Definisi: Lanjut Usia atau Lansia pada umumnya selalu identik dengan keadaan kondisi fisik seseorang yang menurun dan tidak produktif lagi secara ekonomi.
Menurut Undang-Undang  RI No. 13 Tahun 1998, Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enampuluh) tahun ke atas. Demikian pun definisi Lansia menurut World Health Organization (WHO) yaitu seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.Â
Biro Pusat Statistik  (BPS) Indonesia, mengelompokkan Lansia menjadi tiga kelompok umur yakni Lansia Muda yaitu kelompok umur 60-69 tahun; Lansia Madya yaitu kelompok umur 70-79 tahun; dan Lansia Tua yaitu kelompok umur 80 tahun ke atas.Â
Persoalan: Usia yang semakin senja tanpa kemandirian finansial berpotensi menciptakan generasi sandwich atau generasi dengan tanggung jawab ganda terhadap generasi di atasnya (orang tua dan mertua), diri sendiri, dan generasi di bawahnya (anak-anak) secara bersamaan.
Kenyataan: Seorang lansia yang dipekerjakan lagi melalui perpanjangan masa kerja, tentu saja bukanlah sesuatu yang asal-asalan, tetapi melalui suatu pertimbangan yang matang. Dasar pertimbangan yang dipakai antara lain prestasi yang dicapai selama usia aktif bekerja dan pertimbangan normatif lainnya.
Nah, menurut data yang disampaikan BPS, prosentase penduduk Lansia di Indonesia adalah sebesar 10,82 %. Dari jumlah tersebut, penduduk dengan konsentrasi Usia Lansia Muda sebesar 68,83%, sedangkan 23,74 %  berada pada Usia Lansia Madya, dan  7,43% berada pada Usia Lansia Tua.
Lalu, berdasarkan produktifitas, Lansia terbagi lagi menjadi dua kelompok yaitu:
Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu bekerja atau menghasilkan barang dan jasa; dan Lansia Tidak Potensial adalah lansia yang tidak mampu bekerja atau menghasilkan barang dan jasa sehingga kehidupannya bergantung dengan orang lain.
Sebagai penghormatan  dan penghargaan terhadap mereka, para lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya, yang meliputi paling kurang 8 (delapan) hal ini menurut Undang-Undang, yaitu :
a. Â Pelayanan keagamaan dan mental spiritual
b. Â Pelayanan Kesehatan
c. Â Pelayanan Kesempatan Kerja
d. Â Pelayanan pendidikan dan pelatihan
e. Â Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum
f. Â Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
g. Â Perlindungan Sosial
h. Â Bantuan sosial
Motivasi Seorang Lansia Bekerja
Beberapa kajian ilmiah mengatakan bahwa  ada motivasi yang mendorong para Lansia masih ingin terlibat dalam aktivitas ekonomi dalam hal ini mau bekerja. Motivasi-motivasi itu dapat disebutkan sebagai berikut:
Pertama, Masih Kuat Kondisi Fisik dan Psikisnya
Karena masih kuatnya kondisi fisik dan psikis seorang lansia sehingga masih bisa aktif bekerja atau mencari pekerjaan. Meskipun sudah berusia di atas 60 tahun alias sudah pensiun entah dari ASN maupun pegawai swasta, namun karena masih kuat fisiknya maka masih mau bekerja. Misalnya berkebun, beternak, atau pun pekerjaan lainnya. Jadi alasan pertama semata-mata karena alasan fisik.Â
Kedua, Adanya kekhawatiran akan terjadi kemunduran fisik dan psikis jiwa tidak beraktivitas.Â
Mengingat bahwa sebelum memasuki usia Lansia (pensiun), seseorang tergolong orang yang aktif bekerja, dan ketika memasuki usia Lansia, tiba-tiba tidak ada aktivitas, maka ditakutkan atau dikhawatirkan bisa mengalami kemunduran fisik dan psikis. Atau dengan kata lain, bisa stres. Dan itu pengalaman yang sudah terjadi. Ada orang yang ketika memasuki pensiun langsung drop dan sakit berat.
Ketiga, Motif EkonomiÂ
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mendorong seseorang Lansia untuk giat bekerja lagi. Dalam hal ini Lansia dapat bekerja apa saja demi memenuhi kehidupan ekonomi keluarganya.
Keempat, Masih memiliki tanggungan
Seseorang sudah memasuki usia Lansia, namun masih mempunyai tanggungan, misalnya anak-anak masih sekolah, ada yang kuliah yang harus ditanggung uang sekoolah atau kuliahnya. Maka mau tidak mau, seorang bapak Lansia harus bekerja lagi atau rela untuk diperpanjang masa kerjanya atau menerima kontrak kerja baru.
Kelima, Tidak ingin menjadi beban anak-anak
Seseorang Lansia mau bekerja untuk menyibukkan diri dan dengan demikian tidak menjadi beban bagi anak-anaknya.
Keenam, Demi Aktualisasi diri.
Meskipun sudah Lansia, seseorang tidak mau berhenti bekerja karena baginya bekerja adalah demi aktualisasi diri. Â Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap individu memiliki keinginan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari.Â
Kebutuhan inilah yang memicu dan memacu seseorang untuk memenuhinya, dan kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi seperti dicetuskan oleh Abraham Maslow (1908-1970). Maka biar pun sudah tua, seorang Lansia masih terus berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja dan bekerja.
Bagaimana Lansia Bekerja
Banyak perusahaan atau kantor atau lembaga yang memilih untuk tetap mempekerjakan seorang Lansia yang secara usia seharusnya sudah pensiun. Pilihan untuk tetap mempekerjakan atau memperpanjang masa kerja seseorang tentu punya alasan atau pertimbangan tertentu, misalnya karena kualitas atau prestasi, dedikasi yang tak kenal lelah dan kesetiaannya.
Sebuah perusahaan atau lembaga memilih untuk memperpanjang masa kontrak seseorang meskipun sudah Lansia, karena pertimbangan lebih dewasa dan matang dalam bekerja.
Orang dengan jejak atau pengalaman kerja yang baik, tentu akan menjadi pilihan dan pertimbangan untuk terus mempekerjakannya daripada memasukkan orang yang lebih muda atau baru yang belum punya pengalaman kerja.
Karena pertimbangan itulah maka banyak perusahaan atau lembaga swasta memilih untuk menambah masa kerja bagi karyawannya yang telah pensiun.Â
Untuk itu biasanya ditempuh cara membuat kontrak kerja yang baru. Kalau sebelumnya berstatus pegawai tetap, maka setelah pensiun dan diterima kembali untuk bekerja, berstatus sebagai tenaga kontrak dengan gaji yang dinegosiasikan.
Meskipun demikian, tentu dari seorang Lansia tidak dituntut untuk bekerja lebih dari ketika ia masih sebagai pekerja aktif. Untuk itu seorang Lansia, perlu melakukan pemeriksaan kesehatan dan melakukan evaluasi secara menyeluruh mengenai kondisi kesehatan baik fisik maupun psikisnya sebelum menerima sebuah tugas baru.
Perlu juga mempertimbangkan dengan matang apakah ia masih bisa melaksanakan tugas melanjutkan pekerjaan yang pernah ia jalani. Ia juga dengan jujur mempertimbangkan berapa tahun lagi ia akan menjalani masa kontrak ini. Â
Dan jangan lupa seorang Lansia yang diterima kembali untuk bekerja, sebaiknya terus mendorong adanya kaderisasi dan regenerasi agar pada waktunya dapat menerima dan melanjutkan tugas yang sedang dikerjakan.
Kesimpulan
1) Menjadi Lansia ternyata tidak menjadikan seseorang hanya menjadi penonton dalam pembangunan, tetapi terus memberikan kontribusi dengan bekerja.
2) Para Lansia juga turutserta berkontribusi nyata meskipun dengan keterbatasan fisik, psikis dan mungkin pendidikan yang dimiliki.
3) Meskipun sudah lansia, namun kreativitas dan inovasi terus dilakukan untuk mendorong para generasi muda bergiat agar pada waktunya dapat meneruskan apa yang sedang dilakukan oleh generasi tua.
4) Antara pekerja Lansia dan generasi muda hendaknya terus terbangun iklim kerjasama yang baik untuk saling belajar, terutama generasi muda belajar dari dedikasi, kesetiaan dan kesabaran para Lansia.
Demikianlah sebuah sumbangan pemikiran, siapa tahu setelah memasuki Lansia, penulis juga akan menjalani perpanjangan masa kerja sebagai pekerja Lansia.
Semoga bermanfaat.
Atambua, 28.04.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H