Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kabi' dan Alu': Tempat Sirih Orang Dawan Sarana untuk Mempererat Silaturahim

23 September 2023   21:02 Diperbarui: 23 September 2023   21:05 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabi' dalam budaya Dawan (dok.pribadi)

Kedua, Aol'noune' yaitu tempat sirih pinang bagi kaum laki-laki yang dihiasi dengan uang perak kuno dari zaman Belanda (hal. 82).

Aol'inuh tempat sirih pinang pria Dawan (dok.pribadi)
Aol'inuh tempat sirih pinang pria Dawan (dok.pribadi)

Makna Kabi' dan Alu' bagi Orang Dawan

Bagi masyarakat Dawan tempat sirih bagi wanita dan laki-laki mempunyai makna yang mendalam, yaitu:

Pertama, menunjukkan kedewasaan.

Bagi perempuan dan laki-laki orang Dawan yang sudah akil balik ditandai dengan memiliki tempat sirih. Itu berarti sudah dewasa dan siap untuk berumah tangga. 

Karena itu, biasanya pada saat upacara peminangan, kedua calon mempelai yaitu laki-laki dan perempuan, masing-masing akan membawa tempat sirihnya dan memberi atau membagi sirih pinang kepada para tamu undangan.

Selain itu, tanda-tanda kedewasaan itu nampak juga dalam kebiasaan makan sirih pinang. Bagi seorang wanita Dawan yang sudah bisa makan sirih pinang dan merah, itu menandakan kematangan dan kedewasaan.

Kedua, mempererat tali silaturahim

Bagi masyarakat Dawan, kebiasaan makan sirih-pinang bukan hanya pada kaum wanita tetapi juga pada kaum laki-laki. Kebiasaan atau habitus ini ditandai dengan memiliki kabi' dan alu' sendiri.

Di mana-mana di masyarakat Timor pada umumnya, dan masyarakat Dawan pada khususnya, menyuguhkan sirih pinang kepada tamu merupakan kewajiban yang pertama, sebelum menyuguhkan minuman atau makanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun