"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air" (Kitab Kejadian bab 1 ayat 1 - 2).
Itulah sebuah kutipan dari Akitab mengenai awal mula penciptaan dunia dan alam semesta. Seluruhnya masih diliputi air. Pada mulanya adalah air. Maka air adalah sumber kehidupan.
**
Dua orang Romo (Imam Katolik) berdiskusi cukup serius mengenai air. Diskusi tersebut berawal dan dipicu oleh adanya sebuah video kiriman teman dalam grup whatsapp.
Video tersebut mengisahkan tentang pasutri Hari dan Bulan (bukan nama sebenarnya) yang memilih untuk membuat villa di lereng gunung Mutis di Timor.
Pasutri Hari dan Bulan memilih untuk meningggalkan keramaian dan kesumpekkan kota, dan mau tinggal di pedesaan yang jauh dari kebisingan.
Mereka mau menikmati kehidupan ini apa adanya namun tetap berpengharapan bahwa apa yang mereka usahakan dapat berhasil untuk menopang kehidupan mereka.
Selain bertani, mereka juga memelihara ternak seperti kuda dan sapi, ayam, bebek, kalkun. Mereka memilih menggunakan pupuk alamiah atau organik.
Lalu bagaimana dengan air untuk mandi, minum, dan cuci? Untuk mendapatkan air, mereka memanfaatkan air hujan dan menggali sumur. Karena di tepi hutan, maka tidak begitu dalam. Airnya sangat jernih. Sejernih alam yang belum dikontaminasi oleh apa pun.
Mereka menamai tempat mereka hidup atau villa mereka dengan nama "AU EDEN" artinya Edenku atau Sa Pung Eden".
Itulah cuplikan diskusi kedua romo Katolik mengenai kehidupan manusia dan air.
***
Kompasiana mengajak kita berdiskusi mengenai sumber mata air. Merawat Air berarti Merawat Kehidupan. Â Betul sekali!
Pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk memancing diskusi: bagaimana kondisi mata air; apakah terjaga dengan baik  atau tidak; apakah kompasianer tinggal di dekat mata air; bagaimana warga masyarakat memanfaatkan mata air tersebut untuk kehidupan sehari-hari?Â
Dan pertanyaan penuntun itu semakin menukik : apa yang perlu dijaga dan dilestarikan dari mata air agar bisa dinikmati anak-cucu nanti?
Ini pertanyaan pamungkas untuk membuka diskusi lebih lanjut dan lebih dalam mengenai air.
***
Air : Sumber Kehidupan
Pertama-tama haruslah diakui bahwa air merupakan sumber kehidupan yang apabila tanpanya segala makhluk tidak akan dapat bertahan hidup.Â
Sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab dan Kitab suci semua agama bahwa pada mulanya bumi ini belum berbentuk dan masih kosong, yang ada hanyalah air dan Roh Allah yang melayang-layang di atasnya.
Karena itulah hingga saat ini separuh dari seluruh wilayah kehidupan manusia di bumi ini adalah air.
Manusia bisa tidak makan dalam beberapa waktu dan ia bisa bertahan hidup. Namun manusia tidak bisa bertahan hidup lebih lama kalau ia tidak minum air.Â
Dalam kisah si Perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus Kristus di tepi sumur Yakob, hal itu terjadi demi mendapatkan air untuk kehidupan. Dan Yesus menawarkan air kehidupan yang dibawa-Nya dari surga untuk kehidupan yang kekal.
Benjamin Franklin berkata: "Ketika sumur mengering, kita tahu betapa berharganya air".
Air: Sumber Kesegaran
Air adalah sumber kesegaran. Air dapat memberikan kesegaran dan melepaskan dahaga kita. Bahkan air yang tenang dapat memberikan kedamaian dan ketenangan bathin kepada manusia.
