"Lalu sambil menengadah ke langit, Yesus menghela nafas dan berkata kepadanya: "Efata", yang berarti: "Terbukalah" (Mrk 7:34)
Kutipan di atas merupakan sebuah ayat suci dari Alkitab umat Kristiani yaitu Injil tulisan Santo Markus. Kutipan Injil ini dibacakan di seluruh Gereja Katolik di seantero dunia. Sebab hari ini merupakan Hari Minggu Biasa ke-23 dalam Penanggalan Liturgi Gereja Katolik Roma.
Ada tiga bacaan suci yang dibacakan dalam upacara ibadat Gereja yang disebut Misa Kudus atau Perayaan Ekaristi. Bacaan pertama diambil dari Kitab Nabi Yesaya (35:4-7) yang berbunyi sebagai berikut:
Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati, "Kuatkanlah hatimu, janganlah takut! Â Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telingan orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air.
Menurut Diane Bergant dan Robert J. Karris, Editor Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Kitab Yesaya khususnya bab 34-35 Â berasal dari abad VI hampir bersamaan waktunya dengan Yesaya kedua. Â
Teks Kitab Yesaya ini menyajikan gambaran yang erat hubungannya dengan Deutero Yesaya yang mengatakan: akan ada jalan besar di padang gurun, padang gurun akan berbunga dan penuh dengan tunas.Â
Pesannya jelas yaitu mengenai penghiburan dan pengharapan. Gambaran-gambaran dari Yes bab 35 Â ini memiliki kekuatan untuk memberi penghiburan dan semangat kepada mereka yang memerlukan pembebasan.
Membaca teks Kitab Yesaya bab 35 ini, pembaca dihantar untuk mengenal sifat Tuhan sebagai sumber kekuatan karena itu 'janganlah takut' dan penghiburan, 'Allahmu akan datang dengan pembalasan dan ganjaran', sekaligus pengharapan, 'pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan seterusnya'.
Dalam bacaan kedua, Santo Yakobus berbicara tentang sikap Allah yang tidak pilih kasih. Ia berkata:
'Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman, dan ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada siapa saja yang mengasihi Dia?'
Pesannya jelas: di dalam Allah tidak ada pengkotak-kotakkan, tidak ada yang miskin, dan tidak ada yang kaya, bahkan yang miskin akan menjadi kaya, dan sebaliknya.
Selanjutnya Injil Markus mengisahkan suatu pengalaman yang istimewa yang dialami oleh si tuli dan si bisu. Â Hal ini oleh Stefan Leks diberi judul 'Telinga yang mendengar dan lidah yang berbicara dengan tepat'.
Penginjil Markus melukiskan peristiwa yang dialami si tuli dan si bisu sebagai berikut:
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik  nafas dan berkata kepadanya, "Efata!" artinya "Terbukalah!" Seketika itu terbukalah telinga orang itu, dan pulihlah lidahnya, lalu i berkata-kata dengan baik.
Terhadap pengalaman istimewa ini, Pastor Yohanes Gualbert Salu, SVD melukiskannya dalam sebuah renungan sederhana namun menarik akan peristiwa yang terjadi di tepi Danau Galilea 2000an tahun silam itu.
"Di suatu malam sebuah keluarga sedang berkumpul, dan kemudian sang Ibu berkata: "Nanti kalian jangan seperti pamanmu ya, yang mengambil lebih jatah uang milik ayahmu. Ibu sih tak sudi ketemu dia lagi..."
Mendengar itu salah seorang anaknya berkata: "Ibu.... bukankah kita harus mengasihi dan mengampuni sesama apalagi ini Paman sendiri?"
"Siapa yang mengajar itu kepadamu? Ayahmu?" tanya Ibunya.
"Firman Tuhan Bu, saya mulai membaca Kitab Suci setiap hari dan saya belajar untuk melakukannya, sedikit demi sedikit...." jawab anaknya itu.
Mendengar jawaban anaknya, sang ibu mulai terdiam, lalu Ayahnya berkata: "Lukas .... Ayah senang karena Sabda Tuhan membuat telingamu bisa mendengar, matamu bisa melihat, dan lidahmu bisa berkata-kata. Teruslah setia mendengarkan Sabda Tuhan dan Setia menjalankannya..!"
Dan...
Marilah kita mencontohi kehidupan Beato Carlo Acutis (1991-2006), Remaja Suci yang dibeatifikasi sebagai Beato pada 10 Oktober 2020, yang pernah berkata:
"Kepada Tuhan, saya selalu bisa curhat apa pun. Saya juga biasa mengeluh, bertanya dalam keheningan-Nya, dan mengatakan kepada-Nya apa yang tidak saya mengerti".
Penutup
Marilah kita berseru kepada nama Tuhan supaya membuka apapun yang menutup kita semakin dekat kepada Tuhan.
" Ya Tuhan, bukalah mata hati kami!"
Amin.
Atambua: 08.09.2024
Sumber:
Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta 2002
Stefan Leks, Meditasi Bersama Markus, Kanisius, Yogyakarta 1990
P. Yohanes G. Salu SVD, Mutiara Iman, Renungan Harian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H