Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan Pernikahan Bukan pada Pesta Tetapi Bagaimana Menghayati dan Menjalaninya

4 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 4 Desember 2024   22:05 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan muslim. Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio

Banyak keluarga baik pada masa lampau maupun masa kini yang selalu mengandalkan Tuhan dalam perjalanan pernikahan mereka. Sebab mereka yakin bahwa pernikahan itu sebuah misteri, di mana ia tidak semata-mata manusiawi, tetapi juga tidak semata-mata surgawi.

Perkawinan adalah perpaduan kegiatan insani dan surgawi. Maka andalkanlah Tuhan senantiasa. Demikian pesan mereka yang telah menjalaninya dengan sungguh.

Penutup

Kebahagiaan itu sesuatu yang fatamorgana. Ia seperti mata uang. Semakin dikejar ia semakin menghilang. 

Saya mengakhiri artikel sederhana ini dengan mengutip beberapa pesan baik dari Alkitab maupun ajaran-ajaran mengenai bahagianya suatu pernikahan dan keluarga:

a.   Rumah tangga yang bahagia adalah rumah tangga yang selalu membangun komunikasi yang baik di antara suami istri. Sebab                   Rumah tangga adalah tempat di mana cinta, kasih sayang, dan pengertian saling bertumbuh. 

b.   Ketulusan dan kesabaran adalah kunci utama dalam menjaga kebahagiaan rumah tangga.  Sebab setiap rumah tangga memiliki                masalahnya sendiri, yang penting adalah bagaimana cara mengatasinya. 

c.   Kasih itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.          Dan kasih itu tidak berkesudahan (I Kor 13: 7-8).

Demikianlah tulisan sederhana ini semoga bermanfaat untuk memberi pencerahan bahwa kebahagiaan sebuah pernikahan bukanlah pertama-tama dibangun di atas pesta pora, tetapi terletak pada bagaimana penghayatan kita terhadap makna pernikahan itu sendiri dan bagaimana menjalaninya dalam kehidupan ini.

Atambua, 04.12.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun