuan hidup dan kasih antara suami, istri, dan anak-anak yang bertujuan untuk membentuk komunitas pribadi-pribadi, mengabdi kepada kehidupan, ikut serta dalam pembangunan masyarakat serta ikut dalam hidup dan pengutusan Gereja."

Pernyataan yang indah dan mengagumkan tentang kebahagiaan pernikahan di atas diserukan oleh para bapak Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes No. 48 dan kemudian dilanjutkan dan dipertegas tujuannya oleh Paus Yohanes Paulus II dalam surat apostolik Familiaris Consortio tahun 1981, no. 16.

Seruan tersebut merupakan cita-cita dan impian yang begitu indah namun sekaligus menantang untuk diwujudnyatakan.

Dari rumusan pernyataan di atas dapat dikatakan pernikahan itu sendiri merupakan wahana pertama dan utama bagaimana mengelola kehidupan keluarga yang bahagia.

Keluarga terdiri dari pribadi-pribadi yang unik. Keunikan pribadi tersebut menjadi nyata dalam aspek-aspek kemanusiaan seperti perasaan, persepsi, pemikiran, dan kepentingan-kepentingan.

Tulisan sederhana ini ingin merefleksikan betapa pentingnya sebuah pernikahan yang bukan kebahagiaannya terletak pada penyelenggaraan pestanya, melainkan pada bagaimana kedua insan itu menghayati makna pernikahan itu sendiri dan menjalaninya step by step hingga mencapai apa yang dirindukannya yaitu kebahagiaan.

Pernikahan menyatukan kedua insan yang bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara rohani untuk mengelola kehidupannya menuju terciptanya keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Pertanyaannya: mungkinkah sebuah keluarga yang bahagia itu bisa tercipta tanpa pesta yang mahal? Jawabannya tentu saja bisa, karena pesta itu hanyalah secuil dari keseluruhan perjalanan cinta suami istri.

Pesta Bukan Tolok Ukur Kebahagiaan

Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda-beda mengenai sesuatu hal, termasuk kemeriahan pesta pernikahan. Ada orang yang mengira bahwa kalau pesta pernikahan dirayakan secara besar-besaran akan memberi kredit point lebih kepada pasangan yang menikah.

Namun ada orang lain memandang menyelenggarakan sebuah pesta pernikahan yang besar yang memakan biaya mahal hanyalah membuang-buang anggaran.

Baca juga: Pernikahan Suci

Sementara untuk menyelenggarakan pesta saja, orang harus mengajukan kredit atau berutang. Pada hal banyak orang yang pernikahannya dirayakan secara besar-besaran, ternyata tidak bertahan. Bahkan secara kilat pula mereka berpisah atau bercerai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun