Pentingnya perkawinan dilihat sebagai suatu perkara dari cintakasih, sehingga hanya mereka yang saling memilih dengan bebas dan mengasihi satu sama lain, boleh menikah. Sebab bilamana cintakasih semata-mata sebagai ketertarikan fisik, atau suatu afeksi yang samar-samar, maka perkawinan mereka akan menjadi rentan ketika ketertarikan fisik mulai berkurang (Paus Fransiskus, Amoris Laetitia, No. 217)
Para Kompasianer yang budiman. Dalam tulisan ini, saya mau membagikan sebuah pengalaman menarik yang bagi saya secara pribadi tidak boleh dikurung sebagai privasi saja, melainkan perlu diwartakan agar semakin banyak orang tahu, terutama mereka yang telah berkeluarga, pentingnya masuk menjadi anggota suatu komunitas pemerhati perkawinan dan keluarga.
Mengapa saya berani mengatakan demikian? Ya, pasti ada dong alasannya yang mendasar. Seperti dikatakan Pemimpin Gereja Katolik sejagat saat ini, Paus Fransiskus bahwa tidak ada perkawinan dan keluarga yang sempurna. Sebab sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan. Sementara itu saat ini kita semua manusia masih berada di dunia. Kesempurnaan itu hanya bisa dicapai kalau kita sudah berada di surga.
Maka ada banyak sekali keluarga-keluarga yang kita temui saat ini yang mengalami banyak konflik yang bahkan berakibat kepada pembubaran atau perceraian. Pada hal seperti dikatakan Pope Franciscus, perkawinan itu terjadi karena cinta. Namun mengapa terjadi aneka kasus dalam perkawinan yang pada akhirnya berakibat perceraian.
Padahal kita tahu bahwa perceraian itu adalah sebuah musibah terbesar yang menimpa kehidupan bahtera rumah tangga. Perceraian itu saat ini telah menjadi hal yang viral apalagi itu menimpa kalangan publik figur.Â
Sebab-sebab terjadinya Perceraian
Seperti dirilis JawaPos.com, setidaknya ada tiga selebriti yang bercerai pada beberapa bulan terakhir diantaranya Desta, Raihaanun, dan yang terbaru menimpa komika Boris Bokir yang sedang hangat dibahas para netizen.
Terjadinya perceraian pada akhir-akhir ini, baik yang kita ketahui melalui media sosial maupun yang tak terungkap menyisakan pertanyaan kenapa bisa terjadi?
Menurut www.marriage.com, setidaknya ada 10 (sepuluh) alasan yang menjadi penyebab terjadi perceraian dalam perkawinan, yang setidaknya dapat diurutkan sesuai dengan banyaknya kasus, yaitu:
1. Â Perselingkuhan
2. Â Kurangnya keintiman dengan pasangan
3. Â Kurangnya komunikasi antara suami istri
4. Â Terjadinya KDRT dan pelecehan oleh pasangan atau orang tua
5. Â Sering terjadi pertengkaran
6. Â Sebenarnya mereka belum siap untuk menikah
7. Â Masalah finansial dan utang
8. Â Kecanduan : alkohol, narkoba, judi, dan seks
9. Â Salah satu pasangan terlalu gemuk atau naiknya berat badan
10. Â Tidak sesuai ekspektasi atau harapan
Berhadapan dengan aneka alasan yang menjadi penyebab hancurnya pernikahan dan keluarga dewasa ini yang kadang menimpa orang-orang yang kita kenal bahkan mereka yang merupakan publik figur. Lantas kalau terjadi demikian, apa yang harus kita lakukan? Ibarat air sudah tumpah, tak mungkin kita kembalikan lagi ke wadahnya.
Maka tiada jalan lain, selain kita berusaha untuk membantu keluarga-keluarga dan pasangan-pasangan suami istri untuk mempertahankan martabat perkawinan mereka. Ada banyak cara yang bisa kita tempuh, baik secara pribadi dalam arti keluarga itu sendiri (suami istri) Â maupun dalam kebersamaan sebagai komunitas.
Kiranya ada banyak cara, NAMUN yang ingin saya sharingkan pada kesempatan ini adalah mengikuti Marriage Enrichment Retreat atau yang diterjemahkan dengan Retret Pengkayaan Perkawinan.
Apakah Retreat Pengkayaan Perkawinan itu?
