HARI KAKEK NENEK DAN LANSIA SEDUNIA 2024: JANGANLAH MEMBUANG AKU PADA MASA TUAKU!
Hari Minggu (besok), tanggal 28 Juli 2024 ditetapkan sebagai Hari Kakek-Nenek dan Lansia sedunia ke-empat. Pada hari ini semua orang diajak untuk memberi perhatian istimewa kepada para orang tua kita yang kini telah menjadi Kakek-Nenek dan yang telah lanjut usia.
Gereja Katolik sedunia di bawah pimpinan Paus Fransiskus menetapkan tema perayaan: Janganlah Membuang Aku Pada Masa Tuaku. Tema ini diambil dari Kitab Mazmur (71: 9) yang ditulis oleh Raja Daud.
Kita sering mendengar sebuah ungkapan klasik yang berbunyi : Tua itu pasti, tetapi tua yang bahagia itu pilihan. Mungkin dalam arti ini, Daud menuliskan kitabnya yang sebenarnya merupakan sebuah doa.
Sehubungan dengan perayaan peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia sedunia keempat tahun 2024 ini, para cucu dan anak-anak yang pernah lahir dari rahim orang tua yang kini telah menjadi Kakek Nenek dan lansia, diminta untuk memberikan perhatian ekstra kepada mereka. Karena dari merekalah hadir para orang tua kita.
Untuk itu dalam tulisan ini, penulis hendak mengangkat isu perhatian terhadap para kakek nenek dan lansia, apa pesan Paus Fransiskus pada momen perayaan ini, dan bagaimana seharusnya kita memberi perhatian dan memperlakukan para kakek nenek dan lansia kita.
Sebuah Kisah Nyata
TribunnewsBogor.com yang tayang pada Rabu, 17 Juli 2024 dengan sebuah Headline berbunyi "Pilu Kakek Nenek Jarang Dijenguk Anak hingga Tewas di Jonggol, Ternyata Mantan Kapten dan Penyiar".
Membaca berita pilu seperti ini, siapa yang tidak akan meneteskan air mata? Bayangkan saja setiap kita para Kompasianer mempunyai orang tua. Lalu siapakah yang tega membiarkan orang tuanya menderita bahkan sengsara tanpa perawatan anak-anak dan cucu?
Di titik ini, maka benar orang mengatakan "Seorang tua (ibu dan bapak) bisa melahirkan dan membesarkan 10 atau berapa orang anak, tetapi 10 atau berapa orang anak, tidak mampu menjaga seorang tua (bapa, ibu) di masa tuanya!"
Mari kita melanjutkan kisah pilu tadi, hanya sebagai salah satu contoh dari sekian ribu kisah yang sama. Adalah Kakek Hans Tomasoa (83) dan Nenek Rita Wattimena (73). Kakek Hans Tomasoa merupakan mantan Kapten Kapal dan Oma Rita Wattimena adalah mantan penyiar radio. Mereka mempunyai 3 orang anak laki-laki yang kini sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari mereka.Opa Hans dan Oma Rita tinggal di Perumahan Citra Indah Bukit Raflesia, Singajaya, Jonggol, Bogor.
Kakek Hans dan Nenek Rita ditemukan tetangga telah meninggal dunia di dalam kamar rumah mereka pada Selasa, 16 Juli 2024. Menurut cerita Dian Deedee Ronawati melalui akun facebooknya, berdasarkan hasil visum, Opa Hans dan Oma Rita telah meninggal sekitar 4 sampai 5 hari lalu.
Menurut cerita Dian, Opa Hans dan Oma Rita memiliki 3 orang anak laki-laki. Sayang ketiga anak laki-laki itu jarang sekali berkunjung atau mengajak oma dan opa tinggal bersama mereka. Banyak cerita di seputaran mengapa ketiga anak oma dan opa tidak peduli. Tetangga hanya bisa mengelus dada bila menghubungi anak-anak untuk mengunjungi oma dan opa yang sakit. Mereka pernah tinggal lama di Hamburg-Jerman.
Pada saat mereka berdua telah pensiun dan menjadi lansia, mereka berdua tinggal tanpa ada yang menemani. Di duga sepasang suami istri lansia tersebut ditinggalkan anak-anak dan cucu hingga meninggal karena sakit sendirian di rumah.
Pesan Paus Fransiskus pada Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia
Dalam pesannya pada Hari Kakek Nenek dan Lansia sedunia ini Paus Fransiskus mengemukakan beberapa hal, diantaranya, pertama, Beliau mengangkat pengalaman pribadinya ketika mengunjungi panti-panti jompo semasa masih menjadi Uskup Buenos Aires. Dia mendapati betapa jarangnya mereka menerima kunjungan. Bahkan beberapa dari mereka sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan anggota keluarganya sehingga mereka mengalami kesepian dan sendirian karena anak-anak mereka dipaksa bermigrasi.
