Dalam prakteknya, upacara atau ritual adat ini mesti dilakukan dalam tahapan-tahapan tertentu dengan perlengkapan yang harus disiapkan dengan sebaik-baiknya.
Tahapan Pelaksanaan ritual adat Tasanut Hau Noo
Untuk melaksanakan ritual adat kosmis, Tasanut Hau Noo, sebetulnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui, antara lain:
Tahap Pertama: Musyawarah adat atau disebut "Tolas atau Matolas."
Kalau ada anggota suku yang merencanakan mau membuka kebun baru pada areal hutan suku dan akan menebang pohon, maka dia harus menyampaikan kepada ketua suku untuk memanggil rapat (matolas). Tolas atau rapat ini dilakukan untuk membicarakan rencana pembukaan kebun baru itu.
Siapa yang harus hadir atau diundang dalam rapat atau musyawarah ini? Pertama-tama yang harus hadir adalah para petani yang hendak membuka lahan baru (Amoe' lele), anggota suku pemilik hutan (ana' tobe), dan para ketua suku (am naestin/mnasi).
Musyawarah ini disebut musyawarah adat. Maka tujuannya adalah untuk mencapai mufakat bersama mengenai rencapa pembukaan lahan baru, dan membicarakan kapan, siapa, dan bagaimana ritual adat dilakukan.
Pertama-tama, kesepakatan bersama soal waktu untuk mulai mempersiapkan segala sesuatu yang perlu. Â Termasuk di dalamnya membicarakan hewan apa yang akan dikurbankan, apakah sapi, kerbau , atau babi.
Kalau ada urusan adat, maka tidak ketinggalan juga disiapkan 'sopi' sebagai bagian dari minuman adat. Tentu saja bukan bertujuan untuk mabuk, tetapi sebagai wujud persaudaraan dan kekeluargaan.
Soal siapa yang akan membawa hewan kurban, biasanya dibebankan kepada mereka yang akan membuka lahan baru. Kalau mereka banyak orang maka, mereka bisa mengumpulkan sejumalh uang untuk membeli hewan. Di tempat tertentu, ketua suku menentukan masing-masing membawa kurbannya.
Tahap Kedua: Pelaksanaan Ritual Adat.
Ritual adat Tasanut Hau Noo dilaksanakan apabila mereka yang mau membuka lahan baru itu sudah selesai melakukan penebangan pohon dan menebas rumput liar.
Ritual adat ini biasanya dilakukan di tengah hutan. Di sana dibuatkan sebuah mezbah yang dikenal dengan istilah bahasa Dawan "Tok'a atau 'toko'.Â
Mezbah ini biaasanya terbuat dari batu yang ditumpukkan seperti altar. Â Acara selanjutnya di atas mezbah itu disimpan sebuah tenasak atau kabi berisi sirih pinang, sejumlah uang logam, dan satu botol sopi. Biasanya terjadi pada bulan Juni/Juli.