Retreat pengkayaan perkawinan yang diselenggarakan oleh Komunitas Couples For Christ (CFC), merupakan suatu kesempatan istimewa bagi pasangan suami istri untuk berdua secara khusus merefleksikan perjalanan perkawinannya selama ini di bawah bimbingan suatu tim.
Di dalam Marriage Enrichment Retreat itu para pasangan suami istri diarahkan untuk menemukan diri dalam ketiga hal berikut ini:
1. Â Mengenang Saat-Saat Indah Memulai Bahtera Perkawinan kita
Dalam kegiatan yang disebut retret atau mengingat kembali saat-saat indah kita memulai perkawinan kita melalui suatu rangkaian kegiatan pendampingan.
Tim pendamping retret yang terdiri dari dua atau tiga orang itu berusaha mendampingi tiap pasangan suami istri untuk secara intens mengenal pasangannya dan mengenang saat-saat indah ketika memulai perkawinannya.
Dalam hal ini sesuai dengan keyakinan iman kita. Sebagai misal, penulis beragama Katolik, maka saya mengingat kembali saat-saat kami menerima Sakramen Pernikahan Kudus: kapan, di mana, siapa (imam, dan saksi), termasuk bagaimana acara pada saat itu.
Diharapkan dengan mengingat dan mengenang kembali peristiwa yang paling berkesan dalam sejarah kehidupan perkawinan kita, kita semakin menguatkan intensi kita untuk tetap bertahan dalam jalan panggilan perkawinan itu.
2. Â Menguatkan kembali Komunikasi Cinta dengan pasangan
Dalam retret tersebut, para peserta yang terdiri dari pasangan suami istri dibimbing oleh pendamping untuk semakin menguatkan komunikasi dan relasi cinta di antara mereka berdua.
Ada pertanyaan panduan untuk sharing pasangan seperti berikut:
Hal-hal yang mendukung kesatuan dengan pasangan Anda:
Bagaimana relasi pribadi dengan Tuhan;
Bagaimana relasi Anda berdua sebagai pasagan suami istri
Temukan area di dalam perkawinan Anda, yang mana Anda yakin dapat lebih diperbaiki sebagai langkah untuk mempertahankan kesatuan Anda berdua.
Berilah penghargaan dan terima kasih Anda satu sama lain.
Temukan area mana di dalam kehidupan perkawinan Anda yang membutuhkan kesatuan lebih erat.
Bagaimana caranya Anda memperbaiki area tersebut?
Di sini suami istri diharapkan menemukan cela-cela di mana mereka sering melalaikan komunikasi cinta diantara mereka berdua untuk diperbaiki.
3. Â Saling Mendoakan: Suami mendoakan istri, dan Istri mendoakan suami.
Inilah area yang menurut saya, sering kurang diperhatikan oleh keluarga-keluarga. Oleh berbagai kesibukan, pekerjaan dan tugas, sering area ini dilupakan. Selain ditemukan bahwa banyak keluarga yang jarang berdoa bersama, suami, istri dan anak-anak, juga tidak saling mendoakan internal suami dan istri.
Pertanyaannya, darimanakah manusia dalam hal ini suami dan istri mendapatkan kekuatan rohani? Meskipun sebuah keluarga berkelimpahan harta, namun jika ia tidak memiliki kerohanian dan iman, maka sia-sialah semua harta kekayaan itu.Â
Hanya di dalam retret pengkayaan perkawinan, area ini disadarkan kembali. Suami istri saling mendoakan dan saling memberi berkat di mana berkat yang tercurah dari tempat yang tertinggi yaitu dari Tuhan dicurahkan ke dalam hati kita oleh istri atau suami kita.Â
Maka sekali lagi ditegaskan oleh Paus Fransiskus bahwa  doa keluarga adalah jalan khusus mengungkapkan dan memperkuat iman keluarga,  datang bersama di hadirat Tuhan dan menyampaikan kecemasan-kecemasannya, serta memohon rahmat-Nya bagi kehidupan keluarga (AL. no. 318).
Penutup
Itulah secuil refleksi atas kegiatan Marriage Enrichment Retreat yang diikuti penulis baru-baru ini. Semoga sharing pengalaman berharga ini dapat juga bermanfaat bagi para Kompasianer, terutama para pasangan suami istri untuk tetap bertahan, dan berkomitmen untuk tetap bersatu sampai mati sebagai suami istri. Hanya dengan itu kita dapat menepis sebab-sebab perceraian yang menimpa keluarga-keluarga modern sekarang ini.
Atambua: 22.07.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H