Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Masyarakat Desa Naekasa Menghadapi Efek El Nino Melalui Hal yang Kecil Saja

9 September 2023   18:12 Diperbarui: 11 September 2023   10:12 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sawah yang kekeringan (dok. Kementan via KOMPAS.com)

Apresiasi bagi Kompasianer Rendy Artha Luvian

PERTAMA-TAMA terima kasih kepada Kompasianer Rendy Artha Luvian yang adalah juga Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang berkenan mengangkat tema: Efek Domino El Nino sebagai Topik Pilihan Kompasiana.

Topik Pilihan Efek Domino El Nino ini memang pantas untuk diangkat menjadi bahan diskusi pada saat ini karena memang kita sedang berada pada situasi dilematis menghadapi iklim dunia yang tak menentu.

Kekeringan akibat efek El Nino sangat kuat terasa saat ini hampir di seluruh wilayah Indonesia, terkhusus di wilayah Indonesia Timur yang selalu identik dengan kekeringan.

Sekurang-kurangnya 3 ragam kekeringan sebagaimana dijelaskan oleh Rendy Artha Luvian yakni kekeringan yang diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, surutnya persediaan air, dan gagalnya panen karena keringnya tanah atau kandungan air, itu tidak bisa dihindari lagi saat ini.

Merilis cnbcindonesia.com, BMKG mengisyaratkan bahwa fenomena El Nino masih akan berlanjut hingga bulan Februari 2024.

Sementara itu, fenomena iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, menyebabkan anomali kenaikan suhu permukaan yang lebih panas dan penurunan curah hujan di Indonesia.

Menurut BMKG, mulai bulan Agustus 2023 sebagian wilayah Indonesia termasuk NTT dalam kategori kuning, orange, dan merah tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman.

Pihak BMKG juga menjelaskan bahwa kategori merah artinya ketersediaan air hanya 0-20%; orange hanya 20-40%; dan kategori kuning 40-60% ketersediaan air.

Dalam hal ini, wilayah Timur Indonesia dan khususnya Pulau Timor yang selalu menjadi langganan kekeringan akibat efek El Nino sangat terasa betul saat ini.

Sejak akhir bulan Juni hujan tidak turun lagi. Persediaan air mulai berkurang yang ditandai dengan keringnya sumber-sumber mata air, seperti debit air di sumur-sumur warga mulai berkurang bahkan kering sama sekali; sungai-sungai kecil airnya makin berkurang dan menjadi kering, sehingga masyarakat harus berjalan jauh untuk mencari atau mengambil air.

Selain itu mereka mulai mengandalkan air dari bantuan pemerintah yang disalurkan melalui tangki-tangki air. Itu pun kalau ada, kalau tidak, ya bagaimana? 

Ilustrasi sumber air yang kering (foto: Media Indonesia)
Ilustrasi sumber air yang kering (foto: Media Indonesia)

Masyarakat Desa Naekasa Menghadapi Efek El Nino

Desa Naekasa merupakan salah satu desa yang terdampak kekeringan akibat efek El Nino. Desa Naekasa terletak di Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 

Desa Naekasa merupakan wilayah yang selalu mengalami ketiga persoalan itu yakni kekurangan air; kurangnya curah hujan dan gagal panen. Menghadapi persoalan itu, masyarakat diminta untuk selalu waspada dan bersiap-siap untuk menghadapi situasi yang paling buruk sekalipun.

Karena itu di bawah kepemimpinan Penjabat Kepala Desa, Mikhael Seran, S.Pt telah melakukan langkah-langkah strategis untuk menghadapi efek El Nino tersebut. 

Langkah-langkah yang kecil dan sederhana, namun apabila dilaksanakan dengan benar dan komitmen yang besar niscaya akan mendatangkan berkat bagi seluruh masyarakat. 

Muder Teresa dari Calcuta pernah mengatakan bahwa kita tidak perlu melakukan hal-hal besar, cukup hal-hal yang kecil, namun dengan cinta yang besar.

Ada sekurang-kurangnya 3 (tiga) langkah kecil dan sederhana, yang menjadi upaya bersama dalam menghadapi efek domino El Nino, yaitu:

1) Tetaplah bertahan dalam keadaan apapun, asal jangan melakukan hal yang merugikan bersama, dan berdoa senantiasa.

Apabila kita tetap bertahan dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan kepentingan bersama, kita punya harapan cepat atau lambat akan keluar dari persoalan ini.

Bertahan maksudnya melakukan hal-hal yang biasa dan rutinitas yang baik untuk mendatangkan sesuatu bagi kehidupan pada saat menghadapi kesulitan air, kekeringan, dan kelaparan saat ini. Lakukan hal-hal yang biasa seperti membersihkan sumur supaya air yang keluar tidak terhalang oleh kotoran atau akar-akar pohon.

Dengan bertahan, kita mengekang diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebaikan bersama, tetapi berusaha menjalani hidup ini apa adanya.

Pada saat yang sama kita berharap, Dewi Kesejahteraan akan datang pada waktunya untuk membantu kita. Asal kita tidak tergoda untuk melakukan dosa.

Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak 5: 16)

2) Jauhkanlah diri anda dari kebiasaan-kebiasaan buruk seperti menebang pohon, membakar hutan, dan membuang sampah sembarangan.

Kebiasaan-kebiasaan buruk inilah yang menjadi pemicu El Nino menjadi semakin buruk. Karena itu, masyarakat dihimbau terus menerus untuk meninggalkan kebiasaan yang buruk yang selalu menebang pohon tanpa menanam kembali; membakar hutan tanpa bertanggungjawab, dan membuang sampah sembarangan tanpa memiliki rasa peduli terhadap lingkungan.

3) Berjuanglah sejauh kemampuan dan sedapat mungkin, agar keluar dari persoalan yang ada.

Berjuanglah hingga titik darah yang penghabisan dan sedapat mungkin jangan menyerah, demikian kata orang-orang bijak. Setiap orang mesti berjuang dengan langkah-langkah kecil seperti membersihkan sumur, menanam pohon pelindung pada sekeliling sumur, dan lain-lain.

Ketika kekurangan air, kita mesti melakukan penghematan terhadap penggunaan air, misalnya membuat penampungan terhadap sisa-sisa air cucian untuk dipakai menyiram bunga atau tanaman lain di sekitar rumah.

Atau kalau perlu harus mencari air ke sumber yang jauh, jangan hanya ibu-ibu dan anak-anak perempuan yang berjuang mengambil air, tetapi bapak-bapak dan kaum lelaki juga mesti membantu.

Sebab sekecil apapun perjuangan itu apabila dilakukan secara bersama-sama akan menjadi gerakan yang besar dan akan mampu menggerakkan banyak orang untuk ikut berjuang. 

Manusia tidak mungkin mau tetap tinggal dalam keterpurukan, tetapi senantiasa berjuang untuk bebas dari segala masalah meskipun dengan itu menuai masalah baru pula.

Atambua: 09.09.2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun