Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendengarkan Pengalaman Berpastoral di Tengah Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tak Menentu

19 November 2024   21:31 Diperbarui: 19 November 2024   22:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Potong padi di Sukabitetek /Komsos Keuskupan Atambua

Mendengarkan Pengalaman Berpastoral di Tengah Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tak Menentu

Pengantar: Mengenalkan Keuskupan Atambua

Sesuai kalender kerja yang sudah ditetapkan pada awal tahun 2024 selama dua (2) hari ini yaitu Selasa dan Rabu (19-20/11-2024) para agen pastoral Keuskupan Atambua mengikuti kegiatan evaluasi dan perencanaan pastoral 2024/2025.

Di bawah bimbingan Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, para peserta evaperca menggumuli tema 'Dalam Semangat Sinodalitas kita wujudkan Keuskupan Atambua yang cerdas dan sejahtera sesuai arah dasar pastoral keuskupan Atambua tahun 2023-2028.'

Untuk diketahui Keuskupan Atambua sebagai bagian dari Konferensi Waligereja Indonesia atau yang disingkat KWI, telah berdiri  sejak tahun 1913 mula-mula sebagai Prefektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil dengan Mgr. Petrus Noyen SVD sebagai Prefektur Apostoliknya.

Peningkatan status dari Prefektur Apostolik menjadi Vikariat Apostolik terjadi pada tanggal 16 Juni 1937 dengan Mgr. Jacobus Pessers SVD sebagai Vikaris Apostoliknya.

Dengan berdirinya hierarki Gereja untuk seluruh Indonesia pada tanggal 03 Januari 1961, maka Vikariat Apostolik Atambua ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Sufragan Atambua.

Sebagai sebuah gereja Lokal keuskupan Atambua dipimpin oleh Mgr. Theodorus Fransiskus Maria van den Tillaart SVD yang kemudian berubah namanya menjadi Theodorus Sulama sewaktu beralih dari warga negara Belanda menjadi warga negara Indonesia.

Setelah selama 23 tahun lebih menggembalakan umat Allah di Keuskupan Atambua, akhirnya estafet kepemimpinan selanjutnya diserahkan kepada penggantinya Mgr. Anton Pain Ratu SVD seorang putera Flores.

Babak baru terjadi sebagai babak pembentukan model Gereja Umat yang ditandai dengan terjadinya Sinode Keuskupan Atambua pada 24-29 Juni 1985.

Beberapa terobosan terjadi pada masa kepemimpinan Mgr. Anton Pain Ratu SVD antara lain: mengembangkan pastoral Integral dari satu dapur pastoral yang disebut Pusat Pastoral Keuskupan Atambua.  

Melalui pastoral yangdisebutnya 3 BER yaitu Berpendidikan, Berpengaruh, dan Berkedudukan, ia perlahan-lahan membongkar dualisme iman di kalangan umat dan mulai mengakarkan iman kristiani di Timor Barat.

Akhirnya pada tanggal 21 September 2007 terjadilah pengalihan estafet penggembalaan umat kepada Mgr. Dr. Dominikus Saku sebagai Uskup keempat Keuskupan Atambua.

Terobosan Baru Uskup Domi

Sebagai seorang Uskup muda, Mgr. Dominikus Saku memiliki banyak cita-cita dan gagasan untuk membangun keuskupan Atambua sebagai Eden yang baru dengan nama Atambua Eden.

Meskipun terobosan itu sering dipandang dengan sebelah mata, namun cita-cita itu kini menjadi kenyataan. Melalui usahanya untuk  mengembangkan Pemberdayaan Ekonomi Kreatif,  beliau mendorong umat dan para pastor paroki untuk mengikuti Pekan Pameran Ekonomi Kreatif yang diadakannya setiap tahun sejak tahun 2009.

Salah satu terobosan yang berhubungan dengan bidang produksi pertanian adalah mengadakan lomba antar petani dan orang muda 'pisang yang masak di pohon.' Maksudnya dengan mengadakan lomba ini, orang tidak lagi memanen pisang belum pada waktunya. Artinya ketika pisang belum matang betul atau masak di pohon, sudah dijual atau dibeli dengan harga yang murah sekali oleh para penjual pisang di pasar.

Selain itu, beliau juga melakukan proyek pembagian dan penanaman 'Jeruk Keprok Soe' bagi seluruh umat melalui paroki-paroki di Keuskupan Atambua. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi umat melalui produksi jeruk Keprok Soe dan dengan itu dapat melestarikan Jeruk Keprok Soe yang hampir punah.

Dan tentunya yang paling mendapat perhatian saat ini adalah Pilot Project Atambua Eden dengan tujuan untuk menciptakan Eden di seluruh wilayah Keuskupan Atambua. 

Dan untuk menjadi contoh Atambua Eden itulah maka kini di sekitar Uskupan Atambua dikembangkan lahan pertanian dengan berbagai komoditi, tanaman hortikultura, dan  kolam pemancingan Ikan Nila baik sebagai Taman Eden maupun taman rekreasi yang edukatif.

Pastoral di Tengah Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tak Menentu

Tahun 2024 boleh dikatakan sebagai tahun yang memprihatinkan dengan iklim yang tak menentu. Dalam kegiatan evaluasi tahunan ini banyak peserta mengeluhkan tentang perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu tahun ini sehingga menyebabkan banyak umat atau rakyat tidak mempunyai penghasilan yang tetap.  

Karena itu boleh dikatakan bahwa dalam evaluasi perencanaan ini juga tepat untuk mendengarkan sharing pengalaman berpastoral di tengah perubahan iklim dan cuaca yang tak menentu.

Terutama para petani kecil yang mengandalkan hujan untuk mengolah sawah dan kebun akibat kemarau panjang tidak dapat menanam dan memperoleh hasil jagung dan padi yang memadai.

Meskipun sepanjang tahun 2024 banyak kegiatan dalam rangka Laudato Si Action Platform (LSAP) dengan menanam banyak anakan pohon produksi dan penghijauan, namun dilaporkan dalam kegiatan evaluasi ini bahwa akibat kemarau panjang maka banyak anakan pohon yang telah ditanam terpaksa mati kembali.

Untuk itu pada akhir kegiatan evaluasi kepada para peserta dihimbau untuk memanfaatkan musim hujan yang telah turun saat ini dengan sebaik-sebaiknya untuk menanam pohon dalam rangka Laudato Si Action Platform, dan demi produksi pertanian dan peternakan yang memadai untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik.

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Atambua: 19.11.2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun