Para petani tomat Lahurus yang tergabung dalam Poktan Wematan mempunyai perhatian khusus pada budidaya tomat Lahurus. Varietas tomat lokal tersebut dijadikan oleh masyarakat sebagai salah satu komoditas unggulan, karena memiliki ukuran buah tomat yang khas yang sangat besar dan beratnya bisa mencapai 0,5 hingga 1 kilogram per buah.
Menurut warga tani Wematan, bibit tomat lokal ini bila ditanam atau dibudidaya di tempat lain, buahnya tidak akan sebesar dan seberat tomat Lahurus yang ada di wilayah Lahurus ini. Maka masyarakat tani Lahurus mereka berkesimpulan bahwa ini berkat khusus dari sumber mata air Lahurus.
Karena segar, besar dan beratnya, maka harga jualnya pun tidak tanggung-tanggung. Harga perbuah bisa mencapai Rp 5000 hingga 10.000, tergantung dari ukuran besar, berat dan mulusnya kulit tomat tersebut.
Menurut masyarakat pembudidaya tomat lahurus, varietas tomat lahurus sudah didaftarkan pada Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian RI dengan nama "Varietas Kaut Lotu".
Kaut adalah bahasa Tetun yang artinya tomat. Sedangkan Lotu biasanya adalah nama orang, tetapi dalam hal ini karena berasal dari Desa Fatulotu. Maka disebut "Kaut Lotu."
Dari manakah diperoleh bibit tomat lokal Lahurus ini? Menurut para petani budidaya tomat lahurus, konon bibit tomat ini awalnya didatangkan oleh seorang misionaris dari Belanda. Misionaris berkebangsaan Belanda itu bernama Bruder Arnoldus SVD yang membawa bibit tomat pertama pada sekitar tahun 1968. Beliu pernah bertugas di Paroki Lahurus sebagai Bruder Misionaris. Tomat dari Belanda itu kini terus dibudidayakan oleh para petani Lahurus sebagai varietas tomat lokal, berkat sumber mata air Lahurus.
Bagaimana Melestarikan Sumber Air Lahurus dan Membudidayakan Kaut Lotu
Tugas maha berat ada dipundak masyarakat dan umat Paroki Lahurus yaitu bagaimana mereka harus melestarikan sumber mata air Lahurus itu dan terus membudidayakan tomat varietas lokal itu yang bernama Kaut Lot.
Tentu saja kelestarian Sumber Mata Air Lahurus bukan hanya tanggung jawab masyarakat dan para petani tomat Lahurus, tetapi seluruh masyarakat kota Atambua sebagai pemanfaat air bersih dari sumber air Lahurus.
Selain itu, tentu yang paling bertanggung jawab adalah Pemerintah Kabupaten Belu dalam hal ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma Kabupaten Belu. Melalui pembersihan sumber mata air, penanaman pohon baru di sekitar sumber mata air, juga menjaga agar tidak terjadi perusakan atau pengotoran terhadap sumber mata air.
Sedangkan untuk membudidayakan Kaut Lotu, selain para petani yang tergabung dalam Poktan Wematan, juga dalam hal ini yang ikut bertanggung jawab adalah Dinas Pertanian dan Ketahaman Pangan Kabupaten Belu. Masyarakat petani penanam tomat lokal Kaut Lotu perlu didampingi agar varietas tomat Lahurus ini produksi semakin meningkat dan dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi warga masyarakat setempat.
Ya, itulah hal-hal yang bisa saya bagikan kepada para Kompasianer mengenai Sumber Mata Air Lahurus yang memberi kehidupan kepada masyarakat Kota Atambua dan Varietas Tomat Lokal Kaut Lotu yang hanya bisa dikembangkan para petani Lahurus karena sumber mata air Lahurus.