Setidaknya ada 4 (empat) keunikan dari proses pembangunan gedung gereja ini yang berbeda dari proses pembangunan rumah ibadat baik dari agama-agama lain, maupun di antara penganut agama Katolik sendiri, yaitu:
Pertama, Memelihara komitmen untuk memberi dan terus memberi sekalipun dari kekurangan
Dalam hal ini umat paroki Haliwen sejak awal perencanaan, memulai hingga menyelesaikan pembangunan gereja mereka, mereka mulai dengan membuat komitmen bersama yang isinya adalah semua umat harus rela memberi sumbangan untuk pembangunan gereja tanpa merasa dipaksa.
Komitmen kami adalah memberi demi pembangunan rumah Tuhan dan terus memberi, sekalipun dari kekurangan, dengan moto pembangunan kami adalah "Korbanku untuk Gerejaku".
Total dana pembangunan gereja paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen sebesar Rp 7.996.663.000,Â
Dari total dana tersebut, 93,15 % atau Rp 7.449.163.000 berasal dari swadaya umat sendiri.
Sedangkan sumbangan dari donatur hanya sebesar 6,85% atau Rp 547.500.000.
Untuk komitmen ini kita patut mengacungkan jempol. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan apa yang sedang diupayakan atau direncanakan dari panitia-panitia pembangunan rumah ibadat lainnya yang selalu mendahulukan donatur daripada kemampuan umat sendiri.
Panitia sejak awal bersama umat berkomitmen untuk tidak "meminta-minta" bantuan dari pemerintah yang pada akhirnya dapat menjadi batu sandungan bagi "umat Katolik yang ada di dalam pemerintahan" untuk melakukan korupsi  yang mengatasnamakan gereja.Â
Kedua, Menggelorakan semangat gotong royong, kebersamaan, kemandirian dan kerelaan untuk berkorban.
Menurut pengakuan Pastor Paroki dan panitia pembangunan bahwa sejak awal semua umat bergotong royong, pekerjaan yang berat ataupun ringan, mereka kerjakan bersama-sama. Semua kelompok umat ikut terlibat. Mulai dari anak-anak sekolah, remaja, muda-mudi dan orang dewasa ikut bekerja bergotong royong mulai dari menggali fondasi gereja, melakukan okfol, dan semua pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus dapat dikerjakan bersama itu dilakukan secara gotong royong.
Ada banyak cara untuk membangun kemandirian dan kerelaan berkorban dari umat sendiri, diantaranya motivasi terhadap umat bahwa rumah ibadat atau gereja ini adalah milik mereka sendiri, bukan pemberian dari siapa-siapa.
Cara kerja panitia bersama Pastor Paroki yang luar biasa hingga umat memberi tanpa menyadari bahwa mereka dipaksa untuk memberi. Karena itulah umat habis-habisan berjuang hingga menyelesaikan pembangunan rumah ibadat nan megah ini.
Ketiga, Memanfaatkan Lembaga Keuangan Mikro dalam hal ini Credit Union Kasih Sejahtera untuk saling mendukung dan membesarkan.
Satu hal menarik yang ditonjolkan oleh panitia pembangunan adalah memanfaatkan Credit Union Kasih Sejahtera sebagai lembaga keuangan mikro yang berasal dari, oleh dan untuk anggota.
Karena sebagian besar umat paroki ini adalah anggota Credit Union Kasih Sejahtera, maka pilihan satu-satunya adalah memanfaatkan lembaga untuk saling mendukung dan membesarkan.Â
Untuk membantu pembangunan gereja paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen ini, pihak Credit Union Kasih Sejahtera mengucurkan dana berupa kredit sebesar Rp 2.700.000.000 (dua miliar tujuh ratus juta rupiah). Dan sebagai kewajiban dari panitia pembangunan adalah mengangsur setiap bulan hingga tuntas.