Dari peristiwa kematian ibunda tercinta ini, penulis sendiri menarik beberapa kesimpulan sebagai refleksi sebagai berikut yang mudah-mudahan membantu para pembaca untuk menghidupinya:
Pertama, Bahwa kehidupan atau kelahiran itu suatu kebetulan, namun kematian itu suatu kepastian.
Karena kelahiran atau kehidupan itu kebetulan, maka ia harus direncanakan dan dirancang dengan sebaik-baiknya. Sedangkan kematian itu suatu kepastian dalam hidup.Â
Meskipun kita tidak tahu akan saat dan waktunya, namun karena ia kepastian maka kita harus menerimanya dengan ikhlas. Â Berbagai ajaran agama mengajak umatnya untuk selalu siap sedia setiap saat ketika tiba waktunya bagi kita. Kematian itu datang seperti pencuri.
Kedua, Usia harapan hidup manusia Indonesia, berbeda dengan usia harapan hidup manusia Eropa.Â
Untuk mencapai harapan hidup yang maksimal, kita mesti menjaga kesehatan dengan baik, mentaati nasehat dokter, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga secara teratur, dan terutama mendekatkan diri dengan Tuhan. Sang Pemberi Kehidupan ini.
Ketiga, Hormatilah orang tuamu, ayah dan ibumu, dan rawatlah mereka ketika mereka sakit supaya jangan Anda menyesal setelah mereka meninggal dunia.
Banyak orang tua meninggal dunia tanpa kehadiran dan perawatan dari anak-anaknya. Pada hal orang tua telah membesarkan mereka dengan penuh cinta tanpa pamrih.Â
Keempat, Kehilangan atau kematian ibu merupakan kehilangan kasih sayang dan segala-galanya.
Ibu adalah sosok malaikat tanpa sayap yang selalu mendampingi. Seorang ibu adalah segala-galanya. Tanpa seorang ibu, kita tak pernah akan ada di atas bumi ini. Maka muliakanlah ibumu semasa ia hidup. Orang bijak mengatakan kehilangan ayah kehilangan kekuatan dan kehormatan hidup, kehilangan ibu kehilangan kasih sayang dan cinta.