Jangankan menulis, seorang pemimpin yang tak punya intelektualitas tidak akan sanggup melayani pertanyaan-pertanyaan langsung dari para wartawan yang menyerbu dan akan mengganggap tidak penting segala bentuk adu pemikiran.
Maka bangsa Indonesia jangan heran jika kemudian keluar ungkapan-ungkapan atau jawaban-jawaban para pemimpin kita baik dari dalam mobil atau ketika diserbu wartawan, jawabannya 'Ya ndak tau kok tanya saya', atau "Ya udah tanya sana", atau "udah-udah jelas to", dan lain-lain. Hal ini karena sang pemimpin tidak memiliki perbendaraan kata dan kemampuan menjawab pertanyaan. Lagi-lagi karena tidak memiliki kebiasaan membaca.
***
Membaca adalah proses memahami isi dari apa yang tertulis, yang dilakukan dengan cara melihat dan melafalkan.
Membaca juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh makna dari cetakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca adalah melihat, serta memahami isi dari apa yang tertulis. Â Membaca juga adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui atau meramalkan, serta memperhitungkan, atau memahami.
Membaca sebenarnya merupakan sebuah aktivitas yang spontan.Â
Menurut Guntur Tarigan (1985), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahan tulis atau memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan yang ditulis.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki budaya baca atau kebiasaan baca, akan spontan membaca jika ada buku di depannya atau ketika ada tulisan didepan matanya.
Orang yang memiliki kegemaran atau hoby membaca, kapan saja  dan di mana saja, sering disebut sebagai "Kutu Buku".
Namun kadang orang melihat "kutu buku' secara negatif  yaitu orang yang sangat gemar membaca buku sehingga kurang memperhatikan pergaulan atau penampilannya.