Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ritual "Non Pah" di Bikomi, Sebuah Bentuk Pelestarian Budaya

5 Februari 2024   17:41 Diperbarui: 5 Februari 2024   23:13 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga: Bermakna berkat. Dengan membawa pedang bermata tujuh, seakan-akan pasukan berkuda itu membawa serta berkat dari para leluhur yang diyakini sebagai amo'et apakaet -apinat aklaat (sang pencipta pembawa terang). 

Empat: Pada zaman globalisasi ini ketika sebuah praktek budaya yang baik masih dipertahankan sebagai suatu bentuk pelestarian budaya, tentu ini merupakan kearifan lokal yang harus dipertahankan, sambil terus menerus dimurnikan dari praktek penyembahan berhala atau sinkretisme agama dan budaya. 

Maka sebuah usul konkret, mungkin alangkah baiknya praktek non pah ini dikemas dengan lebih baik agar menjadi sebuah wisata budaya sehingga menarik bagi para wisatawan sehingga tidak hanya berguna bagi masyarakat setempat, tetapi juga mendatangkan income bagi daerah. Baiklah kalau Pemerintah Daerah Kabupaten TTU bidang Pariwisata bisa melirik ritual ini untuk dikembangkan dengan lebih baik, tanpa mengurangi nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya.

Akhirnya "Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Setiap masyarakat dan daerah memiliki praktek budayanya masing-masing yang apabila terus dipertahankan akan semakin memperkaya khazanah budaya dan menjadikan praktek budaya kita semakin bermakna menghidupkan hak masyarakat adat.

Demikian pun hidup kita akan semakin bermakna apabila kita semakin diperkaya dengan berbagai praktek baik dari kearifan lokal masing-masing daerah.

Semoga ulasan sederhana ini ikut menambah khazanah budaya daerah kita masing-masing. Semoga bermanfaat.

Atambua, 05.02.2024

Referensi:

Yohanes Sanak, Kerajaan Bikomi dan Budaya Puah Manus dalam Relasi Kuasa Usif-Amaf, Seven Books, Jakarta 2020

Andreas Tefa Sawu, Di Bawah Naungan Gunung Mutis, Nusa Indah, Ende 2004

https://www.dionbata.com/2017/02/tradisi-non-pah-di-kabupaten-ttu.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun