Setiap orang menghendaki adanya rumah idaman bagi keluarganya. Pada prinsipnya memiliki rumah sendiri akan lebih baik daripada menumpang di rumah orang atau mengontrak. Sebab sejelek-jeleknya rumah sendiri lebih baik, dari pada tinggal di rumah mewah tetapi itu milik orang lain.
Pendahuluan
Sebelum menikah pada tahun 1998, saya sendiri menumpang dengan kakak. Beliau dan istri adalah guru. Sama-sama tinggal di rumah dinas.
Selama dua tahun penuh saya tinggal bersama mereka di rumah dinas tersebut. Namun ketika hendak merencanakan untuk berkeluarga, saya juga berpikir untuk mulai memiliki rumah sendiri dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Membeli atau Memiliki Tanah
Setelah genap dua tahun saya mulai membeli sebidang tanah dengan tujuan untuk membangun rumah. Sebelum membangun rumah, tanah tersebut saya manfaatkan sebagai kebun.
Di sana saya tanami ubi kayu dan beberapa tanaman umur panjang seperti mangga, nangka, dan pisang. Tanaman-tanaman ini kelak bermanfaat ketika tanah tersebut sudah dibangun rumah tinggal.Â
Membangun Rumah Tinggal Sederhana
Setelah setahun membeli tanah dan dijadikan kebun, lalu di atasnya dibangun sebuah rumah tinggal. Sebab terus terang sejak awal, istri saya tidak mau tinggal di rumah kontrakan. Karenanya kami berjuang untuk membangun sebuah rumah sederhana tetapi itu adalah milik kami sendiri.
Mula-mula kami membangun sebuah rumah regel yaitu rumah yang terbuat dari bilah-bilah kayu atau bambu yang dipasang melintang sebagai tempat penahan berdirinya dinding atau sebagai tempat menempelkan langit-langit (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Rumah regel juga adalah rumah dengan dindingnya terbuat dari pelepah gewang atau dalam bahasa lokal disebut Bebak.
Rumah Permanen-Wujud Rumah Idaman
Rumah regel pada umumnya tidak lama bertahan karena akibat panas dan dingin, hujan yang silih berganti menyebabkan bebak itu cepat lapuk atau hancur termakan ane-ane.
Karena itu setelah berjalan sepuluh tahun, kami mulai mengganti rumah regel tersebut dengan sebuah rumah permanen.
Menurut wikipedia.com, rumah permanen adalah rumah dengan rancangan yang memungkinkannya dapat digunakan hingga usia pemakaian di atas 20 tahun.
Selain itu, sebuah rumah dikatakan bangunan permanen karena terbuat seluruhnya dari tembok.
Cara Memiliki Rumah Sendiri
Ada dua pilihan untuk memiliki rumah sendiri, yaitu dengan cara membeli rumah melalui KPR atau membangun sendiri. Kita lihat satu persatu.
Yang pertama dengan cara membeli melalui Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Yang dimaksudkan dengan KPR Rumah adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah, dengan cara mencicil rumah dengan jangka waktu dan bunga tertentu.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) kuartal IV/2019, ada sekitar 72% pangsa pasar pembiayaan residensial yang menggunakan KPR.
Menurut BI angka ini jauh lebih besar daripada menggunakan cicilan bertahap ke pengembang yakni sebesar 20% dan8 % menggunakan setoran tunai. Hingga saat ini KPR masih menjadi pilihan banyak orang.Â
Yang kedua dengan cara membangun sendiri. Tentu saja untuk membangun rumah sendiri kita mesti merencanakannya dengan matang. Untuk itu kita perlu memiliki simpanan sendiri.Â
Bagi kami yang adalah anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Credit Union Kasih Sejahtera Atambua memiliki sebuah tabungan atau Simpanan dengan nama Simpanan Perumahan (Simperum). Demikian pun memiliki sebuah pinjaman dengan nama Pinjaman Perumahan.Â
Untuk membangun rumah, kami dapat menyimpan atau menabung terlebih dahulu di Simperum dan kemudian ketika hendak membangun rumah dapat meminjam dari Pinjaman Perumahan, dan kita bisa membangun sendiri atau menggunakan jasa kontraktor.
Tapi pada prinsipnya membangun sendiri atau swakelola akan lebih baik daripada menggunakan kontraktor.
Demikianlah dua cara memiliki rumah tinggal sendiri.
Manfaat Tinggal di Rumah Sendiri
Dengan tinggal di rumah sendiri kita dapat melakukan apa saja sesuai perencanaan keluarga, dari pada mengontrak atau menumpang pada rumah keluarga.
Selain itu, kalau kita tinggal di rumah sendiri kita dapat melakukan renovasi atau perbaikan-perbaikan atau penambahan-penambahan bagian-bagian tertentu sesuai kebutuhan kita.
Dan yang terpenting lagi adalah sebuah prinsip yang selalu dipegang oleh istri saya (mungkin juga para istri lainnya) bahwa sejelek-jeleknya rumah kita adalah milik sendiri, dan prinsip lainnya adalah apa pun yang kita makan atau minum sebaik atau seburuk apa pun hanya kita sendiri yang tahu.
Kesimpulan
Sejelek-jeleknya rumah sendiri lebih berarti daripada rumah kontrakan. Senyaman-nyamannya tinggal di rumah kontrakan, lebih nyaman tinggal di rumah pribadi.
Atambua: 26.04.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H