Akan tetapi bagi yang betul-betul menghayati kaul atau selibat yang telah diikrarkan, ia tidak akan dengan gampang melepaskan imamatnya itu.
Jadi untuk tetap setia berkanjang dalam imamat, seorang imam tentu saja harus teguh hatinya untuk mengatakan bahwa sekali setia, tetap setia!
Dan itu tidak hanya dikatakan dibibir saja, tetapi harus nyata dalam perbuatan. Supaya ia tetap setia di jalan panggilan, maka ia harus selalu mendekatkan diri dengan Tuhan dalam doa dan kurban.
Ketiga, Dukungan dari Seluruh Keluarga besar dan para Sahabat
Sebagai manusia, seorang imam tetaplah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pada itu, tentu ia selalu membutuhkan dukungan dari  keluarga besar dan para sahabatnya.
Tanpa dukungan dari keluarga, seorang imam akan tetap rapuh sebagai manusia. Karena itu sejak hari pertama ia ditahbiskan menjadi imam, sejak saat itulah ia selalu mendambakan dukungan dari keluarga dan para sahabat supaya ia tetap berkanjang dalam imamat.
Dukungan dari keluarga besar dan para sahabat, bukan hanya dalam bentuk materi, tetatpi yang terutama adalah dukungan berupa nasehat ketika seorang imam berjalan salah atau keluar dari koridor imamat, dan yang paling penting adalah mendoakan para imam.
Paus Fransiskus sendiri dalam setiap perjumpaan dengan umat di mana saja berada, ia selalu meminta "Doakanlah saya!"Â
Rm. Dr. Maxi Un Bria, Pr  dalam Pos-Kupang.com mengatakan, "Ketika menyalami dan mengecup tangan Bapak Paus Fransiskus, ia berbisik "Pray for me": Doakanlah saya.
Doa itu kekuatan untuk mendapatkan rahmat yang dibutuhkan dalam hidup.