Kedua, Sebagai seorang pemimpin spiritual, Ia menekankan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya, meskipun manusia meninggalkan mereka.
"Bahkan ketika usia kita bertambah dan kekuatan kita menurun, ketika rambut kita memutih dan peran kita dalam masyarakat berkurang. Â Ketika hidup kita menjadi kurang produktif dan dapat beresiko terlihat tidak berguna, Allah tidak memandang penampilan (bdk. 1 Sam 16:7).
Ketiga, Â Kakek Nenek dan Lansia bukanlah beban bagi kaum muda, termasuk negara.
"Sebagai contoh, saat ini ada keyakinan yang meluas bahwa bahwa para lansia membebani kaum muda dengan biaya kebutuhan layanan sosial yang tinggi, sehingga menyedot sumber daya yang seharusnya diberikan untuk pengembangan masyarakat dan diri kaum muda. Persepsi ini menyimpang dari kenyataan. Persepsi ini mengasumsikan bahwa kelangsungan hidup para lansia membahayakan kelangsungan hidup kaum muda...."
Keempat, Kakek Nenek dan Lansia membutuhkan orang lain: anak-anak, cucu, dan tetangga, di saat tidak ada lagi orang lain yang dapat diandalkan.
"Memang, kita membutuhkan segalanya, tetapi pada suatu titik dalam hidup ketika kita sendirian, tidak ada lagi orang lain yang dapat membantu, tanpa seorang pun yang dapat kita andalkan. Penemuan suram seperti ini baru disadari oleh banyak orang setelah semuanya sudah terlambat."
Belajar dari Kisah Pilu Opa Hans dan Oma Rita
1. Â Â Â Â Betapa pun kayanya kita dan tinggal di perumahan elit, tidak menjamin bahwa kita akan terus hidup sendirian tanpa membutuhkan orang lain. Orang lain dalam hal ini anak-anak dan cucu, dan termasuk tetangga di sekitar kita merupakan kekayaan yang lebih berharga dari emas dan permata. Kekayaan tidak selalu menjadi jaminan bahwa kelak kita akan diurus dengan baik dan mati dengan bahagia.
2. Â Â Â Orang tua mesti memberikan dan membagi perhatian kepada anak-anak secara merata. Tidak boleh pilih kasih. Termasuk dalam pembagian harta. Sebab justru hal itulah yang (bisa) juga berpengaruh pada saat hari tua. Anak-anak dan cucu akan saling menonton dan melempar tanggung jawab, siapa yang harus memberi perhatian penuh kepada orang tua. Bisa saja mereka saling menghitung. Yang lebih banyak mendapat perhatian dan pembagian harta akan dituntut untuk lebih bertanggung jawab.
3. Â Â Â Â Anak-anak dan cucu hendaknya memberikan perhatian sebagai balas budi kepada orang tua yang telah menjadi kakek-nenek dan lansia tanpa menghitung-hitung apa yang telah diterima. Memberi perhatian kepada orang tua: kakek nenek dan lansia semata-mata sebagai kewajiban dan tanggung jawab seorang anak dan cucu.
4. Â Â Â Kisah Opa Hans dan Oma Rita serta kisah-kisah lainnya yang serupa paling tepat untuk kita renungkan pada hari Kakek-Nenek dan Lansia ini supaya tidak terulang lagi pada keluarga kita.
Ajakan Untuk Kita
1) Â Â Â Â Marilah kita tunjukkan kasih sayang kita kepada kakek-nenek dan anggota keluarga kita yang sudah lanjut usia.
2) Â Â Â Â Marilah kita melungkan waktu untuk bersama mereka: kakek nenek dan para lansia kita supaya mereka tidak berkecil hati bahwa tidak ada yang memperhatikan mereka.
3) Â Â Â Â Marilah kita tunjukkan hati yang terbuka dan wajah yang penuh sukacita kepada para kakek nenek kita dan mengatakan kepada mereka "Aku tidak akan meninggalkanmu!" (bdk. Kisah Pilu Opa Hans dan Oma Rita)
Selamat Merayakan Hari Kakek Nenek dan  Lansia : Kepada para Kakek Nenek dan Lansia, bersukacitalah selalu di dalam Tuhan. Sebab di dalam Tuhan sukacitamu tidak akan sia-sia!
Atambua: 27.07.2024
Referensi:
https://www.dokpenkwi.org/pesan-paus-fransiskus-untuk-hari-kakek-nenek-dan-lanjut-usia-sedunia-ke-3/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H