Dalam kisah Abraham dan Lazarus si miskin dalam Alkitab, si kaya yang anonim itu ketika mati, ia dimasukkan dalam api (neraka). Dalam kepanasan itu, ia meminta kepada bapak Abraham agar Lazarus si miskin yang berada dipangkuannya, bisa memberikan setetes air untuk menyejukkan lidahnya yang kepanasan karena api yang membakarnya.
Di tengah-tengah panas yang terik, air sungguh menjadi penyegar. Semua makhluk hidup termasuk manusia membutuhkan air setiap harinya untuk itu. Karena itulah maka air menjadi satu di antara komposisi yang penting di dalam tubuh manusia.Â
Lao Tzu berkata: "Tidak ada yang lebih lembut atau lebih fleksible daripada air, namun tidak ada yang bisa menolaknya".
Air: Sumber Kebersihan
Tanpa air, semuanya menjadi kotor. Betul.
Coba bayangkan, bila di rumah tidak ada air. Rasanya sumpek. Rumah tak bersih. Karena itu banyak ibu-ibu mengeluh bila tak ada air. Dengan apa ia mau mencuci, ngepel, menyiram, menyemprot, dan lain-lain.
Dengan air semua menjadi bersih. Seperti yang dikatakan WH Auden: "Ribuan orang telah hidup tanpa cinta, tetapi tidak seorang pun hidup tanpa air".
***
Dari catatan-catatan kecil dan sederhana mengenai pentingnya air untuk kehidupan, sebagaimana disampaikan di atas, akhirnya mengajak kita untuk menjawab  sebuah pertanyaan penuntun kompasiana: apa yang perlu dijaga dan dilestarikan dari mata air agar bisa dinikmati anak-cucu nanti?
Cara Melestarikan (Sumber) Air
Secara umum, kita mengetahui adanya sifat-sifat air, antara lain sebagai berikut: 1) air yang tenang selalu datar permukaannya; 2) air memiliki gaya tekan ke segala arah;  3) air dapat melarutkan zat-zat tertentu;  4)  air memiliki satu massa jenis; dan  5) air  dapat berubah wujud akibat pengaruh suhu lingkungannya.
Menilik pentingnya air dalam kehidupan dan berakibat atau berdampak buruk bagi manusia dan makhluk hidup lainnya bila tanpa air, maka manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab atas kelestarian sumber-sumber mata air itu.
Persoalannya adalah bagaimana cara kita menjaga dan melestarikan sumber mata air itu?
Dari berbagai pustaka baik tertulis maupun lisan, termasuk kedua ensiklik dari Paus Fransiskus yaitu Laudato si (2015) dan Laudate Deum (2023) kita mendapati paling kurang ada 5 (lima) cara atau upaya manusia untuk melestarikan sumber-sumber mata air untuk kehidupan, yaitu:
Pertama: Melakukan Penyuluhan dan Motivasi Preventif
"Lebih baik mencegah, daripada mengobati". Demikian pepatah klasik yang tetap berlaku hingga saat ini. Untuk menjaga dan melestarikan sumber-sumber mata air, kita hendaknya tiada henti-hentinya melakukan penyuluhan dan motivasi preventif agar orang mengetahui pentingnya air dalam kehidupan. Karena itu mesti melakukan hal-hal konkret untuk melestarikan sumber-sumber mata air itu.
Tidak dibutuhkan tindakan-tindakan yang besar dan dahsyat. Tetapi yang dibutuhkan adalah tindakan-tindakan yang kecil dan sederhana, namun dengan cinta yang besar. Demikian kata Muder Teresa dari Kalkuta.
Propaganda dan kampanye mengenai pentingnya sumber air dan pencegahan kerusakan atau kekeringan akibat ulah manusia harus terus diupayakan dan dilakukan agar orang tahu dan menjalani hidup dengan bijaksana.
Untuk itu kita bisa bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar semakin banyak orang dan lembaga, termasuk lembaga adat untuk melakukan kampanye dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan sumber mata air untuk kehidupan yang lebih baik.
Kedua: Menjaga Lingkungan Hidup agar tetap asri
Kunci utama pelestarian sumber mata air adalah lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang hijau yang terjaga dengan baik, maka sumber mata air yang ada di sekitarnya tidak akan mudah tercemar.
Dalam hal ini, lingkungan di sekitar sumber mata air mesti selalu dibersihkan agar terhindar dari bau busuk akibat bangkai binatang atau pun sampah yang membusuk.
Ketiga: Mengurangi Pemakaian Air atau menggunakan air secukupnya
Upaya untuk melestarikan sumber mata air dapat kita lakukan dengan menggunakan air secukupnya atau dengan kata lain tidak memboroskan air, dengan cara mengurangi kebiasaan buruk seperti mandi terlalu lama, atau lupa menutup kran air setelah digunakan.
Selain itu, cara yang efektif adalah memperhatikan penggunaan air saat menyiram tanaman atau mencuci kendaraan bermotor. Â Untuk menyiram tanaman, dianjurkan untuk menggunakan air sisa cucian pakaian atau limbah dapur.Â
Sedangkan untuk mencuci kendaraan bermotor, alangkah bijaksana bila menggunakan alat penyemprot agar air tidak terlalu mubazir saat digunakan.
Keempat: Menanam Pohon untuk Hutan dan sepanjang aliran air
Cara lain yang lebih berdaya guna adalah melakukan penghijauan atau menanam pohon untuk menghutankan kembali tanah-tanah yang gundul di sekitar sumber air dan menanam pohon-pohon di sepanjang aliran air.
Cara ini, selain menjadi cara menjaga kelestarian sumber mata air, kegiatan penghijauan atau reboisasi juga akan mengurangi dampak kerusakan hutan.
Dengan mengembalikan keadan hutan di sumber mata air, akan menyediakan air bersih yang akan digunakan oleh manusia sebagai air minum.
Kelima: Membuang Sampah pada tempatnya dan bahan kimia secara benarÂ
Membuang sampah pada tempatnya harus menjadi budaya. Supaya dengan itu lingkungan menjadi bersih dari sampah-sampah yang berserakkan, terutama sampah plastik dan sampah kimia tidak boleh dibuang sembarangan karena akan merusak sumber air.Â
Sangat dianjurkan agar bahan-bahan kimia dan berbahaya tidak dibuang sebagai sampah biasa. Bahan-bahan kimia yang berbahaya itu, selain merusak kelestarian air juga merusak lapisan atmosfer bumi kita.
Karena itu, sebaiknya kita tidak boleh membuang cat, oli, minyak dan bahan kimia lain, dari rumah sakit atau dari bengkel ke dalam sungai atau di tempat sampah biasa.Â
Sebaiknya barang-barang kimia itu dibuang secara benar, dengan menanam atau menimbun dalam tanah agar dapat meminimalisir kerusakan dan menjaga kelestarian air di dalam tanah.
***
Ya itulah manfaat besar dari air untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Namun bila sumber mata air mulai berkurang atau mengering atau tercemar, maka ujung-ujungnya yang menjadi korban adalah manusia dan makhluk hidup lainnya.
Manusia adalah makhluk yang paling bertanggungjawab terhadap alam sekitarnya termasuk sumber mata air yang harus dilestarikan.
Demikianlah berawal dari diskusi ringan kedua romo itu, akhirnya kita semua merasa terpanggil untuk melestarikan lingkungan hidup kita termasuk sumber mata air bagi kehidupan kita.
Pasangan suami isteri Hari dan Bulan yang didiskusikan oleh kedua romo itu mengantar kita untuk ikut bertanggungjawab terhadap kelestarian air,air hujan dan sumur-sumur di sekitar kita.
Karena manfaat pentingnya air yang begitu besar untuk kehidupan, mka kita tidak boleh berhenti atau tidak jemu-jemunya menulis dan berefleksi tentang pentingnya sumber air dan upaya melestarikannya agar tetap terpelihara hingga anak cucu kita.
Terima kasih. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita. Â Tuhan memberkati kita sekalian.
Atambua: 04.04.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H