Mata air ini namanya adalah sumber mata air Lahurus yang terletak di Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sekedar Pengantar
Teman-teman Kompasianer dan pembaca sekalian, mungkinkah ada yang mau berkunjung ke Sumber Mata Air Lahurus ini?
Selain bisa menikmati sumber air yang jernih dan sejuk, bisa juga menikmati udara pegunungan yang masih asri lho, belum terkontaminasi dengan polusi dan lain-lainnya.
Jangan takut, soal alat transportasi, sekrang makin gmapng lho, bisa pake ojek, bisa pakai mobil rental, dan ada Maxim juga.
Soal jalan raya ke sana, wah jangan ragu dong. Dari Atambua, kota kabupaten Belu, kita hanya butuh waktu setengah jam saja.
Apalagi keadaan jalan raya yang mulus karena adanya program jalan "Sabuk Merah" diperbatasan dari pemerintah Indonesia. Terimakasih ya pak Presiden Jokowi, untuk jalan Sabuk Merah yang luar biasanya.
Lebih Jauh tentang Sumber Mata Air Lahurus
Sumber mata air ini muncul di kaki Gunung Lakaan. Mula-mula merupakan milik suku Melus yang merupakan penduduk pertama di Belu.
Konon pada tahun 1886 ketika Lahurus menjadi pusat misi Katolik di Timor, sumber mata air ini mulai digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi para misionaris.
Kelak pada tahun 1913 saat terjadi penyerahan estafet misi dari Serikat Yesus kepada Societas Verbi Divini atau SVD, sumber mata air ini sudah lebih luas pemakaiannya bahkan mulai dipakai juga mengairi sawah-sawah di sekitarnya.
Bila Anda saat ini hendak berkunjung ke Lahurus sekedar untuk menyaksikan dari dekat kejernihan dan sejuknya sumber mata air Lahurus, Anda sudah pasti akan bertemu dengan Pastor Paroki Lahurus yaitu Pastor Mikhael de Rosari SVD.
Mengapa harus bertemu bapak Pastor ini? Ya sudah pasti, karena sumber mata air Lahurus ini terletak persis bersebelahan dengan rumah pastor atau yang dikenal dengan Pastoran Paroki Lahurus yang sudah berdiri sejak akhir abad 19.
Selain suku-suku asli Fialaran, Pastor Paroki Lahurus ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kelangsungan hidup sumber mata air Lahurus.
Kini mata air Lahurus ini merupakan salah satu sumber mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk seluruh Kota Atambua dan sekitarnya.
Jadi bisa dibayangkan bila tanpa sumber air Lahurus, orang-orang yang tinggal di kota Atambua akan mati kekeringan. Untunglah bahwa Pemerintah Kabupaten Belu telah berusaha untuk mengalirkan air dari Lahurus untuk memberi kehidupan kepada penduduk kota Atambua.
Tomat Lokal Lahurus Varietas Kaut Lotu
Dari sumber mata air Lahurus ini para petani di sekitar Lahurus memanfaatkannya untuk menanam tanaman hortikultura baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk pemasaran. Mungkin pembaca atau para Kompasianer kaget belum pernah melihat buah tomat yang nyaris seberat buah semangka?
Ini betul-betul ada dan mungkin hanya ada di Lahurus. Para petani yang tergabung dalam kelompok tani di antaranya Poktan Wematan (artinya Sumber Air/Mata Air) kini sedang mengembangkan varietas tanaman tomat lokal yang beratnya bisa mencapai 1 kg.
Bahkan vareitas tomal lokal ini sudah didaftarkan pada Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian RI.
Seperti dirilis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan NTT bahwa sudah ada tim dari Sumber Daya Genetik (SDG) lokal BPTP NTT yang melakukan pendampingan kepada Kelompok Tani Wematan agar mereka lebih mahir dan trampil dalam membudidayakan tomat Lahurus.
Para petani tomat Lahurus yang tergabung dalam Poktan Wematan mempunyai perhatian khusus pada budidaya tomat Lahurus. Varietas tomat lokal tersebut dijadikan oleh masyarakat sebagai salah satu komoditas unggulan, karena memiliki ukuran buah tomat yang khas yang sangat besar dan beratnya bisa mencapai 0,5 hingga 1 kilogram per buah.
Menurut warga tani Wematan, bibit tomat lokal ini bila ditanam atau dibudidaya di tempat lain, buahnya tidak akan sebesar dan seberat tomat Lahurus yang ada di wilayah Lahurus ini. Maka masyarakat tani Lahurus mereka berkesimpulan bahwa ini berkat khusus dari sumber mata air Lahurus.
Karena segar, besar dan beratnya, maka harga jualnya pun tidak tanggung-tanggung. Harga perbuah bisa mencapai Rp 5000 hingga 10.000, tergantung dari ukuran besar, berat dan mulusnya kulit tomat tersebut.
Menurut masyarakat pembudidaya tomat lahurus, varietas tomat lahurus sudah didaftarkan pada Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian RI dengan nama "Varietas Kaut Lotu".
Kaut adalah bahasa Tetun yang artinya tomat. Sedangkan Lotu biasanya adalah nama orang, tetapi dalam hal ini karena berasal dari Desa Fatulotu. Maka disebut "Kaut Lotu."
Dari manakah diperoleh bibit tomat lokal Lahurus ini? Menurut para petani budidaya tomat lahurus, konon bibit tomat ini awalnya didatangkan oleh seorang misionaris dari Belanda. Misionaris berkebangsaan Belanda itu bernama Bruder Arnoldus SVD yang membawa bibit tomat pertama pada sekitar tahun 1968. Beliu pernah bertugas di Paroki Lahurus sebagai Bruder Misionaris. Tomat dari Belanda itu kini terus dibudidayakan oleh para petani Lahurus sebagai varietas tomat lokal, berkat sumber mata air Lahurus.
Bagaimana Melestarikan Sumber Air Lahurus dan Membudidayakan Kaut Lotu
Tugas maha berat ada dipundak masyarakat dan umat Paroki Lahurus yaitu bagaimana mereka harus melestarikan sumber mata air Lahurus itu dan terus membudidayakan tomat varietas lokal itu yang bernama Kaut Lot.
Tentu saja kelestarian Sumber Mata Air Lahurus bukan hanya tanggung jawab masyarakat dan para petani tomat Lahurus, tetapi seluruh masyarakat kota Atambua sebagai pemanfaat air bersih dari sumber air Lahurus.
Selain itu, tentu yang paling bertanggung jawab adalah Pemerintah Kabupaten Belu dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma Kabupaten Belu. Melalui pembersihan sumber mata air, penanaman pohon baru di sekitar sumber mata air, juga menjaga agar tidak terjadi perusakan atau pengotoran terhadap sumber mata air.
Sedangkan untuk membudidayakan Kaut Lotu, selain para petani yang tergabung dalam Poktan Wematan, juga dalam hal ini yang ikut bertanggung jawab adalah Dinas Pertanian dan Ketahaman Pangan Kabupaten Belu. Masyarakat petani penanam tomat lokal Kaut Lotu perlu didampingi agar varietas tomat Lahurus ini produksi semakin meningkat dan dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi warga masyarakat setempat.
Ya, itulah hal-hal yang bisa saya bagikan kepada para Kompasianer mengenai Sumber Mata Air Lahurus yang memberi kehidupan kepada masyarakat Kota Atambua dan Varietas Tomat Lokal Kaut Lotu yang hanya bisa dikembangkan para petani Lahurus karena sumber mata air Lahurus.
Atambua, 12.04.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H