Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Starlink, Solusi Alternatif Masalah Internet di Daerah 3T

25 Mei 2024   12:22 Diperbarui: 25 Mei 2024   12:26 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Starlink /Foto: CNBC Indonesia

Maka pilihan kedua yang memungkinkan Starlink bisa menjadi alternatif solusi untuk internet pendidikan, khususnya di daerah-daerah perbatasan, daerah tertinggal dan lain-lain.

Sekali lagi meskipun mahal, namun apabila itu pengadaannya secara nasional dan langsung oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek RI.

Internet Untuk Bisnis dan Kesehatan

Untuk jangka panjang, akses internet yang lebih luas dan cepat seperti Starlink akan mempercepat akses dan jangkauan internet dalam dunia bisnis dan ekonomi.

Kehadiran Starlink untuk ekonomi dengan cepat bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian pun UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia bisa bangkit berkat kehadiran Starlink.

Seperti dikatakan Sekretaris Umum APJII, Zulfadly Syam seperti dirilis Bisnis.com, Jumat, 24 Mei 2024 bahwa jika segmentasi layanan Starlink adalah perkeluarga, maka belum tepat dengan tarif Rp 750.000 perbulan. Tetapi jika untuk sekolah dan puskesmas mungkin dapat menjadi solusi.

Bagaimana dengan Daerah 3T

Menyimak pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Inverstasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan pada saat menyambut Bos Space X dan Tesla Inc, Elon Musk di Denpasar Bali (Minggu,19/5/2024) yang dengan percaya diri menyampaikan bahwa kehadiran internet Starlink di Indonesia bisa meningkatkan akes informasi di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), semua pengguna jasa layanan internet di perbatasan pasti senang.

Tapi apa boleh buat, Direktur Eksekutif ICT Institut, Heru Sutadi justru menilai narasi yang dibangun pemerintah perihal penetrasi internet yang men ingkat karena adanya Starlink, kurang tepat. Bahkan narasi itu terkesan gimmick atau hanya untuk menarik simpati dan perhatian.

Sebab pada kenyataannya, kehadiran Starlink bukan hanya untuk daerah rural atau 3T, tetapi bersifat nasional. Regulasi kita tidak membatasi layanan untuk daerah 3T atau rural saja.

Selain itu, pernyataan sang Menko Marves dinilai kurang tepat juga karena berhubungan dengan daya beli masyarakat di daerah rural atau perbatasan.

Untuk diketahui bahwa daya beli masyarakat kita khususnya di daerah rural atau 3T terhadap layanan internet masih sangat rendah. Pembelian pulsa internet rata-rata 10.000 s.d. 100.000. Itu pun kalau sangat mendesak. 

Tetapi bila ini menjadi program pemerintah untuk membantu masyarakat agar semakin 'melek internet', maka Starlink bisa menjadi solusi yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun