Natal itu sendiri berpuncak pada perayaan Natal tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai lahirnya Yesus Kristus dari seorang perawan bernama Maria.Â
Di sini kegiatan "masak-masak" dilakukan para ibu pada malam menjelang Hari Raya Natal sekaligus sebagai kebiasaan berjaga bersama para gembala di Betlehem. Keluarga-keluarga Katolik di masing-masing wilayah memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Biasanya disesuaikan dengan tradisi setempat.
Sebagai contoh, di Timor Barat, dulu biasanya keluarga-keluarga melakukan ritual mete bersama sambil menganyam dan memasak ketupat dengan santan kelapa; lalu mengemasnya dengan daging se'i (biasanya se'i babi, maaf).
Pada keesokan harinya yaitu tanggal 25 Desember, setelah merayakan Natal puncak dengan liturgi yang meriah, keluarga-keluarga mengadakan makan bersama dengan hidangan khusus hasil persiapan semalam.
Di Timor, umumnya baik gereja maupun pemerintah melakukan open house dan salaman Natal dengan sajian makan dengan menui hidangan yang sama: ketupat dan daging se'i.
Adapun makna yang dapat dipetik dari peristiwa ini adalah bahwa natal adalah hari raya sukacita besar karena Allah telah menjelma menjadi manusia dan tinggal di antara kita yang dirayakan sebagai perayaan iman dan sekaligus ungkapan kemanusiaan.
Tahap ketiga: Post Natal
Hari-hari sesudah perayaan Natal disebut oktaf Natal. Dan sesudah oktaf Natal masih ditambah lagi dua minggu yang berakhir pada Hari Raya Pembaptisan Tuhan. Dengan itu masa Natal berakhir.Â
Bagi umat Katolik merayakan Natal bersama hanya bisa dilakukan sesudah tanggal 25 desember yang sungguh diyakini sebagai hari kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat.Â
Maka hari-hari sesudah tanggal 25 biasanya oleh komunitas-komunitas atau kelompok umat merayakan Natal Bersama sebagai bentuk silaturahmi bersama. Pada saat inilah sekali lagi masak-masak hidangan Natal itu dapat ditampilkan lagi.
Nah inilah suatu cara memaknai Natal, melakukan yang terpenting tanpa melupakan yang menjadi tambahan. Tentu saja kedua-duanya mesti dilaksanakan dengan proporsinya masing-masing. Hanya dengan itu, kita tidak hanya lebih memperhatikan yang satu dan mengabaikan yang lain.Â
Semoga bermanfaat!